Selasa, Juli 12, 2016

Love you more and more


That's why marriage called "completing half my deen". That's not easy to make it complete.

Tiga tahun kita aku definisikan 'baru'. Sebab, aku masih bertahap memahami, betapa cepatnya aku berubah.

Ada kalanya aku merasa, pernikahan ini adalah jembatan tercepat untukku merasakan cintaNya Allah. Air mata, dan ujian kesabaran adalah alurnya.

Dan bila, aku merasa terperosok pada 'tawa' dan 'manja' yang amat dalam, sebuah hole terbesit begitu saja. Mengingatkan, alarm. Hai itu dunia...dunia...semu!

Aku cuma perlu memastikan pada diriku sendiri bahwa aku harus terus belajar. Terus-menerus bertanya tentang apa itu bahagia? Versi diri sendiri, dan aku merasa harus tegas.

Pertanyaan yang hadir di setiap proses pendewasaan. Pertanyaan yang telah muncul jauh jauh hari setelah label aqil baligh menjadi bagian diriku.

Tapi jawabannya terbuka lebar setelah aku menikah.

Proses. Belum utuh. Bahagia itu apa?

Nah, padamu lelakiku...
Aku masih ingat bagaimana kamu mengenalkan dirimu di malam pertama kita.

"Aku bukanlah pria romantis, kaku tapi amat pencemburu"

Tidakkah itu terasa tak adil kedengarannya.

Sementara duniaku sebelumnya adalah tentang drama drama korea dan puisi puitis yang dibait kan ketika hujan gerimis.

Jadi, perjalanan 3 tahun bersamamu. Serasa tampak amat panjang. Hari hari aku menghitung, kapan perjalanan ini akan lebih ranum. Sementara episode romantis itu melulu menghantuiku. Ah, tak peka.

Tapi sekali lagi waktu membantuku. Adalah cinta yang membantuku manjadi jauh lebih mahfum. Bagimana Allah mencintaiku lewat caramu mencintaiku. Ia titipkan sepenggal perasaan "uhibbuki fillah" itu dengan sungguh sungguh. Pancaran matamu melukiskan kesungguhan sekaligus meluluhkan.
Adalah aku yang akhirnya mencintaimu, karena besarnya cintaku pada Allah. Ternyata jawabnya adalah Allah dulu, Allah dulu dan Allah lagi.

Sekarang,
Maafkanlah aku.
Perempuan tanpa daya.
Sebab di waktu itu, tak mudah bagiku meletakkan taat ku pada seseorang yang tak pernah ku kenal sebelumnya. Apalagi mengikuti langkah seseorang yang sangat asing bagiku.

Sekarang,
Aku memilih mencintaimu, tanpa daya. Karena Allah yang menentukan. Seperti yang pernah kamu bilang padaku.
"Mau di putar seberapa banyak, seberapa lama apapun masa lalu kita, jalannya tetap sama. Takdir sudah ada di lauhul mahfudz. Kita akan tetap bertemu di pernikahan ini."

Eh, aku baru sadar, itu romantis.

0 komentar :

Posting Komentar

 

Copyright © 2008 Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez | Blog Templates created by Web Hosting Men