It’s mee
Ini kisah sedih tentang cintaku yang membuatku
frustasi. Kumohon jangan salahkan aku. Karena apapun yang kutulis adalah bagian
dari masa laluku. Bukankah Allah selalu menyediakan rencana terindah untuk
hmbaNya.
Ia cinta pertama dalam hidupku. Namanya Aldo Nah,
apalagi yang bisa kalian simpulkan dari nama itu. Tampan??, cerdas?? Kira-kira
memang begitulah sosoknya. Tinggi semampai, berkaca mata, lembut kepada wanita.
Jangan pikir aku terlalu melebih-lebihkan dia.
Aku jatuh cinta padanya tepat pada pandangan
pertama. Aku pikir tentu saja perasaanku terbalas. Aku bisa merasakannya. Hari
itu, hari pertama aku akan tinggal dalam keluarganya. Ayahnya memperkenalkan
diriku pada Aldo. Ia menatapku dengan kebahagiaan- yang kupikir- sulit sekali
untuk dia sembuyikan. Dan saat itulah, ada perasaan cinta…ya..cinta pertama.
***
Kreekk..
Sebuah pisau melubangi dinding dari papan
tempatku beristirahat. Aldo melubanginya dengan sedikit lubang kecil. Lubang
itu menghubungkan antara kamarku yang terletak dismping rumah dengan kamarnya.
Setelah selesai melakuannya, ia teersenyum manis padaku. Tentu saja aku
membalasnya.
“Sekarang, aku bisa melihatmu meski malam ya. Tapi plis jangan bilang sama ayah
ya. Biar lubang ini jadi rahasia kita. Paling tidak kalau malam kita tidak
kekurangan komunikasi,”jelasnya padaku.
Aldo sayang, bisik hatiku. Rupanya ia mengerti bahwa aku juga kesepian kalau
malam. Apalagi kamarku tidak punya fasilitas hiburan seperti kamarnya.
Cintaku kurasakan makin tumbuh sekian harinya. Apalagi setelah dua hari menjadi
bagian dari keluarga itu, akhirnya ayah mengizinkan aku untuk menemani Aldo
kemanapun. Tanpa ia curiga sedikitpun tentang perasaanku ini pada anaknya.
“Jaga Aldo baik-baik ya!” kata ayah padaku.
“Ayah…” Aldo menyela. ”Harusnya Aldo yang menjaganya..”
Mereka kemudian terkekeh-kekeh. Sementara aku
hanya mampu tersenyum menyembunyikan semburat cintaku yang kian tumbuh. Dalam
hatiku bertanya apakah Aldo juga merasakan hal sama saat ini.
Hari-hari indah kemudian mengiringi setiap langkahku. Aldo lebih sering pulang
malam sekarang. Setelah pulang sekolah, ia akan mengajakku mengelilingi kota ini.
Sambil menikmati angin cinta, ia mengajakku ke sudut-sudut tempat terindah di
kota ini. Aku selalu senang dengan senyumnya. Indah dan memang menawan. Ah,
cinta..betapa ia memang selalu terasa indah.
***
“Al, mau kemana?” tanya Tia sepulang sekolah. Ah Tia..dia salah satu mantan Aldo.
Cantik memang, tapi buat apa sih dia masih mengejar-mengejar Aldo. Perasaanku
mendadak begejolak. Mungkin inilah yang namanya cemburu. Cemburu pertama dalam
hidupku.
“Hm..ya biasalah Ya..aku mau kencan sama ini nih..kenapa? mau ikut?” Saat
mangatakan “ini nih” tentu saja matanya melirik padaku. Haha..perasaanku
terbang seketika. Kulihat wajah pias di wajah Tia. Ia dongkol sekali tampaknya.
“Kamu berubah sekarang ya? Kita kan belum lama putus, kenapa kamu secepat ini
berubah semenjak ada dia,”
Haha..sungguh! aku benar-benar merasa menang.
“Tia cantik,” kata Aldo.” Kamu kenapa sih? Apa kamu berharap aku memohon-mohon
sama kamu untuk kembali seperti dulu?” lanjutnya.
“Ya..bukannya begitu..” Tia tampak salah tingkah kini.
“Begini Tia, maafkan aku. Masalah kita kemarin benar-benar kuAldop serius. Aku
gak mau lagi sama kamu!” tegas Aldo. Tak ada yang mampu kulakukan. Meski
kurasakan kata-kata Aldo cukup menyakitkan untuk Tia. Apalagi kini Tia
menunduk. Sebagai wanita, tentu ia merasakan sakit hati yang dalam. Namun, Aldo
tak peduli. Ia justru dengan cepat membawaku pergi dari tempat itu.
***
Kemana kita ya sore ini…
Senja mulai Nampak belahan langit barat kota ini. Pancaran gradasinya nyaris
merubah polesan warna langit. Apalagi sisa-sisa air hujan masih terasa
membasahi bumi. Beberapa pohon yang bertengger gagah di tepian Mahakam tampak
segar.
“ Kita ke jembatan Mahakam aja deh sore ini. Lagi indah pemandangannya.”
Sebenarnya tidak tepat begitu. Jembatan Mahakam
sedang padat, jadi kami hanya singgah di tepian Mahakam paling ujung. Tempat
biasa ia membawaku. Kami bersantai memandang senja. Aldo tampak santai dengan
bersandar padaku. Dan aku menikmatinya, ia mulai menceritakan kisah-kisahnya.
Beberapa tentang mantan pacarnya.
Tapi aku hanya diam. Dalam hatiku sedikit terselip cemburu tak beraturan.
Kenapa dia membicarakan mantannya di hadapanku. Seharusnya ia mnegerti
bagaimana perasaanku. Tapi sudahlah, aku hanya ingin hari ini dan esok. Biarkan
mereka menjadi masa lalu dan akulah masa depannya.
***
Sadar atau tidak, aku tahu percintaan ini kan menjadi masalah. Apakah orang
tuanya mengerti bahwa Aldo sedemikin mencintaiku. Aku pikr tidak. Itulah yang
mulai menjadi masalah bagi kami. Setelah satu tahun aku hidup bersamanya, suka
dukanya telah menjadi milikku juga. Bukan hanya menjagaku dengan sepenuh hati.
Namun, Aldo telah mencintaiku sepenuh hati. Tapi, inilah hidup. Tak ada yang
tak bermasalah. Semua berawal dari rasa cemburuku yang berlebihan.
Malam itu, Aldo tak menyapaku sama sekali. Aku kesepin. Kudengan suarnya dari
kamar sebelah justru sedang tertawa renyah sendiri. Kenapa? Pikirku. Kenapa
hari ini ia tak berbagi kebahagiaannya padaku. Dan esoknya ia tak banyak bicara
padaku. Sepulang sekolah ia langsung pulang. Ia bilang ia lelah, namun begitu,
malam harinya pun kudengar ia berbicara sendiri dan tak peduli padaku. Dan baru
kusadari, ia pasti sedang menerima telpon dari seseorang yang membuatnya
bahagia.
Sejujurnya, aku hanya ingin ia tahu rasa ini.
Jadi, keesokannya aku ngambek habis-habisan. Namun, tak kusangka ia justru
marah dan meninggalkanku pergi sekolah. Itulah yang membuat perasaanku hancur.
Oh..cinta. aku sadar benar memang kita akan pernah merasa jenuh dalam memiliki.
Namun, apakah ini artinya ia akan meninggalkanku. Kenapa ia tak mencoba
bersabar dan menekan perasaan itu. Atau kah ia memang sudah punya cinta yang
lain?? Kubiarkan sedihku luluh. Biar ia tahu, aku tak ingin kehilangannya. Aku
tak akan mau…
***
“ kondisi keuangan ayah sulit Aldo..” ucap ayah. “ jadi ayah mohon kau
mengerti”
“Ayah..,” bisik Aldo. Kulihat ada Kristal bening yang menggantung di pelupuk
maanya. Aku tercenung. Ternyata laki-laki itu bisa juga menangis untukku. Ia
menggeleng kuat sekali.
Baru kusadari hatiku tersayat saat itu. Aldo..ternyata cintamu tak pernah
pupus. Mungkin akulah yang salah. Cemburu itu membuatku menangis di setiap
malam. Aku tak mempu menyaksikanmu bersanding dengan cinta lain. Jadi, kupikir
mungkin sebaiknya kupergi. Apalagi kulihat keuangan keluarga sedang memburuk.
Aku bertingkah dengan sengaja supaya membuat jengkel orang-orang. Termasuk Aldo..
Tapi sekarang, terlambat sudah untuk bisa kembali. Ini keputusan final ayah. Aldo
..maaf cinta. Aku menyesal. Aku pikir aku yang harus kehilanganmu.
Aldo sayang…maafkan kebodohanku. Aku mencintaimu. Aku…
Mungkin ini yang namanya putus cinta. Harapan itu menjadi kosong. Hari ini aku
akan dibawa keluar kota dan tak kembali. Aku tak bisa lagi melihat kekasihku
dengan senyumnya itu. Aku akan kehilngan dia untuk selamanya. Tapi, aku tak
kuat. Sungguh ini berat sekali bila memang harus kuhadapi.
“Maafkan ayah ya nak. Tak ada jalan lain.”
Tangan Aldo kini mnyentuh ubuhku. Aku hanya bisa
menatapnya hampa. Pedih rasanya..sungguh! ini begitu berat.
Kemudian Aldo berbisik lirih padaku “ Tak akan pernah aku melupakanmu. Bila aku
mampu, akan kucari kau kemanapun. Kau yang terbaik, aku menyayangimu…”
Dan cukup itu membuatku tersenyum.
Meski aku hanya sebuah sepeda motor yang
setia menemainya kemanapun..
0 komentar :
Posting Komentar