Rabu, April 18, 2012

Ingat catatan pertama kuliah


My loving room…

T-Five.

Elscon..

Velscon…

Ingatkah kawan…
Ketika senja merangkak di ufuk timur, membiaskan gradasi terindah di cakrawala. Saat itu tetes hujan mulai turun perlahan di bumi semanggi, melintasi smamtaska kita tercinta. Lima belas putri baru saja menyelesikan tugas sebagai pelajar. Kebahagiaan menjalar, terbayang hari ini lelah terbayar dengan ilmu yang kita rasakan…

“Jam berapa ni? Masya Allah…,17.30. sebentar lagi adzan…”

Perlahan kubuka payungku. Warna pink tua polos, kesukaanku. Kalian ingat kan? Kemudian kita berlari menembus hujan. Mencari celah di pagar belakang, adakalanya harus menembus tangga samping bila tangga utama sekolah sudah di gembok gara-gara kelas kita di lantai dua (tak pernah berubah kan? Tapi selalu menjadi dE BesT). Bila sudah terkunci juga ‘sedikit-banyak’ terpaksa kita memutar melewati jalan putra (terlarang ya). Bukan masalah itu…, masalahnya karena lelah yang sudah di ubun-ubun apalagi bila itu hari senin tau kamis,(atau mungkin bagi yang puasa daud, yaa hari….??). membayangkan ada air yang bisa mampir ke tenggorokan tepat saat adzan yang berkumandang sedap sekali rasanya. Tapi kadang justru membuat kepala pusing…

Adakalanya payung yang menaungi kepala kita tidak begitu berguna karena langkah kaki kita yang tergesa mencapi gerbang asrama. Cipratan air dari atas, samping, bawah berebutan membasahi seragam kita.Belum lagi bila ternyata banjir yang ikut nimbrung meramaikan jalan. Seragam abu-abu putih kita menjadi basah kuyup. Syukur bila esok hari jum’at, tapi bila hari kamis!!!??? Mungkin itu sisa seragam kita di pekan ini. Dan huah….alhasil…, lelah mampu untuk kita tidak memikirkannya saat itu. Karena yang terpenting kita bisa sampai di ‘asramaku surgaku’..

Kalau ingat masa itu, apa jadinya waktu itu kamar kita ya. Berkumpulnya orang-orang lelah yang bahagia. 15 Jilbab, 15 baju, 15 rok, 15 tas , atau mungkin malah buku-buku yang tersentuh basah tertumpuk di ruang tengah ( baca: tengah kamar). Dalam resah kita berharap semua nya bisa kita gunakan esok lagi ( Ha!! Ngeri banget ya kita, penulisnya lebay kah ya?). namun intinya adakah yang bisa melupakan betapa lelah itu ternyata terbayar dengan hadirnya persaudaraan yang menyatukan hingga masing-masing kita bertahan selama tiga tahun. Jalinan yang indah bukan?

Kamar kita saat itu…, nomor ‘8’. Seperti angka ajaib yang menyatukan kita. Satu kamar dengan sekian orang . atap yang rendah, terpojok, sesak, dekat dengan segala tempat untuk berbenah (baca ‘ bersih-bersih. Ex: kamar mandi , cuci baju, cuci piring, tangga untuk ke dapur, tangga untuk buang sampah). Seolah kita dengan dipaksa masuk ke kamar itu. Tapi itulah nyatanya…, kamar yang menyatukan kita.

Kemudian ketika dini hari menyapa.

TEEETTTT….TEEEEETTTTT

Bel yang berbunyi sebelum adzan memaksa nyawa kita untuk kembali. Meski belum puas berada di lantunan mimpi. Beberapa dari kita terbangun untuk mandi, sholat malam lalu kembali tertidur di atas sajadah dengan masih mengenakan mukena. Setelah itu kita melaksanakan kegiatan rutin seluruh anak asrama. Sholat subuh berjama’ah, mengaji, menghapal do’a,sedikit(banyak) wejangan dari kepala asrama tercinta, piket asrama, piket kamar, ANTRI untuk mandi, ANTRI untuk makan dan Hmmm…, Go To School.
Dan kita kembali bermuara pada kelas kita yang kekal ( HAHAHA …gak kok bercanda ), yang akan ku ceritakan lain kali. Karena butuh energy luar biasa saat mengungkapkan 3 tahun kebersamaan kita disini..Model Class

Kamar nomor 8…,
Aha! Aku tak ingat yang mana ranjang kalian. Kalian ingat sendiri saja. Ranjangku bawah, dekat pintu, bersatu dengan ranjang Ana yang berada di atasku, sampingku Mba Aswin( Ya kan???)

Kamar yang pertama kali menyataka bahwa kita satu…

Kamar yang menjadi tempat sharing saat salah satu dari kita merasa ada yang janggal dengan
persaudaraan kita…( Ingat kan kalian ? setiap orang wajib membuat 15 kertas tentang ‘siapa kamu??’)

Kamar yang membuat menangis- tertawa-kecewa-sedih-bingung-bangga karena kita pertama kali remedial (Fita!!!! Gimana grup yang kamu bentuk itu, lagu Mars remidinya juga kita buat di kamar ini??)

Kamar yang kita rasakan saat menyusun hiasan-hiasan kelas, yang meramaikan kelas kita…

Kamar yang membuatku menangis, saat waktu pulang datang. Duh, rasanya rinduku tak tertahankan, air mata yang berebut ingin keluar membuat dadaku sesak. Lalu kalian gencar sekali memberiku semangat untuk bersabar. Tapi toh, kalian pulang juga.(hiks..hiks…) and (Ulfa…., thanks kamu pernah temani aku hingga berhari-hari, kita cerita tentang buku, film yang kita suka sampai berbusa. Of cours,,HARRY POTTER)

Kamar yang menjadi tempat singgah kita saat ingin melihat bintang di langit, atau sekedar tower SMAMTASKA kita, dan gemerlapnya kota solo di malam hari…

Kamar yang melahirkan karya-karyaku dalam mengisi kesepianku…

Kamar yang eksotik, yang menyimpan penuh misteri ‘katanya’,yang penuh bintang, kamar yang bersih, dan yang…yang…yang lainnya!

So…

Luv All coz ALLAH…

“…Kini dengarkanlah
Dendangan lagu tanda ingatanku
Kepadamu teman
Agar ikatan ukhuwah kan bersimpul padu
…kenangan bersamamu
Tak kan kulupa walau badai datang menghadang
Walau bercerai jasad dan nyawa”
-Brothers-Untukmu Teman-

--Sekeping kenangan yang membuatku rindu kalian---
Aisah Ika Wardhani
Ana Muawanah Rosyidah
Aswin Fauziah
Athiyah
Dyah Nur Laily
Fauziah Halimatusssa’diah
Fita Fitriana rahmawati
Fitri Istiqomah
Inna Rachmawati
Lina Zaenabu
Risma Sakti Pambudi
Siti Zakiyah
Siti Mardiyah
Ulfa putri Arifah
Umi Nur Rosidah

Sabtu, April 07, 2012

Sweet Delight chocolate


Coklat…….enak sih. Tapi ga semua orang suka kan. Ngaku aja deh. Dalam Wikipedia coklat adalah sebutan untuk makanan yang diolah dari biji kakao.
Entah kenapa diriku dulu juga tak suka makan coklat. Apalagi kalau gigi lagi sakit. Ah, parah! Coklat seperti makanan hantu. Menakutkan dan bisa sampai bikin meringis kalau kesakitan (gak sampai nangis lah).
Tapi bay the way, persepsi itu ternyata berubah kawan. Dalam kisah faforitku Harry Potter, kira-kira waktu edisi ketiga tentang The Prisoner Of Azkaban . Nah, dalam kisah itu Harry yang melihat dementor ---merupakan sejenis makhluk yang ditugaskan untuk menjaga Penjara Azkaban sehingga mereka memberontak dan menyertai Lord Voldemort---pingsan. Salah satu guru yang berada disana yaitu professor Lupin memberinya coklat ajaib yang dikatakan bisa membuatnya tenang…
            Sampai disini diriku pikir itu benar-benar coklat ajaib. Dan aku menginginkannya (seperti diriku menginginkan Bertie Bott's Every Flavor Beans). Namun sungguh kawan, coklat itu hanya coklat biasa yang berasal dari kakao. Bener deh, diriku baru tahu waktu itu. Dalam sebuah artikel, coklat itu berguna banyak salah satunya sebagai menurunkan tekanan darah, membuat ketenangan hati dan akhirnya memanjangkan umur…
                Suatu studi epidemiologis telah dilakukan pada mahasiswa Universitas Harvard yang terdaftar antara tahun 1916-1950. Dengan menggunakan food frequency questionnaire berhasil dikumpulkan informasi tentang kebiasaan makan permen atau coklat pada mahasiswa Universitas Harvard. Dengan mengontrol aktivitas fisik yang dilakukan, kebiasaan merokok, dan kebiasaan makan ditemukan bahwa mereka yang suka makan permen/coklat umurnya lebih lama satu tahun dibandingkan bukan pemakan. Diduga antioksidan fenol yang terkandung dalam coklat adalah penyebab mengapa mereka bisa berusia lebih panjang. Coklat mengandung polyphenol dalam jumlah yang cukup tinggi dan bisa berfungsi sebagai antioksidan
                Dan akhirnya ketika hari suntukku tiba. Marah sama teman, tugas menumpuk, pulang, dan tugas menambah lagi. Daaaannnnn… banyak kejadian yang benar-benar membuat stress tingkat parah. Nah…saat diriku membuka lemari, ingatlah diriku bahwa aku pernah diberi coklat segepok oleh orangyang yaaahh.. something special (weee). Dan, bolehlah kumencoba. Sambil menikmati mengetik tugas,dan artikel ini, aku mencuil bagian-bagian coklat itu dan ajaib, ib,ib… stresku hilang.  Perasaan terbawa tenang, hening, nyaman…dan zzz..zzz( hheh..heh..ini bagian ngibul aja kok).
                Yah, kira-kira begitulah awal aku mulai suka pada batang coklat. Dan aku membawanya sebagai jaga-jaga kalau tiba-tiba muncul stress yang biasanya mewabah di kampus..(ngerti aja kan).
                Namun, tetap jangan lupa obat penenang kita yang terutama adalah alprazolam eh salah…AL-QUR’AN ( mentang-mentang sudah belajar nih).
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka bisa merasa tentram dengan mengingat Allah, ketahuilah bahwa hanya dengan mengingat Allah maka hati akan merasa tentram.” (QS. ar-Ra’d: 28)

Momento of 'dear diary'


Alhamdulillah esok hari yang bahagia. Kebetulan kampus libur. Jadi, aku berusaha melupakan penat dengan segala tugas-tugas yang menumpuk.Huahhmm.. Beberapa tugas ketikan aku berikan pada adikku untuk diketikkan. Sementara aku berniat ingin berkutat dengan kamarku yang berantakan.
                Kupandangi sosok kamarku sendiri. Kamar ini sebenarnya cukup luas. Warna cat yang sudah aku pilih sendiri, membuatku merasa nyaman. Sayangnya aku sering mendengar omelan ummi tentang jarangnya kurapikan kamar sebelum berangkat kuliah. Meskipun bila kulihat, kamar-kamar  kos temanku tak lebih rapi dari ini. Yeah..Paling-paling aku merapikan setiap hari sabtu atau minggu, itupun hanya satu atau dua jam,  karena setelah itu aku kembali berkutat dengan tugas-tugasku.
                Malam  ini moodku baik. Kudenggar takbir yang dikumandangkan dari masjid dekat rumah menggema bersahutan. Bahagianya. Aku teringat tahun-tahun sebelumnya aku selalu menjalani idul adhaku di Jawa tanpa keluarga, maksudku ketika aku sekolah di jawa..hawawa..sedihnya minta ampun, tapi sekarang pengen juga merasakan lagi).
                Aku memilih kardus-kardus dan lemari bukuku yang berisi puluhan(atau bahkan sudah ratusan ) koleksiku sejak SMP. Sembari bersih-bersih aku menemukan buku harianku yang sudah berdebu. Sejak kecil aku tak pernah luput dari yang namanya diary. Apalagi semasa SMA, aku selalu membawanya kemana-mana bahkan menuju kamar mandi (ini kalau di sekolah). Beberapa terkunci, karena bekode dan aku melupakan kodenya. Aku mengenali tulisan-tulisanku semasa SD, Semasa SMP dan SMA..haha tak ada yang sama. Semuanya bermetamorfosis.
                Dan saat aku membacanya, imajinasi ku bernostalgia. Aku mengingat masa SD ku yang kujalani di sekolah umum. Aku bermain bersama-teman, dan aku mencoba mengingat beberapa nama yang pernah ada dalam masa-masa itu. Aku ingat saat-saat aku berlari. Mendapat hadiah, berkelahi.  Di dalam buku harian itu ada beberapa catatan dari teman-temanku. “jangan lupakan aku ya fauziah..” hhehe..lucu sekali. Polos..Kemudian duniaku beralih pada masa SMP, dimana aku mulai fokus mengenal islam. Duniaku berbeda jauh saat aku memasuki wilayah pesantren. Kalau semasa SD aku lepas pasang tentang jilbab, tapi saat ini jangan harap melihatku keluar tanpa jilbab. Selebihnya berisi curhatku tentang rasa bahagia, marah, jengkel terhadap teman-temanku. Beberapa nama tertera disana, dan aku masih mengenali mereka. Kemudian aku mengenal porsi cinta. Namun, tak mendeteksi cinta Allah. Cinta ini masih cinta monyet, dan sungguh..aku harus tertawa terbahak-bahak…betapa lucunya ketika ia (orang itu ) menelponku, berbicara , dan menulis surat untukkku. Aku bahkan mencatat percakapn rinci kami…hhihi.  Aku belajar tentang banyak hal disini. Melebihi kapsitas sekolah umumnya. Bahas arab, tahfidz, dan segala macam pelajaran yang kurindukan (Hmm..kecuali muhadhoroh).
Masa SMA ku kembali berubah drastis. Nostalgiaku beranjak menuju pulau Jawa. Disana ku mulai hidup mandiri. Aku mengurus diri-sendiri. Keuanganku, sekolahku, dan segala yang tak pernah kulakukan ketika SMP. Kemandirianku dituntut hadir. Aku menulis hampir setiap hari. Buku diaryku paling banyak ketika SMA..wah..wah…tapi aku mulai menyadari betapa kau sangat dekat pada Sang Pemilik Segala saat itu. Aku selalu menangis tertawa atau apapun tak luput dari nama Allah. Allah seolah hadir disetiap tulisan dalam diaryku.  Hm…
                Disamping diary-diaryku aku menemukan buku-buku yang dulu kugunakan untuk menulis cerita-ceritaku. Aku juga mengenali cerita yang kubuat saat-saat SMP, hm..lumayan untuk ukuran SMP kalu kupikir-pikir(beneran lho..) kemudian aku mengenang saat aku memenangkan lomba menulis. Aku baca lagi cerit-cerita itu dari laptop. Cerita-cerita yag aku buat sat SMA juga ada. Hanya saja saat SMA tulisanku lebih banyak ke buku(aku menulis di komputer hanya kalau lomba, maklum di SMA kan nggak pegang computer). Bahkan ada yang hampir setengah novel. Waw..keren juga kupikir. Karya-karya ku sangat banyak. Belum lagi waktu aku melihat majalah-majalah  juga buletin-buletin yang terbit dari organisasi-organisasi menulis yang memang kugeluti.
                Sayangnya semua itu menghilang sejak kuliah. Aku mulai berhenti menulis. Bahkan menulis diary. Aku mengisi diary hanya untuk catatan kuliah  atau catatan-catan kecil. Aku bahkan terbiasa memendam masalahku tanpa kutulis lagi. Apalagi untuk mulai berkarya. Ya ampunn…







Love Story



It’s mee
Ini kisah sedih tentang cintaku yang membuatku frustasi. Kumohon jangan salahkan aku. Karena apapun yang kutulis adalah bagian dari masa laluku. Bukankah Allah selalu menyediakan rencana terindah untuk hmbaNya.
Ia cinta pertama dalam hidupku. Namanya Aldo Nah, apalagi yang bisa kalian simpulkan dari nama itu. Tampan??, cerdas?? Kira-kira memang begitulah sosoknya. Tinggi semampai, berkaca mata, lembut kepada wanita. Jangan pikir aku terlalu melebih-lebihkan dia.
Aku jatuh cinta padanya tepat pada pandangan pertama. Aku pikir tentu saja perasaanku terbalas. Aku bisa merasakannya. Hari itu, hari pertama aku akan tinggal dalam keluarganya. Ayahnya memperkenalkan diriku pada Aldo. Ia menatapku dengan kebahagiaan- yang kupikir- sulit sekali untuk dia sembuyikan. Dan saat itulah, ada perasaan cinta…ya..cinta pertama.
***
                Kreekk..
Sebuah pisau melubangi dinding dari papan tempatku beristirahat. Aldo melubanginya dengan sedikit lubang kecil. Lubang itu menghubungkan antara kamarku yang terletak dismping rumah dengan kamarnya. Setelah selesai melakuannya, ia teersenyum manis padaku. Tentu saja aku membalasnya.
                “Sekarang, aku bisa melihatmu meski malam ya. Tapi plis jangan bilang sama ayah ya. Biar lubang ini jadi rahasia kita. Paling tidak kalau malam kita tidak kekurangan komunikasi,”jelasnya padaku.
                Aldo sayang, bisik hatiku. Rupanya ia mengerti bahwa aku juga kesepian kalau malam. Apalagi kamarku tidak punya fasilitas hiburan seperti kamarnya.
                Cintaku kurasakan makin tumbuh sekian harinya. Apalagi setelah dua hari menjadi bagian dari keluarga itu, akhirnya ayah mengizinkan aku untuk menemani Aldo kemanapun. Tanpa ia curiga sedikitpun tentang perasaanku ini pada anaknya.
                “Jaga Aldo baik-baik ya!” kata ayah padaku.
                “Ayah…” Aldo menyela. ”Harusnya Aldo yang menjaganya..”
Mereka kemudian terkekeh-kekeh. Sementara aku hanya mampu tersenyum menyembunyikan semburat cintaku yang kian tumbuh. Dalam hatiku bertanya apakah Aldo juga merasakan hal sama saat ini.
                Hari-hari indah kemudian mengiringi setiap langkahku. Aldo lebih sering pulang malam sekarang. Setelah pulang sekolah, ia akan mengajakku mengelilingi kota ini. Sambil menikmati angin cinta, ia mengajakku ke sudut-sudut tempat terindah di kota ini. Aku selalu senang dengan senyumnya. Indah dan memang menawan. Ah, cinta..betapa ia memang selalu terasa indah.
***
                “Al, mau kemana?” tanya Tia sepulang sekolah. Ah Tia..dia salah satu mantan Aldo. Cantik memang, tapi buat apa sih dia masih mengejar-mengejar Aldo. Perasaanku mendadak begejolak. Mungkin inilah yang namanya cemburu. Cemburu pertama dalam hidupku.
                “Hm..ya biasalah Ya..aku mau kencan sama ini nih..kenapa? mau ikut?” Saat mangatakan “ini nih” tentu saja matanya melirik padaku. Haha..perasaanku terbang seketika. Kulihat wajah pias di wajah Tia. Ia dongkol sekali tampaknya.
                “Kamu berubah sekarang ya? Kita kan belum lama putus, kenapa kamu secepat ini berubah semenjak ada dia,”
                Haha..sungguh! aku benar-benar merasa menang.
                “Tia cantik,” kata Aldo.” Kamu kenapa sih? Apa kamu berharap aku memohon-mohon sama kamu untuk kembali seperti dulu?” lanjutnya.
                “Ya..bukannya begitu..” Tia tampak salah tingkah kini.
                “Begini Tia, maafkan aku. Masalah kita kemarin benar-benar kuAldop serius. Aku gak mau lagi sama kamu!” tegas Aldo. Tak ada yang mampu kulakukan. Meski kurasakan kata-kata Aldo cukup menyakitkan untuk Tia. Apalagi kini Tia menunduk. Sebagai wanita, tentu ia merasakan sakit hati yang dalam. Namun, Aldo tak peduli. Ia justru dengan cepat membawaku pergi dari tempat itu.
***
                Kemana kita ya sore ini…
                Senja mulai Nampak belahan langit barat kota ini. Pancaran gradasinya nyaris merubah polesan warna langit. Apalagi sisa-sisa air hujan masih terasa membasahi bumi. Beberapa pohon yang bertengger gagah di tepian Mahakam tampak segar.
                “ Kita ke jembatan Mahakam aja deh sore ini. Lagi indah pemandangannya.”
Sebenarnya tidak tepat begitu. Jembatan Mahakam sedang padat, jadi kami hanya singgah di tepian Mahakam paling ujung. Tempat biasa ia membawaku. Kami bersantai memandang senja. Aldo tampak santai dengan bersandar padaku. Dan aku menikmatinya, ia mulai menceritakan kisah-kisahnya. Beberapa tentang mantan pacarnya.
                Tapi aku hanya diam. Dalam hatiku sedikit terselip cemburu tak beraturan. Kenapa dia membicarakan mantannya di hadapanku. Seharusnya ia mnegerti bagaimana perasaanku. Tapi sudahlah, aku hanya ingin hari ini dan esok. Biarkan mereka menjadi masa lalu dan akulah masa depannya.
***
                Sadar atau tidak, aku tahu percintaan ini kan menjadi masalah. Apakah orang tuanya mengerti bahwa Aldo sedemikin mencintaiku. Aku pikr tidak. Itulah yang mulai menjadi masalah bagi kami. Setelah satu tahun aku hidup bersamanya, suka dukanya telah menjadi milikku juga. Bukan hanya menjagaku dengan sepenuh hati. Namun, Aldo telah mencintaiku sepenuh hati. Tapi, inilah hidup. Tak ada yang tak bermasalah. Semua berawal dari rasa cemburuku yang berlebihan.
                Malam itu, Aldo tak menyapaku sama sekali. Aku kesepin. Kudengan suarnya dari kamar sebelah justru sedang tertawa renyah sendiri. Kenapa? Pikirku. Kenapa hari ini ia tak berbagi kebahagiaannya padaku. Dan esoknya ia tak banyak bicara padaku. Sepulang sekolah ia langsung pulang. Ia bilang ia lelah, namun begitu, malam harinya pun kudengar ia berbicara sendiri dan tak peduli padaku. Dan baru kusadari, ia pasti sedang menerima telpon dari seseorang yang membuatnya bahagia.
Sejujurnya, aku hanya ingin ia tahu rasa ini. Jadi, keesokannya aku ngambek habis-habisan. Namun, tak kusangka ia justru marah dan meninggalkanku pergi sekolah. Itulah yang membuat perasaanku hancur.
                Oh..cinta. aku sadar benar memang kita akan pernah merasa jenuh dalam memiliki. Namun, apakah ini artinya ia akan meninggalkanku. Kenapa ia tak mencoba bersabar dan menekan perasaan itu. Atau kah ia memang sudah punya cinta yang lain?? Kubiarkan sedihku luluh. Biar ia tahu, aku tak ingin kehilangannya. Aku tak akan mau…
***
                “ kondisi keuangan ayah sulit Aldo..”  ucap ayah. “ jadi ayah mohon kau mengerti”
                “Ayah..,” bisik Aldo. Kulihat ada Kristal bening yang menggantung di pelupuk maanya. Aku tercenung. Ternyata laki-laki itu bisa juga menangis untukku. Ia menggeleng kuat sekali.
                Baru kusadari  hatiku tersayat saat itu. Aldo..ternyata cintamu tak pernah pupus. Mungkin akulah yang salah. Cemburu itu membuatku menangis di setiap malam. Aku tak mempu menyaksikanmu bersanding dengan cinta lain. Jadi, kupikir mungkin sebaiknya kupergi. Apalagi kulihat keuangan keluarga sedang memburuk. Aku bertingkah dengan sengaja supaya membuat jengkel orang-orang. Termasuk Aldo..
                Tapi sekarang, terlambat sudah untuk bisa kembali. Ini keputusan final ayah. Aldo ..maaf cinta. Aku menyesal. Aku pikir aku yang harus kehilanganmu.
                Aldo sayang…maafkan kebodohanku. Aku mencintaimu. Aku…
                Mungkin ini yang namanya putus cinta. Harapan itu menjadi kosong. Hari ini aku akan dibawa keluar kota dan tak kembali. Aku tak bisa lagi melihat kekasihku dengan senyumnya itu. Aku akan kehilngan dia untuk selamanya. Tapi, aku tak kuat. Sungguh ini berat sekali bila memang harus kuhadapi.
                “Maafkan ayah ya nak. Tak ada jalan lain.”
Tangan Aldo kini mnyentuh ubuhku. Aku hanya bisa menatapnya hampa. Pedih rasanya..sungguh! ini begitu berat.
                Kemudian Aldo berbisik lirih padaku “ Tak akan pernah aku melupakanmu. Bila aku mampu, akan kucari kau kemanapun. Kau yang terbaik, aku menyayangimu…”
                Dan cukup itu membuatku tersenyum.
 Meski aku hanya sebuah sepeda motor yang setia menemainya kemanapun..

 

Copyright © 2008 Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez | Blog Templates created by Web Hosting Men