Bukan! Bukan marah
pertama, tepatnya ‘ngambek’ pertama.
Tanggal berapa ini? 25 Mei? Tepat 2 second week milik kita, dan aku sudah ngembek, berwajah masam
padamu. Aku ingat ucapanmu beberapa hari lalu..
“laki-laki itu egois de…,” katamu sambil menggoda.
Hmm.. jadi ini maksudnya. Aku ingin bukti sekaligus ingin
jawaban.
Seharian ini aku lelah, tapi aku tahu kamu lebih lelah,
dan itulah yang membuatku menangis.
Aku sudah bangun pagi-pagi dan menyiapkan sarapan untukmu.
Bahkan ketika kamu bilang tidak suka ikan sa*den, aku hanya masak sedikit,
sebab keluargaku suka. Aku masakkan masakan lain untuk kamu. Semua beres
sebelum kamu pulang dari masjid ba’da sholat subuh. Setelahnya sholat, kegiatan
biasa mu pun terjadi. Fokus di laptop.
Aku menyajikan roti bakar dan seteko dan segelas susu -ini
juga seperti biasa- untuk menemani ke-fokus-an
mu. Setelahnya lagi, ketika mau berangkat kerja, kamu bilang “kenyang de…kakak
gak biasa sarapan pagi-pagi,”
Dan aku paham, meski aku kesal. Sarapan itu penting buat kamu sayang
Nah, ini masalah sepele. Sepele sekali kan?
Memang inilah yang membuat aku marah,- dan menangis-
Karena kamu gak mau sarapan!
Jam 9 teng! Kamu bilang “lapar de…”
Aku balas senyum, sebab hari ini aku dikantor tempatmu
bekerja, mengikuti kerjamu, mengawasi kamu. Senyum pelan, tapi sungguh, aku panik.
Bagaimanapun aku panik, suamiku lapar, tapi aku cuma bisa senyum (Gak bisa
masak, karena gak dirumah).
Siang pulang kerja, aku kelaparan sekali karena menunggu
kerjaan kamu selesai. Tapi aku tahu, kamu lebih lapar.
Tapi sayang, makan kamu sedikit sekali siang ini. Kamu bilang,
perut kamu sakit, karena menahan lapar. Sampai disini, aku depresi. Benarkan? Aku
istri yang lebay..bay..bay.
Tapi aku gak suka lihat kamu lapar, lantas sakit, karena
gak makan. I didn’t like this, beb
Pure, aku bingung. Setelah jam 3. Aku inisiatif
“Kak, adek buatin mie ya,”
“Mau dong..,” balasmu.
“Kakak mau dibuatin mie apa?”
“Terserah aja! Apapun itu,” jawabmu lagi cuek. Siap-siap
mandi dan sholat. Pulang sholat, semua sudah beres.
“Kak, makan ya, “
“kenyang de..,”
Blesh! Itu lagi kannnn?
“Kakak mau saya suapin? Saya bawain keatas ya?”
Bahkan masakan yang saya buat sangat spesial. Saya buat
super duper banyak. Ketika adik kecil saya minta, saya bilang, “nanti yaa…,”
sebab saya kepikiran kamu.
Kamu benar-benar cuma menggeleng.
Itulah, pertama saya ngambek. Pengen nangiss, karena saya
pengen kamu gak egois.
Tapi, saya suka!
Suka sekali cara kamu merayu. Tahan selama itu saya marah,
dan tahan selama itulah kamu merayu saya.
Menyentuh tangan saya, padahal saat itu ibu lewat. Lalu menyentuh
pipi saya, memeluk saya, mengucapkan “I
love U” berulang-ulang, bahkan membacakan puisi manis buatan kamu, yang justru membuat saya
kesal.
“de, jangan marah lagi…”
Dan sampai malam larut begini, saya betah ngambek…
“de, temani saya makan…,”
Lalu kamu akting makan lahap-lahap, sebelum akhirnya om
datang dan saya harus pergi meninggalkan kamu makan sendiri. Saya suka, sukaaa
sekaali marahan pertama kita ini.
“de, kita baru dua minggu. Dan adek sudah marah begini?”
Hmm… sayang,
berhenti bercanda. Saya sungguhan
marahnya.
Semoga ya.. semoga kamu baca catatan ini.
Saya punya kok alasan untuk kesal lagi.
Ini malam minggu, dan kamu ninggalin saya untuk belajar
dan diskusi dengan teman-teman kamu itu di masjid. Saya mau ngambek ^^
dan cinta kamu bertambah…hahay
dan cinta kamu bertambah…hahay
0 komentar :
Posting Komentar