Minggu, November 25, 2012

“Mistake” Story. part 2




Aku terisak di kamarku. Semenjak aku memutuskan pulang ke rumah, aku tak ingin diganggu siapapun. Aku tak peduli dengan jadwal kegiatan apapun yang ada saat ini. Toh, tanpaku mereka akan tetap tampil. Beberapa kali teman-teman menghubungiku, minta maaf dan berharap aku kembali. Tapi, aku menolak. Masih tak sanggup, apalagi bertemu Yoona.

How much longer must I cry? As I’m trusting that promise
You lied to me to wait for you Even my greedy side has grown weary/tired

Selama ini, aku tak pernah benar-benar dekat dengan Yoona. Ia adalah orang tersibuk saat ini diantara kami. Image dirinya dengan image diriku terlalu jauh. Aku yang selalu diam, kerja keras dan dijuluki Ice princess karena sifat mudah marahku, sementara Yoona yang selalu terlihat imut, cantik, manja dan mempesona apapun yang ia lakukan. Orang-orang bahkan tak pernah percaya ia punya sifat buruk. Dan itu semua hanya karena ia berwajah cantik. Semua ini konyol, pikirku.
Aku terhenyak saat ada yang mengetuk pintu kamarku. Namun, aku tak juga mampu bergeming.
“Unnie, omma menyuruhmu makan,” suara krystal dari balik pintu memanggil.
“Aku tak lapar,” jawabku lirih.
“Unnie, sampai kapan mau mengurung diri seperti ini. Semua masalah sudah selesai unnie…,” ucap krystal lagi. Aku hanya diam, tak menjawab.
“Unnie, boleh aku melihatmu? Aku ingin sekali bicara,” pintanya. Aku berpikir sebentar, kemudian berdiri dan membiarkan pintu terbuka. Wajah krystal sebenarnya membuatku agak perih. Adik semata wayangku ini,-meski aku percaya ia benar-benar adikku- tapi ia memiliki wajah innocent seperti milik Yoona.
Meski tersenyum, matanya masih terlihat sembab.
“Semua orang memikirkanmu. Kau kenapa? Bahkan kau tak mau cerita padaku?” tanyanya, sambil menyentuh pipiku.
“Aku hanya ingin sendiri, itu saja?”
Waeyo? Kau tak percaya kalau kami tak akan lagi mengungkit masalah ini?”
Entah mungkin karena lelah, aku tak berdaya menjawab semua pertanyaan adikku. Aku hanya merasakan lelah dan tak ingin diganggu.
“Kau tak rindu teman-temanmu? Mereka berkali-kali menanyakanmu? Bahkan sunbae yang bertemu denganku, semua menanyakanmu?”
Aku masih tak menjawab. Hanya membalasnya dengan diam
***
“Sebentar lagi aku mau ke taman Baehwa omma,” kataku sambil mengambil remot TV dan mulai menyalakan TV, mencari-cari channel yang menurutku menarik.
“Hmm..pergilah. Kau memang harus mencari angin untuk menenangkan hatimu,” ucap omma yang sedang sibuk mengupas apel.
“Aduh, omma, mana ada hubungannya angin dengan menenangkan hati. Angin ya angin, hati tenang berbeda lagi caranya,” sahutku
Omma tertawa mendengar ucapanku, “Setidaknya, putriku sudah bisa bercanda lagi. Kembali cantik dan menawan,” ujarnya. Aku tersenyum mendengar gombalannya. Hmm.. aku tersentuh.
“Omma…,” panggilku kemudian, perlahan aku mulai mendekatinya dengan manja. “Omma, benarkah aku cantik?”
Omma tertegun sejenak, namun kembali tersenyum. “Menurut omma itu pertanyaan retoris sayang,” jawab omma.
Waeyo?”
“Ya, karena kau cantik,” jawab omma singkat.
Sebenarnya aku ingin sekali melanjutkan pertanyaanku, tapi itu berarti aku mengakui bahwa aku memiliki rasa -semua perasaan ini aku agak malu memilikinya- cemburu.
“Lalu, bagaimana dengan krystal? Bisa kah omma menentukan mana yang lebih cantik?”
Omma masih melanjutkan mengupas apel, sampai sekitar 30 detik ia tak menjawab pertanyaanku. “Kenapa sayang? Kau merasa cemburu dengan kecantikan seseorang?” tebak omma langsung.
“A,aaku..,” kataku terbata-bata.
“Kau ingat ini ya sayang, ‘cantik itu dari dalam sini,” kata omma, ia menunjuk dadaku. “Hati kitaah yang sesungguhnya membuktikan secantik apa diri kita. Wajah yang cantik tak bisa selalu dielu-elukan. Jadi, kalau ada orang cantik yang dipuja orang, itu karena kecantikan hatinya melebihi wajahnya.”
Aku tertegun dengan ucapan omma. Memikirkannya dengan baik.
“Jadi, itulah kenapa aku selalu merasa tak begitu cantik. Begitu kah?” tanyaku.
Omma hanya mengangguk sambil tersenyum simpul. “Bisa jadi sayang,” ucap omma. “Nah, kalau kau tanya mana yang lebih cantik diantara kau dan krystal, seharusnyaaaa…,” omma memotong kalimatnya, dan kemudian melanjutkan”…seharusnya kaulah yang lebih cantik. Karena kau lebih dewasa, sementara ia masih ababil- ABG labil-“ Omma tertawa setelahnya. Aku juga ikut tertawa atas candaan Omma. Kemudian ia melanjutkan “Karena yang omma tahu, kalian sama-sama egois, pemarah dan cepat bosan.  Tapi disisi lain, ia… meneladanimu.”
Dia meneladanimu, kata-kata itu seperti aji pemungkas yang membuatku tersenyum.
Tanpa sengaja aku melihat ke layar TV. Disana aku melihat drama yang dibintangi oleh Yoona. Perasaanku yang awalnya membaik, mendadak mulai merasa tak nyaman lagi. Buru-buru aku mematikan TV.
“Omma, aku mau ke taman,” ucapku mengecup pipi omma dan mulai pergi. “Dadah..bye
***
Hari ini cerah sekali, aku berjalan dengan ringan. Sesuatu yang jarang aku lakukan, tapi sangat suka aku lakukan. Untuk mengamankan diri, aku sengaja menggunakan jaket dan topi. Setidaknya, aku bisa merasakan angin segar, meskipun harus sembunyi-sembunyi begini.
Wangi pohon cemara yang baru mekar tampak terasa kesegarannya. Sesore ini, taman Baehwa masih tak banyak pengunjung. Aku memasang headset yang tadi kubawa, memutar lagu favorit kami, mistake.

I knew I couldn’t have you , But my heart (my love for you) just kept growing
It’s my mistake for, Waiting by myself Regretting by myself
Loving you, Even though my heart was hurting/aching

Namun tiba-tiba saja , belum sampai setengah jam aku bersantai, aku mendengar suara terisak tepat disamping gedung kecil yang terletak disamping taman saat. Aku mengentikan aktivitasku barusan, bersenandung.  Agak takut tapi disertai rasa penasaran yang melanda, aku mencoba mendekat. Aku benar-benar berpikir 2 kali kali lagi untuk mendekat sebenarnya. Tapi, ketika suara isakan itu tampak mulai mereda dan berganti tawa riang aku justru makin penasaran.
Dengan langkah pelan aku kembali mendekati tempat tersebut.  Ruangan yang kudekati tampaknya tak benar-benar bergabung dengan gedung tua dan sepi ini. Ruangan ini terpisah dan hanya membentuk uangan kecil. Lebih seperti ruangan bawah tanah, meskipun ia tak benar-benar berada dibawah tanah. Tempatnya cukup kecil, menjijikkan karena tumbuh lumut-lumut yang tumbuh tebal disetiap dinding. Suara bicara seseorang yang menjadi sosok penting disana sepertinya sudah mulai terdengar. Aku berhenti sesaat berpikir untuk mengurungkan niatku yang kedua ini karena takut kalau ada hal yang tidak baik terjadi, setidaknya sampai aku mendengar dengan jelas seseorang yang bicara sejak tadi, seseorang yang membuat orang-orang didalamnya menangis dan tertawa tadi.
“…ini sudah hampir sebulan, kalian benar-benar terlihat baik sekali ya…,”
Aku merasa ada yang tak beres, dengan susah payah aku kembali mendekatkan telingaku pada dinding yang memisahkan kami –aku dan orang-orang itu-.
“…Sagwa, bulgogi, kimchi, daging bumbu pedas, …,”
Aku ternganga saat mengenali dengan baik suara itu. Orang itu, benarkah?
“..dan buah-buahan, masih butuh lama lagi untuk kemari…”
Aku mengintip dari celah, masih tak percaya.
“…minhe, mianhe… aku harus pergi, harus pergi,”
Orang itu buru-buru keluar dari ruangan, disaat yang sama aku tak sempat bersembunyi menghindari pertemuan ini. Matanya terbelalak saat melihatku, ia tampak sangat terkejut.
“Aa..aa..pa yang kau lakukan di..di..di sini?” ucapnyaa terbata-bata.
Aku juga masih merasakan syok,” Kau sendiri?,” tanyaku tanpa sadar, dan aku menambahkan,”Kau ngapain dengan orang-orang itu… Yoona?”
***
Kami tampak canggung, padahal ini baru seminggu kami tak bertemu.
 “Aku, aku… minta maaf,” ucap Yoona parau dan gugup.
Kami berdua memilih duduk di ayunan yang berdampingan yang ada di taman. Beruntung hari ini sangat sepi, tak ada yang lewat dan mengenali kami.
 “Unnie, aku berharap kau tak menceritakannya pada yang lain,” ucapnya resah.
“Kenapa? Kau pasti punya alasan melakukan semua ini?”
Ia mengangguk pelan.“Mereka… mereka… anak asuh ku?”
Aku tak menjawab meskipun terkejut dengan ucapannya.  “Mereka, anak asuh omma dulu sebenarnya, tapi semenjak omma bercerai dengan oppa, mereka tak lagi terurus.  Meskipun, mereka sekarang sudah bukan lagi anak kecil, tapi hidup mereka masih tak karuan. Kau lihat sendiri bagaimana mereka tampaknya kan unnie..,”
“Tapi kau bisa mengatakan semua itu pada kami. Kita bisa saja memberi kehidupan layak pada mereka. Kita bisa membantu mereka, tak perlu kau lakukan sendiri,” terangku kemudian.
“Untuk masalah ini, aku sudah pernah mengatakan niatku pada manajer, unnie. Tapi ia justru menyarankan media melihatnya, agar popularitas kita terdongkrak. Itulah yang aku tak inginkan. Itulah juga mengapa aku mengurungkan niatku untuk membicarakan ini dengan kalian. Aku disini hanya ingin menolong. Aku lebih tak mau mencapur adukkan antara ketulusan hati dan mendapatkan popularitas, itu hanya membuatku makin tak tenang,” terangnya sambil mulai berkaca-kaca.
Aku tecenung sejenak dengan ucapan Yoona. Bagaimana ia bisa memikirkan hal tersebut sampai sejauh ini. Sebelum aku bertanya ia mulai melanjutkan, “ Aku hanya memberi mereka makanan-makanan yang setidaknya dapat membantu mereka hidup dengan baik untuk beberapa hari. Sementara untuk pakaian, aku hanya memberi mereka uang.”
“kau memberi mereka uang? Apa mereka tak bekerja?” tanyaku.
Ia mengangguk,” Mereka bekerja, unnie. Tapi masih tetap tak terurus. Itulah yang membuatku gelisah, sebanyak apapun aku memberi uang, mereka akan menghabiskannya tanpa aku tahu untuk apa. Dengan semua aktivitas kita yang padat ini, aku bahkan tak punya waktu untuk memikirkan jalan terbaik untuk mereka. Tapi, setidaknya melihat mereka masih bisa makan dengan kenyang, dan tawa mereka saat menerima uang adalah hal terbaik yang pernah kurasakan. Ketulusan hati itu, membuatku merasa tenang. Ketenangan hidup itu lebih mahal dari apapun di dunia.”
Ketenangan hidup itu lebih mahal dari apapun di dunia. Aku mengulangnya dalam hati. Kau benar Yoona. Dan aku menyesal, bagaimana mungkin aku tak mengenal siapa dirimu. Kau mampu bersikap dewasa lebih dari yang aku tahu.
“…Unnie, aku juga ingin minta maaf. Kau pasti sakit hati sekali” ucapnya menyadarkan lamunanku.
“Untuk apa? Ah, untuk masalah itu?” aku mendadak ingat masalahku beberapa hari lalu. “Aku menagis terus-terusan. Jangan merasa bersalah, Yoona. Karena kau benar, aku pergi sebentar untuk belajar bagaimana mengenali sifat pemarahku ini. Aku benar-benar egois kalau menyalahkanmu waktu itu. Akulah yang salah dan hampir merusak nama baik kita yang banyak kau bangun..,”
“Tidak..unnie, bukan itu maksudku…,”
            “Sudahlah…, kau memang cantik kok, kau pantas sekali mendapatkan semua cinta dari banyak orang,”
“Unnie… sudahlah…masalahmu sudah benar-benar selesai kok…,” ia mencoba menyela, tapi aku melanjutkan.
“Aku sudah bilang, aku telah menyadari semuanya. Aku menyadari bahwa kecantikan itu bisa dilihat dari hati. Dan hatimulah yang membuatmu tampak sangat cantik. Jika aku berusaha memperbaiki diri dengan belajar dari kesalahan masa lalu, aku akan mulai menghargai bagaimana proses menjadi cantik itu tumbuh dalam diriku. Benar kan?”
Mata Yoona mulai tampak basah, tapi aku melanjutkan  “…Aku beruntung, beruntung seberuntung-beruntungnya. Memiliki keluarga terbaik, omma, appa, krystal, kalian berdelapan dan orang-orang lain yang selalu mendukungku. Apapun jalan kita, aku harusnya bersyukur,”
Yoona tersenyum,” Aku senang kau mengerti unnie.,” katannya. “Kau tahu unnie, kedewasaan itu muncul karena kita belajar untuk menjadi dewasa. Kedewasaan tidak lahir begitu saja, kedewasaan adalah proses. Setiap aku lelah, setiap aku merasa memiliki beban berat atas tugasku, setiap aku mendapat masalah apapun itu, aku selalu mengingat kalian. Taeyeon unnie yang tenang disaat apapun, Jessica unnie yang selalu berusaha lebih baik, Sunny unnie berani melewati apapun, Tiffany unnie yang penyayang,  Hyoyeon unnie yang perhatian, Yuri yang apa adanya, Sooyoung yang unik dan tak ada tandingannya dan seohyeon yang masih begitu polos. Aku juga melihat kalian melewati semua masalah dengan sekuat tenaga alih-alih lari dari masalah yang membetot kalian., dan kalian masih bertahan dengan hidup yang kalian pilih. Dan itu membuatku semakin kuat menjalani semua ini, dan tetap ingin berada diantara kalian,”
Aku semakin terkagum-kagum dengan kedewasaannya, “Aku jadi merindukan teman-teman, “ kataku tanpa sadar.
“Nah…,” Yoona bangkit dari duduknya,” tunggu apalagi unnie, kau harus segera pulang ke asrama!” pintanya memaksa. Ia setengah menarik tanganku. Jadi, mau tak mau aku ikut berdiri. Tapi sebelumnya aku berhasil mengacak rambutnya. Berhasil.  Meskipun ia lebih tinggi dariku.
“Unnie… kau..ah, jangan,” teriaknya dan berlari menghindari tanganku, tapi aku buru-buru mengejarnya.
Pada senja itu, kami berjalan beriringan menyambut teman-teman lain yang menunggu kami di asrama.  Dalam canda tawa kami, sesungguhnya kami meresapi  air mata masing-masing. Mencoba meredakan gejolak hati yang sebelumnya sempat menghentak-hentakkan keteguhan hati kami.
Dan senja pun berganti malam.

The End

“Mistake”Story. part 1




Ide cerita ini muncul saat mendengarkan lagu mistake miliki mereka. Lirik lagu ini ditulis oleh salah satu member mereka, Kwon Yuri. Jadi, jangan lupa dengarkan lagu mereka sembari membacanya. Karena background ceritanya di korea, ada beberapa kata dalam bahasa korea. Replay terus lagunya. Oke oke…

A friend is someone special a rare and priceless gift… someone whose smile can cheer you and give your heart a life.

Di keramaian kota Seoul, 1 Juni
Malam yang berbintang

Balkon samping asrama tampak sunyi. Entah kenapa malam ini, aku menghindari keributan yang selalu terasa di asrama. Penatku seperti merambah menjadi nyeri-nyeri di tubuh. Sudah dua seminggu terakhir aku melewatkan olah raga, mungkin itulah alasannya badanku mulai cepat terasa lelah. Apalagi kegiatan terhitung padat akhir-akhir ini.
            Aku menggelar tikar kecil yang kubawa dari kamar di balkon. Aku menikmati angin menampar-nampar wajahku, pelan tapi dingin. Sambil mengaduk coklat hangat yang kubawa, aku mulai mendengarkan lagu mistake  milik kami sendiri .

I’m still at the same place, I’m weary from wandering by your side
Even today, as I was wandering, Day has passed again and again
Now I’m here

Beruntung balkon asrama langsung menghadap sungai Han. Ah, rasanya lama sekali aku tak menikmati keindahan malam seperti ini. Kapal pesiar yang melewati sungai sepertinya berasal dari dermaga Yeouido dan menuju Yangwha. Dari sini aku juga bisa melihat jembatan Banpo dengan lampu gemerlapnya dan tentu saja air mancurnya yang mengalir bak pelangi.. Aku dan kawan-kawanku menamakannya rainbow rain. Kami selalu terpesona kapanpun kami memandang kesana, dan tak pernah terlewatkan, setiap kami punya waktu kami akan berhujan-hujanan disana hingga basah kuyup. Tanpa sadar aku tersenyum.
Aku baru saja menikmati tegukan pertama cokelatku ketika pintu balkon terbuka. Disana berdiri Sunny dengan tersenyum imutnya, ia membuat gerakan lucu dengan bibir dan hidungnya.
“Kau menyendiri lagi? Dan dengan lagu ini?” tanyanya masih berdiri. 

You lied to me to wait for you Even my greedy side (for his love) has grown tired You know.
You know that my heart is hurting, You can’t just ignore and laugh/smile like that

Tanpa menjawab pertanyaannya aku hanya bekata,” kalau kau ingin bergabung, ini tak akan jadi kondisi ‘menyendiri’ lagi kan?”
Sunny hanya menatap malam. Ia seperti berpikir dalam posisinya masih berdiri di pintu balkon.
“Duduklah disini Sunny!” aku menunjuk tempat kosong disampingku,”Kecuali, ya jika kau ingin bergabung dengan pesta di ruang tengah.”
Pesta yang kumaksud adalah makan malam bersama semua orang di asrama. Tapi karena aku sedang menjauhi keributan, maka aku lebih memilih tempat ini.
“Ada yang ingin aku bicarakan, Jessica.” Ia mulai tampak serius.
“Bicaralah,” jawabku
Sunny kemudian duduk di sampingku, tersenyum ganjil dan kecut, tapi tulus, aku tahu itu.
“Jessica, kau tahu aku baru saja menemui pamanku sore tadi…,” ia terdiam sejenak menunggu reaksiku. Tapi aku hanya diam menunggu kelanjutannya.
“…besok  ia akan bertemu dengan Taeyon, ketua kita. Dia bilang ada masalah lagi yang menimpa kita. Aku tak tahu, apa aku dalam posisi benar memberi tahumu lebih dulu masalah ini. Tapi aku pikir, kau toh pada akhirnya akan tahu juga.”
“A..apa ini tentang kita semua, a..atau tentang aku, ha..hanya aku?” Aku tak mengerti mengapa tiba-tiba suaraku menjadi bergetar. Mendadak aku merasa tak nyaman. Tapi Sunny tak menjawab apa-apa. Ia hanya menyerakan sebuah kertas.
***
Yuri masih tidur di sampingku. Aku tak benar-benar nyenyak istirahat semalam. Meskipun handphone  sejak semalam aku silent aku tahu sejak dini hari tadi omma dan adikku, krystal, sudah berkali-kali menghubungiku. Tapi aku tak punya nyali untuk mengangkatnya. Membuat omma kecewa adalah hal yang paling aku benci. Sejak semalam aku menggenggam kertas yang diberikan Sunny. Dalam keadaan kumal, aku membacanya kembali

Jessica, lagi-lagi marah pada fans?
Seorang staff di stasiun TV swasta, mengadukan kekesalannya pada pihak SM Entertainmen, sejak rabu kemarin. Ia ingin langsung bertemu dengan manajer SNSD, tapi selalu terhambat. Pasalnya, ia mengaku telah dipukul oleh Jessica, anggota SNSD yang saat itu sedang bertugas menjadi bintang tamu dalam acara With my star, bersama rekannya Yoona. Pada sesi istirahat, Jessica tertangkap kamera sedang memukul pundak salah staff yang sedang berada didekatnya.Sepertinya ia marah karena gangguan kecil yang menimpanya.
“Aku hanya berusaha meminta tanda tangannya, tapi entah kenapa ia memukulku. Apa itu pantas dilakukan oleh seorang artis. Ia tak pantas menjadi idol. Jessica, setahuku, memang sosok yang mudah tersulut marah. Tidak hanya memukul, ia sering menghina dan…”

Aku meremasnya sekali lagi. Aku merasakan ada yang perih di dadaku. Aku seperti tak punya nyali untuk membuka mataku pagi ini. Selain keluargaku, pihak perusahaan termasuk manajerku sudah berkali-kali menginterogasiku sejak pukul 3 tadi lewat telpon. Bahkan sunbae-sunbae banyak menghubungiku lewat massage . Aku juga sempat membaca komentar netizen yang menyalahkan aku, beberapa memang mendukungku. Ini bukan pertama kalinya aku tersandung kasus yang sama karena kecerobohanku saat marah. Aku hanya merasa tak enak dengan member yang lain. Meskipun aku yakin, mereka tak akan menyalahkanku. Mereka tahu siapa aku, dan sudah lama mengenalku.

it’s my mistake for not making you love me more
It’s my mistake for loving you more than (you love/like me?)
This is my assumption It’s my mistake for not making you love me as much as I wanted you to..

Girls, please.. bangun! BANGUN!” suara sooyoong lantang memanggil  kami. Aku sengaja bermalas-malasan tak ingin bergerak. Sementara Yuri disampingku sudah mulai menggeliat. Tak sampai 5 detik ia sudah terduduk dari tidurnya. Meskipun aku tahu, jiwanya masih tak seutuhnya kembali.
“Jessica unnie, kau sudah bangun?” ia setengah sadar membangunkanku. Aku tak menjawab, dan masih pura-pura terpejam. Sampai akhirnya Sooyoung datang ke kamar kami.
“Jessica…Yuri…bangunlah! Taeyeon bilang ada hal penting yang ia akan sampaikan. Semua sudah menunggu, 2 menit ya!” ujarnya cepat-cepat. Aku merasa sangat tak nyaman.
Karena Yuri membangunkanku dengan keras, maka aku terpaksa bangun dan kami bergabung dengan yang lain.
Di ruang tengah semua menunggu. Sunny, Tiffany dan Yoona masih tampak terkantuk-kantuk juga. Mereka menumpukkan diri di sofa ruang tengah dan disusul dengan Yuri yang bergabung untuk duduk bermalas-malasan. Hyoyeon masih menggunakan celemek, sepertinya ia tadinya sedang menyibukkan dirinya di dapur menyiapkan sarapan. Seohyoun masih menggunakan baju handuknya karena baru menyelesaikan mandinya. Sooyoung sementara itu, berdiri di pojok menunggu Taeyeon.
“Dia masih menerima telpon,” ia memberi tahu yang lain. “Semoga saja kabar baik kan..”
Wajah mereka masing-masing menyiratkan tanda tanya, kecuali tentu saja, aku dan Sunny. Sunny menatapku dengan senyum seolah mengatakan, “semua akan baik-baik saja, Jes”. Namun, tetap saja aku tak mampu mengontrol jantungku  yang mulai berdegup makin kencang. All is well, all is well, all is well, bisikku dalam hati.
“Hai semua…,”Taeyeon kembali dari kamarnya setelah semenit berlalu dan langsung duduk ditengah di antara kami.
“Hmm…Begini, manajer baru saja menghubungiku, ia mengatakan ada hal buruk yang terjadi. Tapi semua itu sedang ditangani oleh CEO dan menajer. Sepuluh menit lagi aku diminta ke kantor untuk mengkonfirmasinya. Kalian tenang saja, aku yakin semua akan baik-baik saja. Namun begitu…,” Ia terhenti sampai disini. Aku mulai mengalihkan pandanganku. Kemanapun, karena aku mulai merasa takut.
“…namun begitu,  kalian tetap saja harus tahu apa yang terjadi.”
            Aku benar-benar tak tahu lagi harus memandang kemana. Taeyeon menceritakan apa yang terjadi, persis seperti yang semalam Sunny ceritakan. Beberapa kali ia menatapku, aku tahu itu. Sementara yang lain sedang serius mendengarkan apa yang ia ceritakan. Pandangan mereka dipenuhi tanda tanya tapi tak ada yang bicara.
            “Aku harus pergi sekarang,” katanya sebelum ada yang bicara. “Jessica, kau baik-baik saja?” tanya kemudian. Aku agak kelabakan ditanya begitu.
            “Hmm… tentu. Tentu saja! Aku tak apa,” kataku buru-buru.
            “Percayalah, semua akan beres. Mereka sedang memblokir semua situs yang menayangkan ini sebelum semua tersebar. Tapi tetap saja, kau harus menjelaskan semuanya. Paling tidak kita semua harus tahu detilnya kan,”  jelas Taeyeon padaku.
“Dan baiklah,” ia melanjutkan, “ aku akan pergi sekarang. Sooyoung kau bisa temani aku kan?” tanyanya pada Sooyoung yang langsung mengangguk. “..Dan Sunny, tolong jaga yang lain sementara aku pergi. Dan juga, untukmu Jessica, kau harus siap kalau nanti bos memanggilmu. Ingat ya, kau harus tenang. Oke, Good luck semua!” ucapnya tenang.
Lima menit setelah Taeyeon dan Sooyoung pergi ruangan kembali hening. Tak ada yang bicara sampai akhirnya, Tiffany memulai.
“Jadi, Jessica, Bisakah kau ceritakan semuanya?” tanyanya.
“Semuanya sudah diceritakan Teayeon  kan!” jawabku singkat.
“Jadi kau benar memukul staff itu?” kali ini Hyoyeon yang bertanya menyelidik.
Aku mulai dongkol, entah kenapa. Jadi, aku menjawabnya  juga “Kalau kalian disenggol dengan cara tak sopan dengan laki-laki yang tak kalian kenal, apa kalian akan diam saja?”
“Unnie dengar! Hanya karena kau disenggol oleh seseorang tak dikenal, apa lantas kau berhak memukulnya? Apa kau tak ingat tentang ‘image’ dirimu saat itu?”  tanya Yuri. Kemudian menambahkan, “ Dan image kami?”
Mianhe… aku minta maaf kalau begitu.” Hanya itu yang kuucapkan. Dan mereka semua tampak makin bingung. Yang bisa kulakukan hanyalah membuang muka atas tatapan mereka padaku. Aku heran, aku hanya ingin masalah ini tak lagi diperpanjang.
“Oh.. baiklah! Yoona kau ceritakan pada kami apa yang terjadi!”
            “Ah, wae? Kenapa aku? Aku tak tahu apa-apa?” Yoona buru-buru mengelak.
“Kau berada disana waktu itu?”
“Tapi aku tak didekat Jessica unnie saat kejadian itu,  lagipula jangan bawa-bawa aku. Aku tak mau terlibat apapun. Aku tak bisa jadi saksi apapun,” ucapnya secepat mungkin. Aku mendelik padanya.  tak percaya dengan apa yang ia katakan.
“Maksudmu, kau tak percaya padaku, begitu?” tukasku pada Yoona. Ia tampak terkejut.
“Bukan begitu unnie… maksudku..,”
“Sudahlah,” Sunny buru-buru melerai. “ Bukankah masalah ini akan segera beres. Mungkin ini sebaiknya, tak kita bicarakan lagi.”
“kalian tetap saja menyalahkanku,” aku masih tak terima. “Dan aku lebih tak percaya karena kau mengatakan hal buruk tentangku,” tudingku pada Yoona.
Ia tampak terkejut sebentar, “Aku tak mengatakan hal buruk tentangmu kok. Unnie, kenapa sih kau cepat sekali marah. Aku bahkan tidak bicara dengan nada tinggi padamu,”
“Disini posisiku lebih tua..”
“Lalu? Aku harus mengikuti mau mu begitu?”
“Sikapmu tidak sopan?”
“sudahlah unnie, kalau kau mau aku bersaksi untukmu, aku akan pikirkan itu lagi nanti. Aku lelah…,”
 “Cukup Jessica! Yoona! Kenapa dengan kalian ini?”
“Kalau saja member lain yang disana mereka tak mungkin menolak menjadi saksi bagiku kan. Kau secara tak langsung menganggap bahwa aku memang bersalah. Aku pikir kita keluarga, tak peduli apapun pasti membantu”
“Kau memang salah, Unnie!” balasnya. “Aku melihatmu kok memukulnya, apa kau mau aku bersaksi begitu.”
Aku tak tahu harus berbuat apa, apa yoona terpancing amarahku, aku juga tak tahu alasan pastinya sampai ia tega mengatakan hal itu padaku.
“Sudahlah, unnie, aku masih lelah. Semalam aku pulang larut dan merasa kurang tidur. Aku tak mampu berpikir apa-apa sekarang ini.”
“Kau pikir aku tidak lelah. Jiwaku lebih lelah menerima pemberitaan ini. Kenapa harus selalu aku? Kenapa bukan kesalahanmu saja yang tertangkap kamera? Kau juga manusia biasa kan?”
Meski aku masih menguasai diri, tapi aku merasakan napasku mulai berat.
 “Unnie, kau tak perlu membawa-bawa cerita tentang manusia biasa. Kalau kita siap menjadi idola, kita juga seharusnya siap menjaga image kita diluar sana kan. Kau tak menyesal atas perbuatanmu, tapi kau hanya takut sikap burukmu dibicarakan orang-orang. Toh, ini bukan pertama kalinya kau mengalami hal ini unnie. Kalau boleh aku sarankan,  kau harus belajar memang bagaimana mengontrol diri. Mereka fans kita, apa salahnya kalau mereka…,”
Tapi sebelum sadar, aku sudah berteriak.
“JADI KAU TAK BENAR-BENAR MELIHAT APA YANG TERJADI YA? DAN KAU MENGANGGAP AKU PANTAS UNTUK DISALAHKAN? ATAU KAU HANYA MENJAGA NAMA BAIKMU SENDIRI SEBAGAI IDOLA? RUPANYA MENJADI  ICON DI GRUP MEMBUATMU TAK BERNIAT MENCORENG IMAGE ITU. KAU TAKUT POSiSIMU SEBAGAI ‘FACE OF THE GROUP’ TERGANTIKAN?”
“Jessica, Yoona tak menyalahkanmu, sungguh…” kata Tiffany
 “SEKARANG AKU TANYA PADA KALIAN. SIAPA YANG HARUS MENJADI TRAINEE TERLAMA DISINI? SIAPA YANG HARUS MENGALAMI HARI-HARI PENUH TEKANAN SEJAK KECIL? BERLATIH SETIAP MALAM LEBIH KERAS. BERSUSAH-SUSAH PAYAH MENURUNKAN BERAT BADAN SUPAYA PANTAS BERADA DALAM GRUP INI? MENGHABISKAN BANYAK WAKTU MENGIKUTI LATIHAN VOKAL LEBIH BANYAK? KENAPA HARUS AKU LAGI…DAN LAGI YANG MERUSAK NAMA BAIK GRUP KITA, DENGAN SEMUA USAHAKU ITU?
“Unnie..,” Seohyun mulai terisak,” Jangan…”
“Jessica…,” seru yang lain.
“DAN KAU DENGAN MUDAH MENDAPAT POPULARITAS HANYA DENGAN KECANTIKANMU? MEMBINTANGI IKLAN INI ITU, BERMAIN DALAM FILM INI, ITU. DAN POULARITASMU JAUH MENINGKAT DIATAS KAMI.  JADI, PESONAMU TAK BOLEH RUSAK HANYA KARENA MEMBANTUKU?”
Yoona berdiri dengan mulut setengah terbuka, jelas ia kaget dan tak tahu harus bicara apa.
“Yoona tentu saja ingin membantumu…” 
“PASTI TIDAK BEGITU INGIN KAN? KALAU TIDAK PASTI IA SUDAH MENGATAKAN PADA SEMUA ORANG KALAU AKU PUNYA ALASAN MENGAPA AKU MELAKUKANNYA! IA TAK MUNGKIN MENGATAKAN TAK MAU IKUT CAMPUR TADI KAN? IA PASTI SENANG KALAU AKU TAK LAGI BERADA DISINI!”
 Semua kekesalan dan kekecewaan  yang menderaku sejak semalam tertuang keluar. Frustasi karena tatapan tak percaya dan pertanyaan konyol yang ada, sakit hati karena tak ada yang ingin membelaku, kemarahan karena semua yang terjadi mereka anggap pantas untuk aku dapatkan. Seohyun ketakutan mendengar suara kerasku. Yang lain mulai gelisah dan merasa tak enak.
“Jessica, kami benar-benar minta maaf!” kata Hyeyeon putus asa, matanya sekarang berkaca-kaca. “ Kau benar sekali, aku juga pasti marah kalau jadi kau?”
Aku hanya mendelik padanya, masih bernapas berat. Aku berlari ke kamar mengambil jaket dan kembali berlari menuju ruang depan. Dalam rasa kalut yang tinggi aku memutuskan untuk pergi secepatnya.
“Sunny, bagaimana ini?” aku mendengar yang lain khawatir.
Sunny segera bangkit, “Tenanglah, aku akan menyusulnya.”
Tapi sebelum Sunny membuka pintu depan, aku sudah berlari secepatnya menghindar agar tak bertemu dengannya.

....bersambung 

catatan :
unnie: kakak untuk perempuan
Omma : ibu
mianhe : maaf
Waeyo: kenapa?
 

Copyright © 2008 Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez | Blog Templates created by Web Hosting Men