Sabtu, Januari 12, 2013

Time Machine Part 1



Hai.. anyeong..ini cerita tentang "Time Machine" nya snsd. Dan seperti biasa, membaca ceritanya, jangan lupa dengarkan lagu Snsd tentang Time Machine. Aku-entah kenapa- sangat menyukai lagu ini. sayang lagu Japan vers. Tapi tetap tak menghilangkan ke khasan mereka disini. Kebetulan lagu ini, hanya dinyanyikan oleh para vokalisnya- Taeyeon, Jessica, Sunny, Tifanny dan Seohyeon. Jadi terasa banget kekuatan vokal nya. 
Bay the way, aku punya usul. bawa kopi mocha dan macaron di depan laptop. Dan sekali lagi, jangan lupa! listen the music. Time machine


Jakarta, September 2012
Malam sedang sibuk…
Aku mendengarkan lagu Time machine yang kuputar keras-keras di kamar hotel.

Alone in the room that is more spacious than usual
It’s over, guess it’s over
The story created by the two of us was also in vain
I can't believe it could crumble so easily

Untuk malam ini saja, aku sedang tidak mood untuk mendengar kebisingan
“Yuri! Hei Kwon Yuuriiii,” teriak Taeyeon menggedor lemari disamping sofa tempatku sedang rebahan.
Aku hanya melirik sekilas, hanya sekilas. Karena kemudian aku menelungkupkan kembali wajahku.
“Hanya lima belas menit, aku janji hanya lima belas menit,” tawar Taeyeon padaku.
Sebagai jawabannya aku memasang wajah cemberut,”Aku lelah unnie, sungguh! Tak ada yang tahu kalau aku tak ikut acara ini, asal kau pun tak memberitahu siapapun,” kataku benar-benar malas.
“Ayolaahh!” Ia masih bersikeras.”Hei-hei jangan pasang tampang malas-mu disaat seperti ini, aku tak akan beri ampun…”
Aku benar-benar malas, tapi terpaksa mengikutinya. Konser akbar kami baru saja selesai 1 jam yang lalu. Aku belum benar-benar membersihkan make-up setelah tiba di hotel. Aku bahkan masih bisa mendengar fans berteriak-teriak dari depan gerbang hotel.
Kringggg…
Suara telpon hotel bordering, aku memberi sinyal pada Taeyeon untuk mengangkatnya. Mataku berkedip-kedip seolah mengatakan, ”unnie, please.. kau yang angkat telponnya.”
Taeyeon kemudian menatapku dibuat-buat marah, membalas tatapanku seolah ia juga mengatakan sesuatu seperti, “Hei! Beraninya kamu menyuruhku. Kau yang angkat! Atau…”
KRIINGGGG….
Suara telpon berbunyi kedua kalinya. Kali ini lebih keras. Aku terlonjak sangking terkejutnya. Dan kemudian kami berdua sama-sama tertawa. Baru kemudian dering ketiga berbunyi, Taeyeon akhirnya menyerah.
“Baiklah,”katanya.”Aku yang angkat!”
Seandainya disini ada Jessica ataupun Tiffany, tentu mereka yang akan menjawab telpon. Permasalahan kami tak berani menjawabnya adalah karena kendala bahasa. Meskipun harus bahasa inggris, kami masih sangat payah, apalagi  kalau bahasa Indonesia. Aku baru saja belajar mengucapkan ‘apa kabar’, ‘kami senang’,’kamu cantik’ atau ‘disini sangat bagus’.
“Yuri, ini untukmu,” Taeyeon memberi tahu. “Mereka bilang dari Jung eunhwa.”
Aku terlonjak untuk kedua kalinya. Tak percaya dengan berita barusan. Aku buru-buru menerima telpon yang Taeyeon sodorkan.
Anyeong..” suara di sebrang mendahului. Astaga! Ini benar-benar Eunhwa.
“Eunhwa?” aku bertanya pelan memastikan.
YURI!” ia berteriak.”Benar, ini aku Eunhwa. Omo, sudah lama sekali kita tak bicara. Dengar! Sekarang aku sedang berada di Indonesia?”
What?” aku kembali terkejut- untuk yang ketiga kalinya.”A-a-apaa? Kau menonton konserku di Jakarta? “
“Tentu saja! Tapi yang lebih penting, aku punya kejutan. Dengar! Besok pagi, aku jemput kau di depan hotel. Jangan terlambat ya, pukul 6 kau harus sudah siap!”
“Hei, Eunhwa! Apa kau tak dengar berita. Rombonganku akan kembali dini hari ini juga. Lagi pula, untuk apa aku harus mengikutimu?” kataku meremehkannya.
“Ckckck.. kau pikir aku percaya dengan omongan managermu itu. Dengar ya! Aku tak mau tahu, besok pagi aku akan menjemputmu. Aku sudah membuat janji untuk bertemu Anna.”
Glek! Siapa tadi katanya?
“Anna siapa maksudmu, Eunhwa?”

One mistake, got a one regret
Nobody is perfect

Even if I try to say and hear it
The pain won't heal no matter what



***
7 tahun silam
Seperti tahun-tahun sebelumnya, kami kembali menghabiskan musim semi dengan membolos untuk menikmati festival Cherry Blossom  selama satu hari  penuh di kota Daejeon.  Dan seperti biasanya juga, kedua sahabatku ikut membolos demi mengikuti festival ini. Lagi pula Appa tak akan member izin kalau kedua temanku tak ikut ke Daejeon. Rencananya kami akan membolos dua hari dan menginap di rumah nenekku disana. Meski festival sakura ini akan muncul juga di Seoul bulan depan, tetap saja rasanya tak akan sama dengan yang di Daejoon.
Kami berlomba secepatnya untuk sampai di Sitanjin-tempat acara ini diselenggarakan. Dari rumah nenekku, Sitanjin hanya berjarak sekitar tiga puluh menit dengan menggunakan sepeda. Salah satu  keunggulan disini adalah kita akan melewati pohon-pohon sakura yang berjejer indah. Benar-benar seperti film romantis yang selalu tayang dan berlatar musim semi. Langit biru dan cerah tanpa awan seperti ikut menikmati penyambutan acara ini.
“Kyyaaaa, aku benar-benar senang!” teriak Anna saat kami melewati pepohonan sakura, dimana bunga-bunganya berjatuhan menyentuh rambut-rambut kami yang tertiup angin.
“Indahnya, bahkan setelah bertahun-tahun tanpa perubahan, semaraknya festival ini benar-benar terasa selalu menawan. Kita harus berterimakasih kepada Yuri,” kata Eunhwa manis.
Aku tersenyum melihat kedua temanku.”Itu sih, kalian saja yang terlalu berlebihan euforianya, kalau kalian ingin berterimakasih kalian harus mentraktirku makan setelah ini” jawabku membuat mereka kesal, dan itu makin membuatku tertawa.
“Sudah kubilang kan, jangan pernah-pernah memuji Yuri. Ia bukan hanya besar kepala, tapi juga selalu meminta imbalan setiap dipuji,” sahut Anna. Aku hanya membalas dengan Aegyo-ku yang makin membuat mereka pura-pura marah.
Setelah menyelesaikan festival yang semarak kami biasanya akan menghabiskan waktu sebelum gelap di danau Daecheonghosu di tengah perjalanan pulang menuju rumah nenek. Kami akan merendam kaki kami di danau tersebut sambil menikmati bunga sakura yang juga tumbuh di dekatnya.
“Aku pernah dengar, tentang mitos persahabatan yang ada di danau ini,” kata Eunhwa kala itu. Kami berdua hanya mendengarkan.”Bahwa bila kita melempar bunga sakura ke danau secara bersamaan, bunga yang terbang, jatuh dan lebih dulu menyentuh air, artinya ia adalah yang paling setia diantara temannya yang lain, dan begitu juga sebaliknya.”
Aku terkikik dalam hati. Nyaris empat tahun aku berteman dengan Eunhwa dan hampir setiap tahun sejak aku kecil aku selalu mengunjungi danau ini. Aku tahu, ia hanya membual. Tapi toh akhirnya kami tetap melakukan ritual tersebut, karena ternyata Anna benar-benar termakan omongan Eunhwa.
Dan hasilnya, bunga Anna lebih dulu menyentuh air, ia berteriak kegirangan membanggakannya.

Right now, if I could ride a time machine
and go to meet you
I wouldn’t wish for anything else
Before the memories become distant and fleeting...
I need a time machine

***
Sayangnya, tahun berikutnya kami tak pernah lagi mengunjungi rumah nenek. Persahabatan kami memang masih utuh, namun tetap saja kupikir festival Cherry Blossom yang hanya kami rasakan di Seoul jadi terasa berbeda.
Tunggu dulu! Aku bahkan belum menceritakan tentang Eunhwa dan Anna sahabat-sahabatku. Eunhwa adalah gadis dengan sifat polos dan cuek, kadang-kadang ia bersikap dewasa, dan kadang ppula ia akan terlihat sangat kekanak-kanakan. Sayangnya, sifat cerewet dan centilnya melengkapi sifatnya yang cenderung gegabah. Sementara Anna adalah gadis asal Malaysia, yang lahir di Thailand. Ia baru 2 tahun pindah menjadi tetangga baruku. Ayahnya dipindah kerja ke Korea. Kami mulai berteman saat ayahnya memintaku utuk selalu berangkat bersama ke sekolah karena kami sama mendaftar di Baehwa All Girls High School. Ia adalah pemilik lesung pipi termanis yang pernah kutemui, dagunya pun tipe dagu belah yang sangat digilai pria.
***
Jakarta, 05.30
Langit masih berembun
Jessica, Sunny dan Hyeoyeon memasang wajah cemberut didepanku. Benar-benar membuatku bingung.
“Baabboyaaaaa.. Yuri kau bodoh! Bagaimana mungkin kau menyia-nyiakan kesempatan ini. Dasar! Babo!” aku hanya meringis mendengar kata-kata Jessica. Meskipun aku tak mengatakannya, namun dalam hati aku sungguh menyesal. Mianhe chingu…
Tiba-tiba Sooyoung menjitak kepalaku. Pelan, tapi aku tahu ia melampiaskan kesalnya. “Sekarang juga kau hapus semua yang kau tulis di notesclub, tentang cerita-cerita konyol bahwa kau sangat ingin ke bali. Setelah kesempatan emas itu benar-benar datang, kau bukan menggunakannya malah melepasnya begitu saja. Hisss… kau akan menyesal. Sungguh!”
“Unnie,” Seohyun mendekatiku, suaranya merengek.”Sepenting apa orang itu, sampai unnie rela menemuinya, dari pada bersama kami. Kesempatan belum tentu datang dua kali, unnie. Please!”
Aku hanya diam mendengar keluhan mereka. Kau benar Seohyun, kesempatan tak akan datang dua kali. Itu lah kenapa aku tak ingin kehilangan kesempatan itu lagi.
“Orang itu sangat penting,” Taeyeon tiba-tiba bicara. Dan sebelum yang lain menyahut, ia menambahkan.”Aku tahu… benar-benar tahu bagaimana pentingnya orang itu untuk Yuri.  Bahkan, bila orang tua Yuri ada disini, mereka akan mengizinkannya.”
Aku tak tahu bagaimana bila hari ini Taeyeon tak membelaku.
Tak ada yang menjawab. Aku tahu mereka semua kesal dengan keputusanku, tapi aku berharap sekali mereka akan mengerti nantinya. Tak hanya itu, manager juga marah sejak aku meminta izin untuk mengunjungi Anna.  Rencana awalnya, ketika kami mengumumkan untuk segera pulang setelah konser di Jakarta selesai adalah untuk membubarkan fans yang terus mengikuti kami. Tapi sebenarnya kami hanya ke bandara dan kembali ke hotel. Kami akan ke bali. Meskipun, hanya Snsd dan dongseng kami f(x) yang menikmatinya. Sementara yang lain akan benar-benar pulang dan menikmati kesempatannya lain kali. Hanya satu hari ke bali. tapi itu cukup, karena itu salah satu impian besar yang kami tulis- dan kami umumkan -. Dan yang lebih membuat manager marah adalah, bagaimana kalau papparazi menagkapku, atau fans mengenaliku. Tapi karena Eunhwa menjaminnya dan aku sungguh-sungguh memintanya, manager akhirnya mengizinkan hanya dengan syarat Taeyeon ikut bersamaku. Aku rasa itu tak masalah.
“Empat jam perjalanan dan jangan sampai kau mabuk. Hei Yuri, jangan pasang tampang sedih begitu. Be happy…be happy!” Eunhwa terus berkicau di dalam mobil selama perjalanan. Taeyeon tak banyak bicara hanya kadang-kadang ia menjawab apa yang ditanya Eunhwa. Aku mulai merasa tak enak padanya.
“Kau pernah mengunjungi Anna sebelumnya, Eunhwa?”tanyaku lirih.
“Pernah dua kali. Sekali saat ia masih di Malaysia. Dan yang kedua, setahun yang lalu dia sudah pindah ke Indonesia. Ia banyak berubah, kau tahu, ia sekarang muslim, ia juga jauh lebih kurus, wajah cantiknya seperti termakan usianya yang bahkan belum tua. Ia –menurutku setidaknya-  sekarang sangat ringkih.”
“Benarkah?”
Aku gugup. Gugup tak tahu kenapa.
“Yuri…,” panggil Eunhwa. Aku menoleh untuk memandangnya. “kau..kau sudah tidak marah lagi kan dengannya?”
Tiba-tiba saja ada yang berkelebat di hatiku. Aku tak tahu, tak tahu apa yang harus aku jawab. Mendadak saja aku benar-benar merasa bodoh sudah meninggalkan tujuh teman-temanku , dengan kemarahan mereka, dengan kekesalan mereka kepadaku, hanya untuk menemui seseorang yang pernah membuatku begitu marah.
Aku merasakan mataku mulai panas dan basah.
 “Yuri,” Eunhwa masih berkata lirih. “Anna hanya ingin mengucapkan maaf. Hanya itu! Itu kenapa aku buru-buru menyusulmu kemari.”
Air mataku merebak.

Just one mistake, just one regret
Even now, I still love you selfishly

0 komentar :

Posting Komentar

 

Copyright © 2008 Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez | Blog Templates created by Web Hosting Men