Jumat, Juni 28, 2013

Siapa pun insan Tuhan Pasti tahu cinta kita sejati


Film habibie dan Ainun merupakan film terpopuler di akhir tahun 2012. Mereka bilang kisahnya romantis. Beberapa teman saya menontonnya berulang kali, mengisahkannya sampai mengebu-ebu, membengkakkan mata mereka sendiri dengan menangis terus. Tapi bahkan saat itu, masih tidak tersentuh dengan keharuan film tersebut. Kalian mengerti betapa  tidak pekanya saya kan. Tapi kemudian saya mencoba lagi…
Habibie & Ainun saling mengenal sejak usia remaja, berpisah di usia 72 tahun, karena yang satu pergi, dipanggil yang lebih menyayanginya. Ketika Ibu Ainun jatuh sakit, bertahun2 Pak Habibie merawatnya--meskipun dengan kondisi Ainun tidak lagi mengenali Habibie. Lantas apa jawaban Habibie saat ditanya kenapa dia masih terus merawatnya? "Dia memang tidak mengenali saya, tapi saya mengenalnya sebagai istri yang saya cintai"; Itu cinta selama 48 tahun, 10 hari, dan boleh jadi kelak di akherat, tidak terhitung lagi lamanya.
(repost Darwis Tere Liye)
Sukmaku berteriak, menegaskan ku cinta padamu
Terima kasih pada maha cinta menyatukan kita

Film ini tayang dan mulai menggegerkan pada tahun 2012. Waktu itu saya menonton di bioskop bersama teman-teman dengan susah payah. Waktu itu pula, saya memaksa ingin lebih menonton film ‘5 cm’ yang tayang pada waktu bersamaan dengan film ini. Saya lebih suka tema persahabatan dalam setiap inspirasi saya.  And the last, saya menyerah karena pilihan terbanyak adalah ingin menyaksikan film ini.

HABIBIE & AINUN menceritakan perjalanan hidup bapak Habibie dan ibu Ainun. Menjalani keluarga baru yang banyak kesulitan, adaptasi antar personal, ekonomi yg belum mapan, tinggal di negeri orang lagi. Menonton film ini seperti menyaksikan betul Pak Habibie dan Bu Ainun walaupun yang di depan mata Reza Rahadian dan Bunga Citra Lestari. Film ini juga menjadi bentuk klarifikasi Pak Habibie tentang kebijakan2 politiknya selama menjabat jadi presiden dulu. Pak Habibie yang seorang ilmuwan seolah 'dipaksa' menjadi politisi dalam sistem pemerintahan yang 'bobrok'. Pelajaran kecil lainnya kegagalan organisasi apapun bukan karena orangnya, tapi bisa jadi 'the right man in the wrong place', seperti kisahnya pak habibie ini. Dalam film ini memperlihatkan beliau cuma punya cita2 satu, berdedikasi untuk tanah air dengan menciptakan teknologi yang mutakhir. Salah satunya membuat pesawat yang aman dan murah untuk menghubungkan 17.000 pulau di tanah air.


Nah, saya mengingat bagaimana populernya film ini sampai membuat semua penonton di bioskop terkesima, pulang dengan mata bengkak, menangis dan sesenggukan. Perbincangan di kampus, media sosial, lingkungan sekitar tak habis-habisnya memuji betapa romantisnya mereka berdua. Bahkan orang tua saya pun begitu. Teman-teman bahkan sampai rela menonton ulang, dan menangis lagi.

Tapi tidak saya..
Waktu itu saya tidak menangis. Saya merasa, (saat itu) tidak punya alasan untuk menangis. Kisah romantis ini banyak yang punya. Terlalu biasa bagi saya. Bahkan saya memilih memposting cinta, dan membuat cerita Rosulullah dan Khadijah lebih romantis (ini benar, tentu saja! Tapi diposting saat film habibi ainun sedang mengharu biru, ternyata rasanya aneh).
Saya mulai merasa ada yang tidak beres dengan perasaan saya kala itu. Karena saya sulit sekali tersentuh dengan hal-hal yang mengharukan. Sejak dulu. Sejak dulu dan sejak dulu. Saya menyadarinya.

Tapi semua semacam berputar saat saya menikah bulan lalu. Saya menyadari film ini ternyata benar-benar indah. Setiap kisahnya benar-benar memukau. Saya seperti baru terperangah. Soundtrack film ini lebih-lebih lagi, membuat saya bisa mewek dan tak habis-habisnya. Sekarang saya yang lebay…

Aku tak pernah pergi, selalu ada di hatimu
Kau tak pernah jauh, selalu ada di dalam hatiku

Saya suka setiap moment yang terkisahkan dalam film ini. Ketika cinta pertama kali hadir diantara keduanya. Begitu cepat, tapi nyata. Saat mereka memiliki waktu berdua, dan dunia memang milik mereka berdua. Dan memang, dunia benar-benar milik berdua saat kita ditengah hamparan cinta. Tak peduli kita berdua saat itu dimana, di sawah, di pegunungan, di rumah sendiri, di atas motor atau bahkan di tengah keramaian.

Saya terlebih senang melihat kebahagiaan kedua insan ini menunggu, melihat, menghadapi, dan menjalani kehidupan sebagai orang tua. Penantian itu juga sedang saya rasakan kali ini. Harunya memang menyeruak. Ini seperti berita yang saya ingin seluruh dunia tahu, bahwa kami sedang bahagia. Haha..

Suara sang malam dan siang seakan berlagu
Dapat aku dengar rindumu memanggil namaku

Untuk segala permasalahan milik rumah tangga mereka juga memang menyentuh. Saya suka sekali ketika ainun marah karena habibi tidak mau mengatur baik agenda hariannya. Mengunci kamar sangking kesalnya. Itu pernah saya rasakan. Dulu saya tak mengerti. Tapi kini bahkan, untuk adegan semacam itu saya bisa menangis. Saya mengerti sekali bagaimana marahnya Ainun saat itu. Marah karena takut suatu saat suaminya sakit.

Lembah yang berwarna
Membentuk melekuk memeluk kita
Dua jiwa yang melebur jadi satu
Dalam kesucian cinta

Ternyata cinta sejati ada. Itu penilaian saya. Saya tentu merasa beruntung. Merasa sangat beruntung malah. Berharap semua orang juga akan merasakannya. menikah diusia muda, mendapat dukungan dari semua orang, kebahagiaan ini tentu bukan tanpa kerikil. Apalagi kami masih labil. Tapi komitmen ternyata memenuhi semuanya. Ya, cinta sejati itu ada. Coba saja…

Mengutip kata-katanya Pak Habibie, "Kita sedang berada di gerbong yang sedang melewati terowongan, gelap, bahkan kita tidak tahu kemana kita menuju, kapan kita akan sampai. Tapi kita harus yakin, gerbong ini akan menuju cahaya, dan aku janji akan membawamu ke cahaya itu.."

Dan untuk adegan ainun sakit sampai ia meninggal tak usah ditanya bagaimana sedihnya saat itu.

Sehingga siapa pun insan Tuhan
Pasti tahu cinta kita sejati

0 komentar :

Posting Komentar

 

Copyright © 2008 Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez | Blog Templates created by Web Hosting Men