Kamis, Mei 26, 2016

Mudik part 1; I lost my room


Samarinda, I am coming...😍

Yups... alhamdulillah, akhirnya saya bisa merasakan mudik setelah nyaris setahun lebih mendekam disebuah kampung perdesaan.

And... something different.

Sesuatu yang akrab, dan pernah menjadi jiwa tiba tiba kembali. But,... yaitu tadi. Something different.

Beberapa  diantaranya adalah...

Hahaha (ketawa dulu biar gak tegang)

Kamar saya sudah diambil alih oleh adik. Adik perempuan yang sudah menikah dan memutuskan untuk tinggal di rumah orang tua. Rupanya, orang di rumah memutuskan bahwa saya sudah bukan bagian tetap dari rumah itu. Jadilah baju baju saya diungsikan.

Tapi, melihat kamar itu menjadi milik pribadi mereka, saya kok mendadak jadi baper. Kalian tau kan, rata rata orang yang memilih untuk pulang ke rumah setelah lama merantau, beberapa dari banyak hal yang ia rinduku adalah kamar, right?

Tapi saya udah gak punya itu.

Lihat ranjang pengantin saya, lemari lemari baju juga. Bahkan pernak pernik hiasan bayi yang asli buatan sendiri masih menempel cantik alias bergelantungan di depan pintu. Gambar gambar yang saya tempel bersama si kecil benar benar kenangan yang indah. Sayangnya  sudah bukan milik kita. Saya tidak bisa masuk leluasa kamar itu sesuka hati seperti dulu.

Lost...

😂😂😂

Saya gak mau baper, tapi ya saya memang baper. Karena gak ada yang salah. Sesuatu kayak gini udah memang harusnya terjadi. Gak mungkin saya maksa semua tetap jadi milik saya, lantas saya gotong semua ke lampung, balik pulang ntar saya bawa lagi, haghag.

Jadi, dua hal penting yang saya pelajari di malam pertama mudik adalah...

Saya harus siap dengan segala kemungkinan kehilangan. Akan banyak hal hal yang hilang, yang harus saya relakan dengan cepat. Iyaps! Dengan cepat!

Yang kedua,
Status saya kali ini adalah

TAMU

Lihat anak anak akhirnya harus beradaptasi sebab posisi tidur, suami yang setengah bergelantungan, artinya kita adalah tamu. Haghag.

Jadi kalau si abang suka bilang "mau pulangggg,"

Ah, saya yang harus mengerti dia.

Pun, artinya saya maupun anak anak harus belajar adab sebagai tamu. Dan itu susyah... karena dulunya, rumah ini, adalah rumah dimana saya bisa semena mena melakukan banyak hal. Ahhh... Tapi sekarang bukanlah yang dulu.

Dan ternyata, disana...

Rumah sederhana itu, milik kita.

Disanalah...
Banyak hal yang harus kita bangun, salah satunya adalah peradaban. Dan kitalah, guru peradaban itu..

Weh...eh..eh... kok mendadak bijak gini✌😣

0 komentar :

Posting Komentar

 

Copyright © 2008 Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez | Blog Templates created by Web Hosting Men