Jumat, November 17, 2017

Here we are


Pelan tapi pasti hatiku mulai tertaut pada kota ini.  Padahal ribuan pertanyaan itu masih mengambang butuh kepastian di kota ini.

Kenapa lelaki itu akhirnya menjadi tempat hatiku berlabuh?
Kenapa akhirnya benar-benar jauh dari kota halamanku?
Kenapa Aku terpilih menjadi tetangga mereka?
Kenapa diamanahkan kampung?
Study ku lantas Bagaimana?
Atau keinginanku berkarir?
Passionku masih bersedia menunggu kah?
Dan sebagainya
Dan lainnya
Dan banyak lagi

Semua pertanyaan itu bermuara pada satu pertanyaan inti.
Apa aku baik-baik saja?

 Life is choice. Tapi sebenarnya hidup adalah takdir. Aku jarang sekali memilih sebelum keyakinanku pada ketetapan takdir itu tumbuh. Iya... macam random saja .
Itulah Kenapa pertanyaan pertanyaan itu lalu jadi masih berupa pertanyaan belum terjawab.

Aku pernah bertanya pada lelakiku.
"Yah... Bagaimana Jika,  pada akhirnya kita harus meninggalkan mereka. "
"Gak papa... Kita nikmati aja dulu. Kita berproses saja dulu. Kita sedang mengincar syurgaNya kan? "

Ah ya... Dia benar.

Hanya saja...Aku masih suka takjub dengan proses ini. Karena seringkali ragaku disini, tapi hatiku mengembara entah kemana.  Membayangkan sesekali masa tua kita dimana. Hahaha.

Belasan tahun mendekam di samarinda. Lalu tiga tahun mencicipi solo Tanpa Sadat saudara. Pulang Lagi seperti orang linglung. Akhirnya ini tahun ketiga di lampung pun berasa berempat kemana - mana.

Suami juga begitu. Lima tahun merantau dari lampung ke sukabumi-bontang-samarinda, Akhirnya terjun ke negri antah berantah.

Kalian tahu?  Kenapa Aku menulis ini.

Yap... Aku Lagi Kangen samarinda (Dan Semua tentangnya)  

Sabtu, Agustus 19, 2017

Peran ayah dalam dunia parenting


Dan dalam suatu kajian bertema peran ayah dalam dunia parenting, aku menemukan keistimewaan itu.

“Jika ayah memahami bahwa anaknya adalah masa depan umat, maka tidak ada ayah yang mengabaikan anaknya demi bisnisnya" ucap sang ustadz

Aku jarang jarang bisa khusyuk kalau sedang kajian. Tentu saja karena disambi menjaga dua balita yg aktif sana sini. Tapi hari ini isi dakwahnya menyita perhatianku.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah Muhammad SAW pernah bersabda, “Seorang ayah yang mendidik anak-anaknya adalah lebih baik daripada bersedekah sebesar 1 sa’ di jalan Allah.” Nabi pun mencontohkan, bahkan ketika beliau sedang disibukkan dengan urusan menghadap Allah SWT (shalat), beliau tidak menyuruh orang lain (atau kaum perempuan) untuk menjaga kedua cucunya yang masih kanak-kanak, Hasan dan Husain. Bagi Nabi, setiap waktu yang dilalui bersama kedua cucunya adalah kesempatan untuk mendidik, termasuk ketika beliau sedang shalat.

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar,” (QS. Luqman (31) ayat 13).

Khalifah Umar bin Khattab yang terkenal tegas dan galak saja sangat dekat dengan anak-anak. Ini membuktikan bahwa seorang laki-laki yang telah menjadi ayah harus bisa menempatkan diri, kapan menjadi laki-laki yang tegas dan kuat, kapan menjadi sosok lembut kepada anak dan istrinya

Hubungan Ayah dan anak Allah sebutkan sebanyak 14 kali, dalam al-qur'an sementara hubungan Ibu dan anak hanya 2 kali..

Jadi bangun komunikasi yang baiklah para ayah. sesibuk apapun anda.

***

Ah... ayahnya anak-anak ini luar biasa. Jadi tempat mengadunya anak-anak ketika pulang kerja setelah mereka seharian mendengar si bunda bercuit cuit 'ngomel' sepanjang hari.

dilanjutkan curhatan sang bunda ttg beratnya pekerjaan rumah hari ini termasuk mengejar-ngejar anak ayam *eh salah... anak-anak maksudnya, ups

Aku mengingat... banyak hal dalam teori parenting kadang berat. kerap memicu munculnya pemikiran 'aku bukan ibu yang baik' jika segala tips tips trik ini itu belum kita coba (Dan tentunya atas bantuan 'nyiyiran' dunia sosmed, fyiuuhh).xixi

Jadi,,, buatku yang tinggal disebuah kampung pelosok yg jauh dari tempat lahirku, setengah jam diajak menyusuri sawah perkebunan saja sudah bikin bahagia. hahaaha.

kami bahkan pernah hingga jam 10 malam masih asik berbincang diperjalanan dengan tangan masing-masing menggendong anak yang terlelap,

perbincangan gak pernah setahap berat-berat apalagi politik sampai bola, gak akan nyambung. Paling pol dia ceramah...haha.

Jadi,

Setiap suami punya cara romantis masing-masing. Carilah sisi lainnya...pahami ia, dan kau akan menemukannya. Rasakan sendiri bagaimana ia bisa memuliakanmu, ibu dari anak anaknya.

***

"ehm... bundanya fajri fahri, tolong anak-anaknya di pegang. "

sangking khusyuknya mendengarkan kajian hari ini, aku lupa pada anak anakku.

Waaaaa,.,, mereka sudah di depan, mengganggu sang ustadz. berebut minta dipangku bahkan berebut mic.

T_T

kejadian ini sebenarnya sudah sering. jadi sebagai ibunya anak-anak, aku sudah harus biasa pasang muka tembok gini.

aku tergopoh gopoh mengambil keduanya ketika sang ustadz menegur usil dengan suara pelan.

"jangan terpesona gitu deh..."

iihhh...Ayaaaahhh.


 

Copyright © 2008 Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez | Blog Templates created by Web Hosting Men