Selasa, November 04, 2014

Pesan Singkat


Saya seperti bangun dari sebuah ketidaksadaran yang amat lama ketika menemukan sebuah pesan singkat dari suami saya.
Saya menunggu kesediaan kalian, bunda dan fajri untuk mendampingi saya disini...
Pada akhirnya pesan itu keluar. Entah bagaimana mendefinisikan perasaan saya saat itu; marah, terharu, kesal,sedih, takut dan rindu. Semua terwakilkan dalam getaran tangan saya dan setetes air mata disudut mata saya.  Emosi saya teraduk kala itu.

Sebab,
Ini sudah bulan kelima, usia anak saya bahkan sudah menuju 8 bulan. Masa-masa emas dimana ia hanya menggiring senyum semua orang yang memeluknya. Lucunya mengalahkan boneka manapun yang pernah dibeli semahal apapun. Tapi bahkan haru dan bahagia itu terbagi menjadi sesak dan rindu yang menggumpal karena harus berpisah dengan belahan hati. Terakhir suami saya melihat si kecil adalah ketika ia masih 2 bulan. Ia bahkan belum mampu merespon secara sempurna terhadap apa yang suami lakukan saat itu.

Dilematis dalam arti yang sesungguhnya. Akan dibawa pergi oleh laki-laki yang dirindui adalah angan terkeras saat ini, namun tak bisa juga dipungkiri, bahwa saya bahkan merasa takut. Takut pada dunia nyata, bahwa ini waktunya berjuang untuk sebuah realitas hidup yang sesungguhnya. Membayangkan bertahun-tahun kemudian seperti apa kiranya keluarga saya, membuat saya tak henti-hentinya merapal do’a. Harus memulai adaptasi dari nol, di sebuah tempat yang sungguh asing, bahkan mungkin karena lamanya tak bertemu, bisa jadi suami adalah salah satu dari sosok asing itu, adaptsi yang berat kiranya. Tapi menyesuaikan mimpi untuk bisa sukses, adrenalin saya juga seperti terpacu, semangat juga membara, merasa tantangan segar membias, jalan baru untuk lebih baik. Mana yang terjadi, entahlah...



0 komentar :

Posting Komentar

 

Copyright © 2008 Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez | Blog Templates created by Web Hosting Men