Selasa, Agustus 30, 2016

Terapi menulis


Hei... pukul 01.31 dini hari

Terbangun karena batuk batuk nya si abang fajri. Lumayan rewel padahal sudah minum obat sebelum tidur.
Saya lumayan terbantu kalau hanya salah satu yang sedang sakit. Sementara yang lainnya bisa anteng tidur meski dalam satu ranjang. Tapi si kecil masih ASI full, jadilah ia terbangun hampir di setiap dua jam sekali. Akhirnya saya meronda. Disetiap selingan momen bangun keduanya, saya berselancar di dunia maya. Di blog blog para perempuan yang menginspirasi.

Seringnya, memang saya cepat terpukau dengan ibu ibu muda yang hidup di negri lain, merantau, entah kuliah atau kerja atau sekedar ikut suami. Mereka, yang mungkin kalau di indonesia, pasti sudah jadi ibu ibu aktivis yang berakhir menitipkan anak entah untuk sekian jam, tapi karena di tanah rantau ya akhirnya pegang sendiri para anak, mendidik sendiri, dsb.

Tuntutan itu beriringan dengan tanggung jawab yang totalitas ya akhirnya.

Curhatnya akhirnya sama.... tentang bagaimana para ibu berjuang.

Tapi ya mereka beda. Hehehe. Bukan membandingkan ciptaan Allah. Hanya saja, memang kapasitas saya belum sekuat mereka. Dari macam macam sisi lah, mungkin ada sisi lain yang mereka kurang tapi kan gak di share.

Tapi, saya menyadari satu hal. Mereka sama sama butuh apa yang disebut dengan 'terapi menulis', akhirnya nge'blog. Dan akhirnya malah inspiratif sekali.

Kebutuhan yang sama seperti saya 😂😂
Hanya saja, ya itu tadi, kapasitasnya yang beda. Blog saya akhirnya masih melulu melulu pemikiran lepas saya, yang saya gak tau di bagian mana ada nilai inspirasinya, hihi. Karena blog ini murni buat 'terapi menulis' dulu.

Selain kapasitas diri, plus kemampuan dan kerajinan kami berbeda, adalah nasib yang menjadi yang masih berbeda.

Kalau tanah rantau mereka adalah luar negri yang notabene nya kota besar, sementara saya terdampar di pelosok desa dengan segala keterbatasan.

Belum ada ya ceritanya...

Ya adalah, banyak! Saya aja belum ketemu. Dan, saya pengen sih ketemu, tapi yang sesama blogger, minimal biar bisa menginspirasi. Karena kalau sekedar merantau ikut suami ke desa pelosok ya banyak. Tapi yang butuh 'terapi menulis' gak semua. Ada yang dasarnya sudah 'cerewet', hingga adaptasi mereka biasanya sudah oke, hanya dengan modal lisan capciscus... hihi. Dan saya g secocok dengan tipikal begini.

Ngomong-ngomong...

Cita cita saya dulu bisa lanjut kuliah, keliling dunia, merantau ke luar negri gimana ya?

Ya itulah, karena belum kesampaian, akhirnya, saya fokus baca baca blog mereka dulu. Mereka update ya, emak emak kece banget. Yakin deh, pemasukannya sesuai dengan apa yang dikeluarkan sebagai uneg uneg itu.

Saya g ngerti ini. Banyak hal, dalam diri yang harus diinstal ulang. Masa baca buku novel karangan tere liye saja, sudah 2 bulan lebih ga rampung rampung. Majalah tipis? Bisa seminggu. Akhirnya, jangan kaget, kalau tulisan saya g inspiratif begini.

Jadi saya simpan dulu cita cita itu. Usaha saya untuk install ulang kepala dan hati saya sepertinya butuh proses yang lumayan lama. Sebenarnya, secara visi misi dan prinsip, saya dan suami sudah lumayan sama. Ada beberapa yang berserakan, akhirnya g ketemu. Misalkan, sisa sisa freestyle saya masih ketinggalan sedikit, susah hilang, karena sangking kepengen nya dulu nginjek daratan eropa.

Kalau suami? Yaaa itulah... masih sisa sisa anak kampungnya kerasa. Meskipun sudah 5 tahun merantau meninggalkan kampung halaman, tapi karena dari kecil sudah hidup serba apa adanya ya beliau senang hanya dengan bercanda tawa dengan para sesepuh.

Tapi itu sisa sisa dari diri kita. Benar benar sisa sedikit.

Saya g akan memaksa suami untuk menghilangkannya, sama seperti suami yang g minta saya untuk ndeso banget seperti perempuan perempuan disini yang g ngeluh. Jangankan untuk tidak diberi hape canggih yang bisa internetan, gak dibelikan tivi di rumah pun mereka legowo. Ahhh....

Sabtu, Agustus 27, 2016

Kenangan


Impian bukanlah angan-angan
Ia adalah energi dan jiwa
Ia adalah bukti semangat ketika muda
Ia adalah... perjuangan.

Tapi setiap mimpi bisa saja berubah
Karena waktu dan obsesi adalah nyata
Ia menelan, membuang atau cuma sekedar menyembunyikan impianmu
Tapi hanya bila, kau menelantarkannya

Apa? Tunggu!

Apa aku sedang berkamuflase dengan kenangan dan Mmm... masa lalu?

Bukan!
Ini realistis. Mimpi kamu. Dengar! Mimpimu!

***

Ada hari hari dimana aku merasa begitu pincang diantara langkahku

Waktu terasa begitu lambat berjalan, tapi hari cepat sekali berlalu. 'Aku bertemu malam lagi,' hanya saja apa yang dicari tak sampai

Aku mendesain malam sebelum tidurku, memikirkan apa yang akan aku hidangkan besok.

Aku tak bisa merebahkan diriku  sebelum orang orang di rumah ini telah lelap diantara bantal guling.

Dan lagi lagi bergumam
'Sudah malam lagi'

Begitu seterusnya.

Aku menikmati, tapi ada muncul titik jenuh di berlalu nya hari

Ah, begitulah manusia. . .

Apalagi perempuan, rentan merasa apa apa yang tak sesuai dengan hatinya.

***
Bukaaan!!!

Aku sedang tidak menyerah,
Aku menyemangati diriku,

Karena tiba tiba mimpiku berbelok arah.
Tapi arahnya akan semakin panjang,
Hanya tentu, ia lebih realistis.

Kepingan dunia yang ingin kujelajah itu,
Sedang dipersiapkan, tapi bukan untuk sekedar menikmati,
Aku ingin berkhidmat
Hingga menemukan satu pose terindah untuk yang sedang menungguku.

***
Aku memang sedang melangkah jauh dengan heningku.
Meninggalkan masa muda yang seiringan menjauh
Tapi, aku tau tenyata tak ada yang sia sia...



 

Copyright © 2008 Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez | Blog Templates created by Web Hosting Men