Selasa, November 17, 2015

Persalinan kedua part 1


9 November 2015

Saya masih beraktivitas seperti biasa. Rasa sakit pinggang yang muncul sejak siang saya abaikan saja. Gara garanya saya sudah sering di Php in sama rasa sakit ini A.k.a kontraksi palsu sejak 2 minggu sebelumnya. Huft.
Sejak 2 minggu yang lalu saya ikut nyebur ke pantai demi lihat suami dan si abang asik banget mainan air. Walhasil sepulangnya saya langsung sakit pinggang sepanjang hari dan muncul flek (tanda tanda melahirkan muncul). Rasa panik dikit memang. Secara usia kehamilan masih jalan 37 weeks. Subhanallah. Dan sepanjang minggu perjalanan hati jadi was was terus. Suami sering batalin agenda, ternyata nihil karena cuma kontraksi palsu. Semakin dewasa usia kandungan, semakin panik, semakin sakit. Pasalnya, si bang kemarin lahir pas usia kandungan 38 weeks. Lhaa... nyaris 40 weeks si adik masih kerasa kencang tendangannya. Hiks... polos banget sih, g ngerti ya kalau bundanya udah ngos ngosan. Apalagi disambi momong si abang yang masih minta gendong.

Tapi menjelang sore perasaan  saya bertambah yakin. Dihitung hitung sudah ada kontraksi ringan yang teratur sejak siang yang g kunjung hilang. Sambil mendamaikan hati saya coba coba cari informasi lewat bbm ke teman saya yang berprofesi sebagai bidan.

Lagi bertambah panik, mengingat suami sedang acara ke laut bersama anak santrinya. Pulangnya mungkin tidak sampai malam, tapi yakin deh, rasa lelah karena habis nyebur itu bisa bisa membuatnya gagal fokus untuk siaga. Huft...

Saya lobi mahkluk Allah yang ada di perut  sambil menancapkan doa kepada Allah. Minta dikasih timing yang terbaik. Sambil mengira ngira berapa beratnya kalau harus melahirkan malam ini juga; suami yang lelah, anak pertama yang masih lelap tidur dan tetangga yang agak g enak diminta bantuannya malam malam. Maklum, kami perantauan yang tidak dekat dengan sanak keluarga. Bantu membantunya ya hanya mengandalkan tetangga. Tapi, meminta sijabang bayi dikeluarkan esok hari pun rasanya tidak sabar  membayangkan sakit sudah teratur semalaman

Sepulangnya suami, saya beritahu kabar ini.
"Hmm...hmmm... besok, besok itu bun," terkanya usil. Ya , sebabnya sudah terlalu sering di PHP in oleh kontraksi palsu itu.

Lalu suami bilang ba'da magrib ada rapat di kalianda. Hua... demi Allah  saya kira itu bercanda. Secara saya sudah curhat masalah rasa sakit ini.
Ba'da magrib saya menunggu suami pulang dari masjid. Kontraksi sudah semakin teratur. Tiba tiba suami sms kalau sudah di kalianda, dan minta tolong untuk menjemput abang di rumah tetangga.

Aksss... gak karuan rasanya pengen marah, saya balas sms suami dengan nada dongkol tapi tetap sopan. Huuu betapa kesalnya saya kala itu.

Jadi ba'da isya saya tidur kan langsung si abang, sambil menahan nyeri saya fokus tetap santai cari informasi (sekaligus chat sama suami yang udah mulai rada percaya, hiks).

Pukul 10 malam nyeri kontraksi sudah beranjak menuju 5 menit sekali. Suami belum pulang, tapi message juga sudah tidak dibalas. Saya pikir mungkin masih dalam perjalanan. Jangan dinasehati untuk tidur, karena tidak bisa pejam sama sekali sekalipun sudah terasa lelah dan ngantuk.

Ketika suami pulang, kami juga tidak langsung ke bidan. Masih meraba raba juga kapan pastinya dia keluar, karena saya sendiri agak lumayan trauma harus menunggu lama di bidan. Bolak balik ke bidan ternyata baru pembukaan 1 atau 2 sehingga kami harus pulang lagi daripada menunggu lama di bidan. Sementara saya masih menikmati rasa sakit ini, suami justru ngobrol santai dengan temannya diteras rumah, bukannya malah istirahat. Beliau meyakini sekali kalau besok baru keluar.

Tepat jam 11, saya sudah mulai was was. Rasa sakitnya sudah mulai bertambah. Karena kendaraan kita cuma motor jadi saya putuskan untuk ke bidan. Takut kalau kalau sebentar lagi sakit yang amat sangat itu sudah semakin dekat.

"Hah... yakin?" Suami ikut terkejut dan buru buru bersiap. Membangunkan tetangga dan menitipkan si abang berharap dia g nangis malam ini menyadari ayah bundanya tidak ada disampingnya, hiks...

Sampai di bidan saya langsung diperiksa. Dan ternyata baru pembukaan 2, mendadak rasa nyeri tadi hilang, huaaa... ternyata masih pembukaan 2. Saya tanya suami bagaimana baiknya

"Saya cuma mau tidur," ucap suami lelah. Tuuuh kan benaaar. Segalanya jadi menyebalkan kala itu. Akhirnya setelah lobi lobi dengan bidan, kami disuruh menginap, meskipun kemungkinan esok pagi baru lahir.

Bersambung

0 komentar :

Posting Komentar

 

Copyright © 2008 Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez | Blog Templates created by Web Hosting Men