Minggu, Februari 17, 2013

2/17/2013



Aku hanya ingin berperan sebagai perisai, tapi kenapa justru aku yang meleleh. Aku terjebak dalam suatu keadaan, dan aku mengingat-ingat bagaimana cara melepasnya. Ini kenyataan atau halusinasi. Aku – sekali lagi- terjebak…

F. Halimatussa’diah
 

Rabu, Februari 13, 2013

Untuk setiap langkah, bersyukurlah!



Sebenarnya…
Semua proses pencarianku akan kembali pada suatu nilai yang pasti.. Al-Qur’an dan hadist.
Aku memikirkannya setiap menikmati semua proses tersebut

Belajarku, mimpiku, anganku, kesukaanku, kegiatanku, kesuksesan termasuk semua lawannya,
Apa yang tak kupelajari, apa yang tak pernah aku inginkan, apa yang tak pernah aku lakukan, apa yang tak pernah aku sukai,dan segala kegagalan yang pernah aku lewati,,


Misalkan,

Aku menyukai sebuah warna pink, alasannya tak pernah terbesit hanya karena dia enak dilihat, aku selalu menemukan nilai lebih untuk dicintai, dan sangat spesifik. Karena warna yang kusukai itu menenangkan, elegan dan menggambarkan betapa aku menyukai posisiku sebagai wanita, mencintai tanpa ingin mengeluh mengapa aku tak dilahirkan sebagai laki-laki yang kuat, atau seperti yang orang-orang tanpa sadar sering katakan “kamu enak laki-laki, lha aku perempuan, gak bisa ini itu..”

Sesungguhnya dunia ini adalah perhiasan dan tidak ada di antara perhiasan dunia yang lebih baik daripada wanita yang sholihah.” (HR. Ibnu Majah)

Atau aku yang sangat menyukai lirik lagu The Boys SNSD
I know life is a mystery,
I’m gonna make history
I’m taking it from the start

Tak hanya kagum akan suara eksotis mereka. Lagunya yang sangat-sangat enak untuk didengar pas lagi malas, pas lagi bermusuhan dengan teman, pas lagi down lihat nilai keluar. Lagunya –kebetulan- mengenai kesepakatan mereka bersembilan untuk tampil menjadi terdepan. Karena kalau mereka tak bersembilan mereka tak mungkin bisa menyelesaikan lagu ini. Dan membuktikannya.

It’s not a fantasy,
This is right for me
Living it like a star

Percaya diri untuk menjadi pemuda yang mengambil inisiatif mengedepankan diri. Percaya diri untuk menjadi pemuda (pemudi) yang ideal dalam islam. Seperti berani mengambil langkah untuk maju skripsi duluan misalnya (bukan aku!, bukan aku!). Atau berani mengambil kesulitan untuk sesuatu yang lebih baik. Dan perkataan ini mengingatkanku pada kisah ashabul kahfi,

Dan dalam Al-Quran di dalam surah Al-Kahfi ayat 9-26, diantaranya: “(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat perlindungan (gua) lalu berdoa: ‘Wahai tuhan kami berikanlah rahmat depada kami dari sisi-Mu dan tolonglah kami dalam menempuh langkah yang tepat dalam urusan kami (ini) (10)…Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad saw) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka (Sang Pencipta) dan Kami beri mereka tambahan pimpinan (iman, taqwa, ketetapan hati dan sebagainya) (13).

Atau mengapa aku sangat benci mencontek dikelas. Padahal nilai abstrak mencontek tak hanya pada nilai di KHS membaik. Lebih kepada nilai kerja sama, nilai saling membantu yang lemah, nilai kekreatifan, nilai kearifan, nilai mengambil kesempatan, nilai memanfaatkan waktu, dan banyak nilai lainnya. Itu kenapa banyak orang menyukai proses ini, baik memberi contekan maupun menerima contekan. Bahkan pun, mereka yang mencontek belajar lebih keras dibandingkan aku, lebih pintar dan lebih baik dibandingkan aku.

Tapi tetap saja aku tak menyukai ini semua.

Aku memikirkannya kemudian menyadari ketidaksukaanku ini bukan hanya karena aku takut melanggar peraturan. Aku melakukannya karena aku ingin mendidik diriku untuk lebih berani mengambil keputusan dan ketegasan diri. Aku ingin memulai untuk bertindak tegas pada diriku sendiri, kemudian nilai jelek yang keluar bisa membuatku marah pada diri sendiri, bukan orang lain. Karena disisi lain, aku menyadari bahwa aku masih mewarisi sifat untuk menyalahkan orang lain. Right?

Selain itu, aku belajar bagaimana berani,
Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang yang menyeru Rabb-nya di pagi dan senja hari dengan mengharap wajah-Nya. Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini. Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah kami lalaikan dari mengingat Kami serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (Al-Kahfi: 28)

Begitu juga tentang, Mmm…
Aku yang tidak berhasil kuliah di bidang bergengsi kedokteran. Atau tidak bisa menjadi mahasiswa dengan nilai ‘A’ mendominasi dan predikat teladan, atau menjadi seorang wanita secantik artis korea, atau uang melimpah seperti memiliki kebun uang. Semua itu ternyata menghubungkan dengan semua detil kehidupan dan sifat yang melekat padaku. Tentang aku yang masih suka menyombongkan diri, tentang aku yang masih tak bisa memegang amanah dengan baik, tentang nilai tanggung jawabku yang masih banyak harus kuselesaikan, tentang aku yang masih malas, tentang-tentang lainnya yang membuatku membuka mata.

Dan akhirnya, ini menjadikan nyaris semua pertanyaan-pertanyaan hidupku terjawab segera. Kecuali yang nyeleneh, aku masih menyimpan pertanyaan-pertanyaan tersebut di hati dan menjawabnya dikemudian hari.

Jumat, Februari 08, 2013

Rainy Days



Samarinda sepertinya mulai musim hujan lagi.
Aku suka sekali suara langkah yang berlari melewati hujan, yang menimbulkan bunyi gemericik akibat sepasang sepatu beradu dengan genangan air. Hujan tiba-tiba saja menyerbu di saat aku sedang menikmati suasana hangat kota ini.
Karena seharian ini hujan deras, jadi aku mengurungkan niatku untuk keluar. Awalnya mau menghadiri seminar, tapi pikirku hari ini pasti banjir, jadi aku membatalkannya.
Beruntung sekali listrik tidak mati, dan wifi juga lagi ‘tahu diri’ untuk tidak ngambek. Alhasil, aku puas menyelesaikan film yang tertunda-tunda untuk di tonton. Apalagi, berhubung laptop sedang tidak mood untuk download, aku jadi ketinggalan puluhan episode Running man, beuh.. beuh..bogosipo.
Eh, mahasiswa tingkat akhir. Bosannya…bosan banget. Kuliah kosong, ke kampus gak nentu jadwalnya. Paling-paling kalau cuma ngawas, setelah itu pulang. Apalagi peraturan sekarang sudah gak ada responsi, gak ada belajar bareng di luar jam praktikum, cuma fokus di lab. Tapi, kosongnya waktu juga lumayan membuat stress, mau jalan-jalan ingat skripsi, mau makan enak ingat skripsi, mau hunting buku baru ingat skripsi, mau nonton, mau baca komik, mau ngalor-ngidul, mau ngeblog, mau pasang status, dimana-mana skripsi. Gak sih kalau sampai tertekan. Aku tertekan kalau cuma uang saku dipotong. Hehe
Back to waktu kosong
Jadi gini ya rasanya belajar sendiri, gak ada jadwal juga teman. Baca buku sendiri, baca slide sendiri, tanya-tanya sendiri, jawab-jawab sendiri.
Eh iya, kemaren pas ketemu dosen pembimbing, 2 hari 2 malam terbangun terus buat belajar. Padahal cuma mau konsul aja.
Ya maklumlah, aku pas ‘ketabrak’ sama peraturan ketat dosen pembimbing. Tapi gak papa lah, biar matang.
 Pas masuk ruang dosen, punggung rasanya mau remuk (Alay..alay!!!), gara-gara bawa buku buat referensi. Sudah gitu, antrinya panjang kayak pasien mau mau masuk ruang dokter. Tapi, aku bersyukur sekali, bapak dosen moodnya lagi apik tenan.
“Ini.. gak ada yang di revisi pak?”
“Sudah oke! Kamu siapin buat sidang aja…”
Waaa… satu sisi hatiku berucap “yes..yes”, sisi lainnya teriak “Bapak, saya belum mau sidang, saya masih mau diskusi-diskusi aja,” teriakku waktu itu dalam hati.
Herannya pembimbingku seperti mendengar sisi teriakku…
“Eh, tunggu! Kamu duduk dulu. Saya pengen diskusi,”
Diskusi kira-kira 15 menit. Rame banget, beliau banyak jelasin, banyak tanya, banyak kasih masukan, banyak minta ini-itu. 5 menit lah kira-kira aku jelasin apa yang beliau minta,  senyumnya sumringah banget. Antara gak tega dan semangat, beliau bilang,
“Kamu ganti sampel aja ya!”
“eh?”
“Terlalu rumit kalau pakai sampel yang ini, kerjaan kamu jadi tambah banyak, belum uji pendahuluannya kamu bisa 3 kali lipat lebih banyak dari yang lain….”
“Tapi dari dosen pembimbing lain sudah oke yang ini pak…?”
“Ganti sampel aja!” beliau memutuskan. “Minggu depan ulangi revisi dari bab 1, saya harus periksa dulu.”
“eh?”
Ahhaha… keluar dari ruangan beliau, aku cuma ketawa-ketiwi. Sisi lai hatiku berucap “Gak papa, yang penting mood bapak dosen lagi baik, gak marah-marah” tapi sisi lain hatiku teriak, “Kasian deh lo!”
Mengingat hujan terus-menerus turun, dan biasanya sebagai mahasiwa yang baik aku pasti tetap kuliah, sekarang –sesuai kesepakatan hatiku- aku justru bisa santai-santai.

 

Copyright © 2008 Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez | Blog Templates created by Web Hosting Men