Selasa, April 26, 2016

Diane 1


Coba nulis cerita di blog ya. Soalnya lewat hp. Masih acak adut, karena nulis langsung dipost, minus edit. Kapan kapan aja edit. Takut ide kabur. Wkwkwk

***

Perempuan itu menatap langit desanya dengan haru. Mimpinya akan hilang sebentar lagi. Tentang sebuah kesederhanaan akan arti hidup. Ia tak pernah membayang bahwa akhirnya ia harus siap melalang buana. Ikut mencicipi pulau pulau lain yang biasanya hanya ia lihat di tv rumahnya sejak kecil. Bahwa akhir nya ia harus benar benar percaya ada mahakarya mahakarya tuhan yang lain di sisi lain bumi ini.

Baginya, desa tempat ia lahir dan tumbuhnya adalah segala galanya.

Ustadz yang mengajarinya saat ia kecil sering bercerita tentang kesederhanaan nabi muhammad dan para sahabat. Mereka tak mencintai dunia. Dunia hanya sebatas jalan dan arahan untuk bisa lulus menikmati syurga. Lalu pada akhirnya, dunia mereka terasa tampak damai.

Perempuan itu juga menyadari bagaimana, kelakuan orang orang yang terobsesi pada dunia akan terseret pada gaya hidup yang penuh kemunafikan. Tampak bahagia tapi mereka tersiksa, tak berhenti mengeluh. Lalu...beberapa akhirnya memilih pulang kembali ke desa ini demi melepas sesak penat oleh apa yang mereka sebut dengan gaya hidup duniawi itu. Demi bisa menghirup udara segar bebas polusi dan kemacetan, demi bisa mencuci mata melihat setiap keindahan alam yang tersedia, demi bisa mencicipi segala makanan ranum yang tumbuh subur dari peluh sendiri. Begitu... pada akhirnya.

Hanya saja... tak selalu begitu jalan ceritanya. Ia harus meneguk skenario lain. Yang baginya pahit untuk diingat dan membuatnya serba salah untuk memikirkan kapan bisa kembali ke desa nya lagi. Keluarganya, sanak saudaranya, dan tentu saja mimpi mimpi kecilnya.

Ia masih menyimpan rapat rapat setiap cerita hidupnya di tanah ini.

Wanita itu bernama dian.

"Ayo dek," seorang lelaki mengajak nya pulang. Dian bergeming, sambil bergumam.

"...aku pikir, aku akan menikah disini, punya anak disini, dan mereka akan pergi kesekolah yang sama denganku, seperti yang teman temanku lakukan juga, seperti semua orang yang lahir dan besar disini, aku akan punya kehidupan sederhana jauh dari ambisi dan kompetisi, tenang dan damai , aku terbiasa bermimpi seperti itu. tapi sekrang aku merasa lemah meski hanya untuk bermimpi…"

0 komentar :

Posting Komentar

 

Copyright © 2008 Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez | Blog Templates created by Web Hosting Men