Hai.. anyeong..ini
cerita tentang "Time Machine" nya snsd. Dan seperti biasa, membaca
ceritanya, jangan lupa dengarkan lagu Snsd tentang Time Machine. Aku-entah
kenapa- sangat menyukai lagu ini. sayang lagu Japan vers. Tapi tetap tak
menghilangkan ke khasan mereka disini. Kebetulan lagu ini, hanya dinyanyikan
oleh para vokalisnya- Taeyeon, Jessica, Sunny, Tifanny dan Seohyeon. Jadi
terasa banget kekuatan vokal nya.
Bay the way, aku punya usul. bawa kopi mocha dan macaron
di depan laptop. Dan sekali lagi, jangan lupa! listen the music. Time
machine
Jakarta, September 2012
Malam
sedang sibuk…
Aku mendengarkan lagu
Time machine yang kuputar keras-keras di kamar hotel.
Alone in
the room that is more spacious than usual
It’s over, guess it’s over
The story created by the two of us was also in vain
I can't believe it could crumble so easily
Untuk
malam ini saja, aku sedang tidak mood untuk mendengar kebisingan
“Yuri! Hei Kwon
Yuuriiii,” teriak Taeyeon menggedor lemari disamping sofa tempatku sedang
rebahan.
Aku hanya melirik
sekilas, hanya sekilas. Karena
kemudian aku menelungkupkan kembali wajahku.
“Hanya lima belas
menit, aku janji hanya lima belas menit,” tawar Taeyeon padaku.
Sebagai jawabannya aku
memasang wajah cemberut,”Aku lelah unnie,
sungguh! Tak ada yang tahu kalau aku tak ikut acara ini, asal kau pun tak
memberitahu siapapun,” kataku benar-benar malas.
“Ayolaahh!” Ia masih
bersikeras.”Hei-hei jangan pasang tampang malas-mu
disaat seperti ini, aku tak akan beri ampun…”
Aku benar-benar malas,
tapi terpaksa mengikutinya. Konser akbar kami baru saja selesai 1 jam yang
lalu. Aku belum benar-benar membersihkan make-up
setelah tiba di hotel. Aku bahkan masih bisa mendengar fans berteriak-teriak
dari depan gerbang hotel.
Kringggg…
Suara telpon hotel bordering,
aku memberi sinyal pada Taeyeon untuk mengangkatnya. Mataku berkedip-kedip
seolah mengatakan, ”unnie, please.. kau
yang angkat telponnya.”
Taeyeon kemudian
menatapku dibuat-buat marah, membalas tatapanku seolah ia juga mengatakan
sesuatu seperti, “Hei! Beraninya kamu
menyuruhku. Kau yang angkat! Atau…”
KRIINGGGG….
Suara telpon berbunyi
kedua kalinya. Kali ini lebih keras. Aku terlonjak sangking terkejutnya. Dan
kemudian kami berdua sama-sama tertawa. Baru kemudian dering ketiga berbunyi,
Taeyeon akhirnya menyerah.
“Baiklah,”katanya.”Aku
yang angkat!”
Seandainya disini ada
Jessica ataupun Tiffany, tentu mereka yang akan menjawab telpon. Permasalahan
kami tak berani menjawabnya adalah karena kendala bahasa. Meskipun harus bahasa
inggris, kami masih sangat payah, apalagi kalau bahasa Indonesia. Aku baru saja belajar
mengucapkan ‘apa kabar’, ‘kami senang’,’kamu cantik’ atau ‘disini sangat
bagus’.
“Yuri, ini untukmu,”
Taeyeon memberi tahu. “Mereka bilang dari Jung eunhwa.”
Aku terlonjak untuk
kedua kalinya. Tak percaya dengan berita barusan. Aku buru-buru menerima telpon
yang Taeyeon sodorkan.
“Anyeong..” suara di sebrang mendahului. Astaga! Ini benar-benar Eunhwa.
“Eunhwa?” aku bertanya
pelan memastikan.
“YURI!” ia berteriak.”Benar,
ini aku Eunhwa. Omo, sudah lama sekali kita tak bicara. Dengar! Sekarang aku
sedang berada di Indonesia?”
“What?” aku kembali terkejut- untuk yang ketiga kalinya.”A-a-apaa?
Kau menonton konserku di Jakarta? “
“Tentu
saja! Tapi yang lebih penting, aku punya kejutan. Dengar! Besok pagi, aku
jemput kau di depan hotel. Jangan terlambat ya, pukul 6 kau harus sudah siap!”
“Hei, Eunhwa! Apa kau
tak dengar berita. Rombonganku akan kembali dini hari ini juga. Lagi pula, untuk
apa aku harus mengikutimu?” kataku meremehkannya.
“Ckckck..
kau pikir aku percaya dengan omongan managermu itu. Dengar ya! Aku tak mau
tahu, besok pagi aku akan menjemputmu. Aku sudah membuat janji untuk bertemu
Anna.”
Glek! Siapa tadi katanya?
“Anna siapa maksudmu,
Eunhwa?”
One
mistake, got a one regret
Nobody is perfect
Even if I try to say and hear it
The pain won't heal no matter what
***
7 tahun silam
Seperti tahun-tahun
sebelumnya, kami kembali menghabiskan musim semi dengan membolos untuk
menikmati festival Cherry Blossom selama satu hari penuh di kota Daejeon. Dan seperti biasanya juga, kedua sahabatku
ikut membolos demi mengikuti festival ini. Lagi pula Appa tak akan member izin kalau kedua temanku tak ikut ke Daejeon.
Rencananya kami akan membolos dua hari dan menginap di rumah nenekku disana. Meski
festival sakura ini akan muncul juga di Seoul bulan depan, tetap saja rasanya
tak akan sama dengan yang di Daejoon.
Kami berlomba
secepatnya untuk sampai di Sitanjin-tempat
acara ini diselenggarakan. Dari rumah nenekku, Sitanjin hanya berjarak sekitar tiga puluh menit dengan menggunakan
sepeda. Salah satu keunggulan disini
adalah kita akan melewati pohon-pohon sakura yang berjejer indah. Benar-benar
seperti film romantis yang selalu tayang dan berlatar musim semi. Langit biru
dan cerah tanpa awan seperti ikut menikmati penyambutan acara ini.
“Kyyaaaa, aku
benar-benar senang!” teriak Anna saat kami melewati pepohonan sakura, dimana
bunga-bunganya berjatuhan menyentuh rambut-rambut kami yang tertiup angin.
“Indahnya, bahkan
setelah bertahun-tahun tanpa perubahan, semaraknya festival ini benar-benar
terasa selalu menawan. Kita harus berterimakasih kepada Yuri,” kata Eunhwa
manis.
Aku tersenyum melihat
kedua temanku.”Itu sih, kalian saja yang terlalu berlebihan euforianya, kalau
kalian ingin berterimakasih kalian harus mentraktirku makan setelah ini”
jawabku membuat mereka kesal, dan itu makin membuatku tertawa.
“Sudah kubilang kan,
jangan pernah-pernah memuji Yuri. Ia bukan hanya besar kepala, tapi juga selalu
meminta imbalan setiap dipuji,” sahut Anna. Aku hanya membalas dengan Aegyo-ku yang makin membuat mereka
pura-pura marah.
Setelah menyelesaikan
festival yang semarak kami biasanya akan menghabiskan waktu sebelum gelap di
danau Daecheonghosu di tengah perjalanan pulang
menuju rumah nenek. Kami akan merendam kaki kami di danau tersebut sambil
menikmati bunga sakura yang juga tumbuh di dekatnya.
“Aku
pernah dengar, tentang mitos persahabatan yang ada di danau ini,” kata Eunhwa
kala itu. Kami berdua hanya mendengarkan.”Bahwa bila kita melempar bunga sakura
ke danau secara bersamaan, bunga yang terbang, jatuh dan lebih dulu menyentuh
air, artinya ia adalah yang paling setia diantara temannya yang lain, dan
begitu juga sebaliknya.”
Aku
terkikik dalam hati. Nyaris empat tahun aku berteman dengan Eunhwa dan hampir
setiap tahun sejak aku kecil aku selalu mengunjungi danau ini. Aku tahu, ia
hanya membual. Tapi toh akhirnya kami tetap melakukan ritual tersebut, karena
ternyata Anna benar-benar termakan omongan Eunhwa.
Dan
hasilnya, bunga Anna lebih dulu menyentuh air, ia berteriak kegirangan
membanggakannya.
Right now,
if I could ride a time machine
and go to meet you
I wouldn’t wish for anything else
Before the memories become distant and fleeting...
I need a time machine
***
Sayangnya, tahun
berikutnya kami tak pernah lagi mengunjungi rumah nenek. Persahabatan kami
memang masih utuh, namun tetap saja kupikir festival Cherry Blossom yang hanya kami rasakan di Seoul jadi terasa
berbeda.
Tunggu dulu! Aku bahkan
belum menceritakan tentang Eunhwa dan Anna sahabat-sahabatku. Eunhwa adalah
gadis dengan sifat polos dan cuek, kadang-kadang ia bersikap dewasa, dan kadang
ppula ia akan terlihat sangat kekanak-kanakan. Sayangnya, sifat cerewet dan
centilnya melengkapi sifatnya yang cenderung gegabah. Sementara Anna adalah
gadis asal Malaysia, yang lahir di Thailand. Ia baru 2 tahun pindah menjadi
tetangga baruku. Ayahnya dipindah kerja ke Korea. Kami mulai berteman saat
ayahnya memintaku utuk selalu berangkat bersama ke sekolah karena kami sama
mendaftar di Baehwa All Girls High School. Ia adalah pemilik lesung pipi termanis yang pernah
kutemui, dagunya pun tipe dagu belah yang sangat digilai pria.
***
Jakarta, 05.30
Langit masih berembun
Jessica, Sunny dan Hyeoyeon memasang wajah cemberut
didepanku. Benar-benar membuatku bingung.
“Baabboyaaaaa.. Yuri kau bodoh! Bagaimana mungkin
kau menyia-nyiakan kesempatan ini. Dasar!
Babo!” aku hanya meringis mendengar kata-kata Jessica. Meskipun aku tak
mengatakannya, namun dalam hati aku sungguh menyesal. Mianhe chingu…
Tiba-tiba Sooyoung menjitak kepalaku. Pelan, tapi
aku tahu ia melampiaskan kesalnya. “Sekarang juga kau hapus semua yang kau
tulis di notesclub, tentang
cerita-cerita konyol bahwa kau sangat ingin ke bali. Setelah kesempatan emas
itu benar-benar datang, kau bukan menggunakannya malah melepasnya begitu saja.
Hisss… kau akan menyesal. Sungguh!”
“Unnie,” Seohyun mendekatiku, suaranya
merengek.”Sepenting apa orang itu, sampai unnie
rela menemuinya, dari pada bersama kami. Kesempatan belum tentu datang dua
kali, unnie. Please!”
Aku hanya diam mendengar keluhan mereka. Kau benar Seohyun, kesempatan tak akan
datang dua kali. Itu lah kenapa aku tak ingin kehilangan kesempatan itu lagi.
“Orang itu sangat penting,” Taeyeon tiba-tiba
bicara. Dan sebelum yang lain menyahut, ia menambahkan.”Aku tahu… benar-benar
tahu bagaimana pentingnya orang itu untuk Yuri.
Bahkan, bila orang tua Yuri ada disini, mereka akan mengizinkannya.”
Aku tak tahu bagaimana bila hari ini Taeyeon tak
membelaku.
Tak ada yang menjawab. Aku tahu mereka semua kesal
dengan keputusanku, tapi aku berharap sekali mereka akan mengerti nantinya. Tak
hanya itu, manager juga marah sejak aku meminta izin untuk mengunjungi
Anna. Rencana awalnya, ketika kami
mengumumkan untuk segera pulang setelah konser di Jakarta selesai adalah untuk
membubarkan fans yang terus mengikuti kami. Tapi sebenarnya kami hanya ke
bandara dan kembali ke hotel. Kami akan ke bali. Meskipun, hanya Snsd dan dongseng kami f(x) yang menikmatinya.
Sementara yang lain akan benar-benar pulang dan menikmati kesempatannya lain
kali. Hanya satu hari ke bali. tapi itu cukup, karena itu salah satu impian
besar yang kami tulis- dan kami umumkan
-. Dan yang lebih membuat manager marah adalah, bagaimana kalau papparazi
menagkapku, atau fans mengenaliku. Tapi karena Eunhwa menjaminnya dan aku
sungguh-sungguh memintanya, manager akhirnya mengizinkan hanya dengan syarat
Taeyeon ikut bersamaku. Aku rasa itu tak masalah.
“Empat jam perjalanan dan jangan sampai kau mabuk.
Hei Yuri, jangan pasang tampang sedih begitu. Be happy…be happy!” Eunhwa terus
berkicau di dalam mobil selama perjalanan. Taeyeon tak banyak bicara hanya
kadang-kadang ia menjawab apa yang ditanya Eunhwa. Aku mulai merasa tak enak
padanya.
“Kau pernah mengunjungi Anna sebelumnya,
Eunhwa?”tanyaku lirih.
“Pernah dua kali. Sekali saat ia masih di Malaysia.
Dan yang kedua, setahun yang lalu dia sudah pindah ke Indonesia. Ia banyak
berubah, kau tahu, ia sekarang muslim, ia juga jauh lebih kurus, wajah cantiknya
seperti termakan usianya yang bahkan belum tua. Ia –menurutku setidaknya- sekarang sangat ringkih.”
“Benarkah?”
Aku gugup. Gugup tak tahu kenapa.
“Yuri…,” panggil Eunhwa. Aku menoleh untuk
memandangnya. “kau..kau sudah tidak marah lagi kan dengannya?”
Tiba-tiba saja ada yang berkelebat di hatiku. Aku
tak tahu, tak tahu apa yang harus aku jawab. Mendadak saja aku benar-benar
merasa bodoh sudah meninggalkan tujuh teman-temanku , dengan kemarahan mereka,
dengan kekesalan mereka kepadaku, hanya untuk menemui seseorang yang pernah
membuatku begitu marah.
Aku merasakan mataku mulai panas dan basah.
“Yuri,”
Eunhwa masih berkata lirih. “Anna hanya ingin mengucapkan maaf. Hanya itu! Itu
kenapa aku buru-buru menyusulmu kemari.”
Air mataku merebak.
Just one
mistake, just one regret
Even now, I still love you selfishly