Selasa, November 04, 2014

8 Bulan



Kenapa kebiasaan si kecil mulai berubah lagi?

And it makes me annoyed,

Sesungguhnya.. sebenarnya... aku sudah mengantuk sejak tadi. Tapi memang beginilah siklus tidur kami para ibu. Yakni tergantung bayinya, kapanpun ia ingin bangun, bangunlah kita, kapanpun ingin tidur, tidurlah kita. Kecuali para ibu berhasil me’lobi’ si bapak untuk ikut turun tangan mengurus bayi. Jadi bahasa kejamnya, si bapak akan mengurus bayi ketika bayi bangun,dan membiarkan ibu tidur lelap tanpa gangguan. Dan ketika bayi pun tidur, si ibu juga ikut terlelap disampingnya, huawaahh kejamnya...

Bahkan ketika  jam dinding sudah berdetak sepuluh kali, ia masih merayu- rayu dengan tangisannya untuk bermain. Seolah meminta berhenti untuk dikeloni. Terpaksa dan dengan sangat terpaksa aku menghentikan belaianku, mengajaknya bangun, menyalakan kembali lampu kamar, daaaan, tersebarlah senyumnya. Cerah dan meluluhkan. Tangannya bergerak-gerak lucu menatap kipas angin. Suara khas bayinya keluar membentuk nada sambil menggenggam jari jemari kakinya. Ia menatapku berkedip-kedip dengan matanya yang bening, lalu menambahkan senyumnya yang manis dan mempesona, untuk mengajakku bermain.

8 bulan sudah...

Menatap lekat wajah lucunya membuatku haru mendadak. Pertanyaan  pertanyaan yang bertahun-tahun lalu tak kian terjawab, rupanya dijawab kini.

are you my baby?

Mengingat dulu tangan bahagia ini mengangkatnya, ia masih sangat kecil dan lemah waktu itu. Lalu ia sudah mulai bisa tertawa, menggenggam tanganku. Oh, it’s so happy.  Selang bebarapa bulan kemudian kami menunggu gerak tengkurapnya, tak juga hadir, sabar tentu saja ada, tapi proses menunggu dengan gelisah itu lebih dominan. Kamu kenapa sayang? Malas kah? Atau tak mampu? Kenapa rasanya seperti menjudge si bayi ini. Pun ketika bulan ke 7 ia belum juga menampak rasa ingin merangkak, kami masih siap menunggu. Bagaimanapun proses perkembanganmu itu membahagiakan, membuat kami menunggu-nunggu. Sabar dan gelisah sudah diluap-luapkan pada suami lewat seluler, pun disuruh sabar dan jangan gelisah. Nasihat seperti ‘semua anak punya caranya sendiri, punya masanya sendiri untuk berkembang’ , semua itu tenggelam dengan kicauan mereka tentang ‘Loh, anakku sudah mulai tengkurap usia 2 bulan, sudah mulai merangkak usia 7 bulan’. Lalu gelisah lagi... it is me, Mom.

Now, 8 bulan

Apa aku yang salah? Stimulasi yang kuberikan tidak begitu baik? Aku banyak tidak belajar? Kebanyakan teori? Lalu harus belajar dari mana? Sampai-sampai godaan untuk membelikan dan menaikkan dia di ‘baby walker’ menggiurkan dibenakku. Tapi sisi lain sehatku masih bisa bergeming dan menggumamkan, “He is still eight months...”

Baiklah, fokus balik lagi.

Sementara aku berebah, si kecil duduk di sisiku, menepuk-nepukkan tangannya (dengan khas gaya bayi tentunya) dan aku bernyanyi.

“Kamu mau main apa sayang?”
Tak ada jawaban pasti keculi suara lucu dari mulutnya.

“Oke, Ayo tepuk tangan, anak yang sholeh..”

ia menggerakkan dua tangan mungilnya untuk dipertemukan didepan dada, mengikuti arahanku, done! Aku tersenyum. Sembari bernyanyi dan mengulanginya beberapa kali lagi.

“Selanjutnya, geleng-geleng ya nak...”

Kembali ia mengikuti arahanku, menggelengkan kepalanya tanpa aturan. Tawaku pecah. Lucu.

"Teriak ! Aaaaa.." aku mencontohkan. ia pun kembali mengikuti. Mulutnya bergerak melebar dan berucap, " Aaaaa" dengan ekspresi marah dibuat- buat

Stimulasi kecil ini sering diajarkan ammah2 yang mengajaknya bermain. Tepuk tangan, geleng-geleng, memeletkan lidah, memainkan bibir, kemudian kiss bye (boleh usul yang lain, hehe).

Puas rasanya melihat ia ikut tertawa juga.

“Kalau begitu terkhir, sebelum kita bobo. Daadaa sayang..”
Ia kemudian mengikuti tanganku yang melambai-lambai. Gerakannya ke segala arah. Membuatku makin terbahak-bahak.

“DAADAAA,..” ucapnya lamat dan jelas. Tentu saja membuatku surprise. Ia bahkan sudah bisa mengkuti ucapan sederhana itu. Kalau kemarin ia juga mengikutiku bicara “Nggak” dengan keras, lalu bunyi ‘toet-toet’ juga lumayan jelas, membuatku tersihir beberapa saat. Sebelum akhirnya rasa haru itu memuncak, menghadirkan setetes air bening di ujung mata. Tak  urung aku menciuminya bertubi-tubi.

Kali ini waktunya istirahat, aku mematikan lampu, menaruhnya kembali ditempat tidurnya, kemudian kembali pada epiode ‘keloni’. Ia masih mengeluarkan suara kecil membentuk sebuah nada lewat bibirnya. Lalu mengangakat jemari kakinya dan membiarkannya menyentuh mulutnya. Iamjinasiku bermain, membayangkan seolah ia bernyanyi sambil memegang mic, yaitu kakinya sendiri. Imajinasiku tak penting. Tapi melihatnya bergerak baik dan normal itu lebih membahagiakan. Sambil membelainya , aku mengucapkan terimakasih karena sudah banyak membuatku tertawa dan bahagia hari ini.


Yes, he is still eight months old

0 komentar :

Posting Komentar

 

Copyright © 2008 Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez | Blog Templates created by Web Hosting Men