Minggu, Mei 31, 2015

24


Nah... di fase baru ini saya mau bilang, Alhamdulillah. Banyak-banyak syukur tak terkira. Pada Allah tempat memintaku, pada Rasul dan sahabat sebagai teladanku. Pada sosok sosok yang silih berganti hadir dalam hidupku, memberikan senyum, tangis, tawa dan lelah. Sosok sosok itu selalu berubah dari proses ke proses, dari episode satu ke episode lain.

Saya suka tutup muka merasa malu, mengingat ingat masa SMP yang masih lugu lugunya. Bahagia, menyenangkan, mengenangkan, tapi masih lugunya. Masih menyisakan kemanjaan ala anak anak yang butuh perhatian. Lalu SMA saya sudah mulai berproses, menyadari bahwa kemandirian itu penting, berusaha sekuat tenaga meninggalkan rasa manja yang menjadi bagian dari kebiasaan hidup. Beraat... saya ingat itu. Tapi jauh lebih berat proses pendewasaan di bangku kuliah. Prosesnya memakan banyak korban perasaan. Ada saja perasaan ingin menyerah. Saya benar benar merutuki masalah masalah yang hadir karena semakin banyak terjalnya. Berkelok kelok dan kadang tersesat. Hikmahnya seperti saya petik selangkah dua langkah saja. Selebihnya, saya sering terpukul oleh banyaknya amanah dan masalah. Fase Setelahnya, yakni menikah ,adalah proses yang tak kalah beratnya. Tapi di momen inilah saya jauh lebih bersahabat. Langkah saya jauh lebih mantap. Airmata yang mengalir sebanding dengan mengalirnya hikmah, benar... kalau dibuat novel mah, saya belum sanggup sangking banyaknya hikmah yang terisi dikepala saya (gak sesuai sama kemampuan saya, hi).

Dan proses ini belum selesai sampai detik saya menjadi 24th ini. Saya tau, saya mengerti, ini bukan usia yang muda. Menjadi labil, dan menangis adalah hal biasa kalau kita sudah sampai tahap ini, tapi ini sebanding lurus sama rasa syukur kita tiap bersujud. Pokoknya luar biasa. Luar biasa karena saya merasa berproses jauh lebih kuat, lebih stabil, lebih sabar dan lebih menikmati hidup. Saya mah masih belajar, jadi bukan berarti kekuatan saya itu menjadikan saya sang superwomen, supermom, superwife, Nooo!!!!

Fase menjadi ibu, hiks.
Saya gak menyangka, akhirnya penyemangat saya muncul. Dia seperti hero hero dalam film kepahlawanan yang muncul di klimaks plot yang sedang dalam masa keputusasaan. Karena cuma hadir nya saja, saya bisa benar benar merasa hidup. Saya benar benar bergumam setiap saat. "Oh... so its the real life". Padahal mah belom. Wkwk. Lalu sesaat aja, saya bisa merasa pengen punya banyak. Iya, pengen punya banyak hero. Jiakaka.

Tapi proses ini membuat saya jadi merasa, Mmm...."manusia banget". Oh
. Entahlah... kalau saya suka ngisengin yang muda, itu karena saya sudah pernah pada proses tersebut, iya, proses waktu masih muda (jadi merasa tua banget). Ngebully Adek, nggodain yang jomblo, ngerjain yang lagi heboh skripsi, nggombalin yang gemesan sama bayi, ngehitung tanggal tua, etc . itu semata karena sisi lain saya yang usil.

Pokoknya 24th belum apa apa. Tahun depan 25th (Alhamdulillah, kalau sampai ya :p ) baru lah yang kencangkan ikat kepala. Sekarang udah pasang, tapi masih longgar. Tahun depan (lagi-lagi kalau sampai) sudah harus musnah sifat manja dan jauh lebih mandiri. Apalagi kalau sudah 2 atau bahkan 3 pasang tangan
menggelanyot manja pada saya. Itu artinya  ini misi diproses 24th.

semua ibu baru (Saya curhat dulu ya), pasti pernah mengalami hal ini kan. Galau saja terbawa suasana. Apalagi kalau senior kita yang sudah sangat amat sangat senior (ngerti kan maksudnya) buka suara dan aksi. Hari pertama melahirkan sudah disodori sufor, hari hari menyabarkan di 6 bulan asi ekslusif ada Aja yang gemes pengen kasih Mpasi duluan, cibiran halus juga ngena waktunya perjuangan MPASI, "masa, makanan anaknya hambar banget, emaknya  pelit banget gak mau kasih gulgar, terlalu phobia".
"teruus... si anak kok proses merangkaknya, jalannya, lambat banget T_T (mirip emak bapaknya), yang lain 7 bulan udah jalan, 8 bulan udah lari" #hedehh.
"Anaknya kurusan sekarang, tambah hitam lagi, ihhh, emaknya pelit ya kasih makan" #hedehhedeh.
Ada lagi komentar  "Supaya gak bosen, supaya update sambil ngemong, sambil menyusui, pegang gadget dong" #hedehhedehhedehhedeh
Tapi yang paling keren dan mempesona adalah nasihat ini
"Udah dik, abaikan komentar sumbang disekitarmu. Percaya aja sama naluri keibuan kamu" #yess

Ya Allah, Ya Robbi, tapi sampai sini gak mengurangi rasa syukur saya sepeser pun kok, atas apapun, atas takdir yang manapun, meskipun dan meskipun, masalah ini belum ada apa apanya sama masalah masalah didepan. Masih banyak jejak galau yang harus saya beresin sebagai pemula ini. Sakitnya si anak kalau lagi kena demam, flu, batuk yang ngajakin bergadang, NWP yang ternyata gak mudah mudah banget, belum lagi menghitung bulan dan persiapan menyapih yang pake rumus WWL. Wow... amazing banget. Tapi syukur, bahagia dan sabar jadi teman baik selama ini, biar gak keteteran apa yang namanya butuh proses itu

Well done, terakhir... sebagai wujud bahagia saya , ada yang pengen saya ingatkan. Pernah gak sih, pernah tidak merasa takjub setakjub takjub nya kita akhirnya bisa melewati semua rasa takut kita ini. Buat saya aja yang sudah melewati 24th. Duluu yang ketakutan menghadapi banyak hal, pertama kali jadi kakak, pertama kali masuk sekolah, pertama kali masuk asrama, pertama kali jauh dari orang tua, pertama kali ketemu teman kuliah, pertama kali ngadepin dosen, dan pertama tama nya, yang ternyata Alhamdulillah kita lewati hingga saat ini. Meskipun dilewatinya dengan sangat dilematis, penuh air mata dan pengorbanan, tapi toh kita berhasil. Gak ada kepikiran apalagi nekat sampai pengen terjun dari jembatan mahakam untuk mengakhiri semua masalah. Padahal kita pernah menghadapi nyaris rasa putus asa. Di ranjang, menangis tersedu sedu, melempar apapun yang ada dijangkauan, atau marah pada siapapun yang mendekat. Wahh.. ternyata semuanya hanya proses, dan kebutuhan untuk mendalami dan memahami proses menjadi dewasa. Itu saja. Alhamdulillah ala kulli hal.

Ttd
Ibu rumah tangga

 

Copyright © 2008 Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez | Blog Templates created by Web Hosting Men