Jumat, April 29, 2016

Tanpa judul


Baiklah... malam ini saya hanya ingin curhat. Murni karena saya sedang mengejar kantuk. Curhat ini tidak ditunjukkan untuk siapapun. Juga tidak berharap dibaca oleh siapapun.

Sebagai prolog,

Apakah kamu punya orang yang sangat dipercayai?

Sayangnya....
Diusia 24 tahun ini, saya sudah kehilangan kepercayaan saya pada siapapun. Satu hal positifnya adalah, saya menjadi jauuuh lebih dekat dengan Allah. Karena disitulah titik balik hikmah hidup saya beredar. Satu satunya tempat yang bisa saya percaya.

Lalu, bila saya sering menuliskan segala kecanduan bawaan perasaan saya, itu murni karena ingin menerjemahkan dengan lebih rapih keluhan saya.

Bukankah manusia memang selalu mengeluh. Dan saya akui itu, sekalipun hanya sebuah rasa terbesit selintas, tapi itu.... ada. Dan bahkan sering.

Baiklah, apa tadi? Oh ya, saya kehilangan kepercayaan pada siapapun. Tidak sepenuhnya memang. Karena dahulunya, kita pasti pernah pada posisi sangat punya orang yang dipercaya. Sahabat, orang tua, pasangan dan sebagainya. Seolah apapun yang terjadi dalam hidup kita semua ia tahu. Nah... apa kalian mulai memahami apa yang saya rasakan?

Hmmm...

Karena pada realitanya, mereka semua pernah menyakiti kita. Sekecil apapun. Sesedikit apapun. Meskipun hal remeh yang akhirnya sudah kita maafkan. Tapi, tetap saja pernah.

Memang, tidak semua hal apa yang ada pada diri mereka tak bisa dipercaya. Hal hal remeh dalam hidup kita pasti bisa dipercaya. Misalkan aku percaya, suami saya pasti akan sekuat tenaga menjaga saya dan anak anak. Saya percaya orang tua akan selalu mendoakan yang terbaik bagi kami anak anaknya, dsb, dsj.. bla..bla.

Atau begini bahasa gampangnya.

Sampai saat ini saya punya suatu masalah yang tak ada seorangpun yang bisa menjadi tempat berbagi cerita dengan utuh. Entah itu karena saya tak ingin membuat orang lain menjadi khawatir, atau tak ingin orang lain jadi repot dengan masalah saya, atau saya tidak mau orang ikut mengomentari apa masalah hidup saya.😪😪😪

Krik...krik... mulai loading

....
....

Selasa, April 26, 2016

Diane 1


Coba nulis cerita di blog ya. Soalnya lewat hp. Masih acak adut, karena nulis langsung dipost, minus edit. Kapan kapan aja edit. Takut ide kabur. Wkwkwk

***

Perempuan itu menatap langit desanya dengan haru. Mimpinya akan hilang sebentar lagi. Tentang sebuah kesederhanaan akan arti hidup. Ia tak pernah membayang bahwa akhirnya ia harus siap melalang buana. Ikut mencicipi pulau pulau lain yang biasanya hanya ia lihat di tv rumahnya sejak kecil. Bahwa akhir nya ia harus benar benar percaya ada mahakarya mahakarya tuhan yang lain di sisi lain bumi ini.

Baginya, desa tempat ia lahir dan tumbuhnya adalah segala galanya.

Ustadz yang mengajarinya saat ia kecil sering bercerita tentang kesederhanaan nabi muhammad dan para sahabat. Mereka tak mencintai dunia. Dunia hanya sebatas jalan dan arahan untuk bisa lulus menikmati syurga. Lalu pada akhirnya, dunia mereka terasa tampak damai.

Perempuan itu juga menyadari bagaimana, kelakuan orang orang yang terobsesi pada dunia akan terseret pada gaya hidup yang penuh kemunafikan. Tampak bahagia tapi mereka tersiksa, tak berhenti mengeluh. Lalu...beberapa akhirnya memilih pulang kembali ke desa ini demi melepas sesak penat oleh apa yang mereka sebut dengan gaya hidup duniawi itu. Demi bisa menghirup udara segar bebas polusi dan kemacetan, demi bisa mencuci mata melihat setiap keindahan alam yang tersedia, demi bisa mencicipi segala makanan ranum yang tumbuh subur dari peluh sendiri. Begitu... pada akhirnya.

Hanya saja... tak selalu begitu jalan ceritanya. Ia harus meneguk skenario lain. Yang baginya pahit untuk diingat dan membuatnya serba salah untuk memikirkan kapan bisa kembali ke desa nya lagi. Keluarganya, sanak saudaranya, dan tentu saja mimpi mimpi kecilnya.

Ia masih menyimpan rapat rapat setiap cerita hidupnya di tanah ini.

Wanita itu bernama dian.

"Ayo dek," seorang lelaki mengajak nya pulang. Dian bergeming, sambil bergumam.

"...aku pikir, aku akan menikah disini, punya anak disini, dan mereka akan pergi kesekolah yang sama denganku, seperti yang teman temanku lakukan juga, seperti semua orang yang lahir dan besar disini, aku akan punya kehidupan sederhana jauh dari ambisi dan kompetisi, tenang dan damai , aku terbiasa bermimpi seperti itu. tapi sekrang aku merasa lemah meski hanya untuk bermimpi…"

 

Copyright © 2008 Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez | Blog Templates created by Web Hosting Men