Jumat, Juni 24, 2016

Menanti, penantian...


Untukmu yang sedang menanti.

Wahai Allah...
Yang meletakan ku pada posisi menanti.
Berat, adalah ungkapan dari hati yang terdalam. Terjebak dalam hembusan nafas berkali kali , meminta diri mencoba bersabar.

Wahai Allah...
Yang mengetahui segenap kemampuanku, Yang menyerahkan takdir baik atas apa apa prasangkaku. Yang tak mungkin menyakitiku atas besarnya pengharapanku.
Aku menyerah... aku pasrah... aku percaya dan aku ikhtiar.

Jaga ikhtiarku,
Agar aku tak hanya terjebak dalam emosi tak terkendali.

Sebab...

Menanti itu
Bukan hanya urusan waktu.

Apatah lagi hanya sekedar bawa perasaan

Atau menghitung sajak sajak pengorbanan,

Bukan pula sekedar menerka, bagaimana takdir masa depan kita .

Menanti...

Adalah sebuah proses,
Yang meminta kita untuk senantiasa belajar

Adalah sebuah jeda,
Untuk kita lebih kuat mengangkat kaki di langkah selanjutnya

Adalah sebuah pengharapan,
Sebagai semangat untuk bisa jauh lebih merasa pantas.

Wahai Allah...
Lingkarkan aku dalam lingkungan yang menjaga setiap perasaanku.
Bariskan aku pada barisan yang mengerti bagaimana cara membantuku berjalan.
Kumpulkan aku pada mereka yang menggenggam kuat tanganku agar tak payah melewatinya.

Sebab,
Aku tampak kuat...
Tapi rapuh di dasarnya.
Aku tampak tegak mengangkat kepala
Tapi ingin jatuh berkali kali.
Aku tampak baik baik saja
Tapi merasa sakit di saat menyerah.

Pada akhirnya aku tahu...
Aku hanyalah membutuhkanMu. Bukan berharap banyak pada orang lain

Pada akhirnya aku tahu,
Cinta suci itu adalah benar. Tapi suci, karena Kau menyerahkannya di saat yang tepat.

Ya... semua hanya urusan waktu yang tepat.

Mungkin aku tak sanggup menghitung setiap air mata yang jatuh.
Mungkin aku tak sanggup melewati malam malam yang penuh keresahan.
Mungkin aku tak sanggup menjawab wajah wajah penuh tanda tanya
Mungkin aku tak sanggup menerka nerka seberapa pantas aku (lagi, lagi dan lagi)

Aku, padaMu Allah...
Tak bisa merasa 'sok kuat' bila padaMu Allah.
Tak mampu merasa pantas bila padaMu Allah.

Penantian yang indah...
Hahaha, itu kamuflase kawan. Di dalamnya akan tetap ada rasa sakit, kecewa dan cemburu mengejarmu.

Aku dan penantian yang indah. Keduanya adalah milik Allah.
Yang euforia nya hanya bisa dirasakan saat kita menang, menahan rasa rindu, sakit, dan menyerah, lalu bertemu dengan takdir sekaligus pengharapan terbaik itu.

Minggu, Juni 12, 2016

25th


Kira kira sepekan yang lalu saya genap berusia 25 tahun. Meski menikmatinya disambi merawat anak yang sedang dirujuk ke rs, tapi tetap masih sama spesialnya seperti tahun tahun sebelumnya. Tanpa acara, tanpa ucapan, apalagi kado kado. Kecuali sedikit ceramah dari pak suami, tentang cara terbaik mensyukuri nikmat usia ini.

Tak pernah ada masalah. Sejak bertahun tahun lalu memang tradisi merayakan ultah itu sudah musnah dalam keluarga kami. Terutama setelah menikah.

Hanya saja....
Bukan itu intinya.

Hanya saja, mendadak diri ini menjadi merasa begitu amat tua. Sebelum akhirnya sampai pada usia ini, waktu seakan berjalan begitu cepat. Setahun seperti sebulan, sebulan seperti seminggu, seminggu seperti sehari, sehari seperti sejam, sejam seperti semenit. Apa ini? Tanda akhir zaman.

Perasaan sedih itu melanda begitu saja. Seperti badai yang menampar pikiran hingga ke ulu hati. Persiapan apa hingga sampai ke usia ini? Sudah menjadi apa? Seperti apa? Dan berakhir pada, kenapa mimpi mimpi masih banyak yang menggantung tanpa arah?

Baik!

Resolusi hidup saya memang banyak yang tak tercapai. Mendadak takdir membuat saya terdampar pada cerita lain. Saya tergugu. Kenapa lagi lagi menyalahkan takdir?

Ini sedang melucu?

Padahal saya lah yang sebenarnya sedang patah arang. Kehilangan motivasi, arah tujuan, visi misi, dan mimpi itu.

Bukan...bukan...

Mari pelan pelan mencari jalan. Semua mimpi itu tidak hilang. Hanya, tak terkabulkan dalam satu waktu dan sesingkat yang diharapkan.

Andai di buka lembaran lama. Saya sebenarnya sudah menemukan mimpi mimpi lain, tapi kurang terbaca oleh hati sehingga mimpi yang amat dekat yang selalu ingin segera tercapai.

Usia tak pernah mematok mimpi. Obsesi lah yang mengikatnya. Mari pelan pelan mencari hikmahnya. Saya pikir, saya sudah tak lagi muda. Ada banyak jalan yang lebih ramah untuk di lewati kami. Ya! Saya dan keluarga tentunya.

 

Copyright © 2008 Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez | Blog Templates created by Web Hosting Men