Sabtu, April 07, 2012

Love Story



It’s mee
Ini kisah sedih tentang cintaku yang membuatku frustasi. Kumohon jangan salahkan aku. Karena apapun yang kutulis adalah bagian dari masa laluku. Bukankah Allah selalu menyediakan rencana terindah untuk hmbaNya.
Ia cinta pertama dalam hidupku. Namanya Aldo Nah, apalagi yang bisa kalian simpulkan dari nama itu. Tampan??, cerdas?? Kira-kira memang begitulah sosoknya. Tinggi semampai, berkaca mata, lembut kepada wanita. Jangan pikir aku terlalu melebih-lebihkan dia.
Aku jatuh cinta padanya tepat pada pandangan pertama. Aku pikir tentu saja perasaanku terbalas. Aku bisa merasakannya. Hari itu, hari pertama aku akan tinggal dalam keluarganya. Ayahnya memperkenalkan diriku pada Aldo. Ia menatapku dengan kebahagiaan- yang kupikir- sulit sekali untuk dia sembuyikan. Dan saat itulah, ada perasaan cinta…ya..cinta pertama.
***
                Kreekk..
Sebuah pisau melubangi dinding dari papan tempatku beristirahat. Aldo melubanginya dengan sedikit lubang kecil. Lubang itu menghubungkan antara kamarku yang terletak dismping rumah dengan kamarnya. Setelah selesai melakuannya, ia teersenyum manis padaku. Tentu saja aku membalasnya.
                “Sekarang, aku bisa melihatmu meski malam ya. Tapi plis jangan bilang sama ayah ya. Biar lubang ini jadi rahasia kita. Paling tidak kalau malam kita tidak kekurangan komunikasi,”jelasnya padaku.
                Aldo sayang, bisik hatiku. Rupanya ia mengerti bahwa aku juga kesepian kalau malam. Apalagi kamarku tidak punya fasilitas hiburan seperti kamarnya.
                Cintaku kurasakan makin tumbuh sekian harinya. Apalagi setelah dua hari menjadi bagian dari keluarga itu, akhirnya ayah mengizinkan aku untuk menemani Aldo kemanapun. Tanpa ia curiga sedikitpun tentang perasaanku ini pada anaknya.
                “Jaga Aldo baik-baik ya!” kata ayah padaku.
                “Ayah…” Aldo menyela. ”Harusnya Aldo yang menjaganya..”
Mereka kemudian terkekeh-kekeh. Sementara aku hanya mampu tersenyum menyembunyikan semburat cintaku yang kian tumbuh. Dalam hatiku bertanya apakah Aldo juga merasakan hal sama saat ini.
                Hari-hari indah kemudian mengiringi setiap langkahku. Aldo lebih sering pulang malam sekarang. Setelah pulang sekolah, ia akan mengajakku mengelilingi kota ini. Sambil menikmati angin cinta, ia mengajakku ke sudut-sudut tempat terindah di kota ini. Aku selalu senang dengan senyumnya. Indah dan memang menawan. Ah, cinta..betapa ia memang selalu terasa indah.
***
                “Al, mau kemana?” tanya Tia sepulang sekolah. Ah Tia..dia salah satu mantan Aldo. Cantik memang, tapi buat apa sih dia masih mengejar-mengejar Aldo. Perasaanku mendadak begejolak. Mungkin inilah yang namanya cemburu. Cemburu pertama dalam hidupku.
                “Hm..ya biasalah Ya..aku mau kencan sama ini nih..kenapa? mau ikut?” Saat mangatakan “ini nih” tentu saja matanya melirik padaku. Haha..perasaanku terbang seketika. Kulihat wajah pias di wajah Tia. Ia dongkol sekali tampaknya.
                “Kamu berubah sekarang ya? Kita kan belum lama putus, kenapa kamu secepat ini berubah semenjak ada dia,”
                Haha..sungguh! aku benar-benar merasa menang.
                “Tia cantik,” kata Aldo.” Kamu kenapa sih? Apa kamu berharap aku memohon-mohon sama kamu untuk kembali seperti dulu?” lanjutnya.
                “Ya..bukannya begitu..” Tia tampak salah tingkah kini.
                “Begini Tia, maafkan aku. Masalah kita kemarin benar-benar kuAldop serius. Aku gak mau lagi sama kamu!” tegas Aldo. Tak ada yang mampu kulakukan. Meski kurasakan kata-kata Aldo cukup menyakitkan untuk Tia. Apalagi kini Tia menunduk. Sebagai wanita, tentu ia merasakan sakit hati yang dalam. Namun, Aldo tak peduli. Ia justru dengan cepat membawaku pergi dari tempat itu.
***
                Kemana kita ya sore ini…
                Senja mulai Nampak belahan langit barat kota ini. Pancaran gradasinya nyaris merubah polesan warna langit. Apalagi sisa-sisa air hujan masih terasa membasahi bumi. Beberapa pohon yang bertengger gagah di tepian Mahakam tampak segar.
                “ Kita ke jembatan Mahakam aja deh sore ini. Lagi indah pemandangannya.”
Sebenarnya tidak tepat begitu. Jembatan Mahakam sedang padat, jadi kami hanya singgah di tepian Mahakam paling ujung. Tempat biasa ia membawaku. Kami bersantai memandang senja. Aldo tampak santai dengan bersandar padaku. Dan aku menikmatinya, ia mulai menceritakan kisah-kisahnya. Beberapa tentang mantan pacarnya.
                Tapi aku hanya diam. Dalam hatiku sedikit terselip cemburu tak beraturan. Kenapa dia membicarakan mantannya di hadapanku. Seharusnya ia mnegerti bagaimana perasaanku. Tapi sudahlah, aku hanya ingin hari ini dan esok. Biarkan mereka menjadi masa lalu dan akulah masa depannya.
***
                Sadar atau tidak, aku tahu percintaan ini kan menjadi masalah. Apakah orang tuanya mengerti bahwa Aldo sedemikin mencintaiku. Aku pikr tidak. Itulah yang mulai menjadi masalah bagi kami. Setelah satu tahun aku hidup bersamanya, suka dukanya telah menjadi milikku juga. Bukan hanya menjagaku dengan sepenuh hati. Namun, Aldo telah mencintaiku sepenuh hati. Tapi, inilah hidup. Tak ada yang tak bermasalah. Semua berawal dari rasa cemburuku yang berlebihan.
                Malam itu, Aldo tak menyapaku sama sekali. Aku kesepin. Kudengan suarnya dari kamar sebelah justru sedang tertawa renyah sendiri. Kenapa? Pikirku. Kenapa hari ini ia tak berbagi kebahagiaannya padaku. Dan esoknya ia tak banyak bicara padaku. Sepulang sekolah ia langsung pulang. Ia bilang ia lelah, namun begitu, malam harinya pun kudengar ia berbicara sendiri dan tak peduli padaku. Dan baru kusadari, ia pasti sedang menerima telpon dari seseorang yang membuatnya bahagia.
Sejujurnya, aku hanya ingin ia tahu rasa ini. Jadi, keesokannya aku ngambek habis-habisan. Namun, tak kusangka ia justru marah dan meninggalkanku pergi sekolah. Itulah yang membuat perasaanku hancur.
                Oh..cinta. aku sadar benar memang kita akan pernah merasa jenuh dalam memiliki. Namun, apakah ini artinya ia akan meninggalkanku. Kenapa ia tak mencoba bersabar dan menekan perasaan itu. Atau kah ia memang sudah punya cinta yang lain?? Kubiarkan sedihku luluh. Biar ia tahu, aku tak ingin kehilangannya. Aku tak akan mau…
***
                “ kondisi keuangan ayah sulit Aldo..”  ucap ayah. “ jadi ayah mohon kau mengerti”
                “Ayah..,” bisik Aldo. Kulihat ada Kristal bening yang menggantung di pelupuk maanya. Aku tercenung. Ternyata laki-laki itu bisa juga menangis untukku. Ia menggeleng kuat sekali.
                Baru kusadari  hatiku tersayat saat itu. Aldo..ternyata cintamu tak pernah pupus. Mungkin akulah yang salah. Cemburu itu membuatku menangis di setiap malam. Aku tak mempu menyaksikanmu bersanding dengan cinta lain. Jadi, kupikir mungkin sebaiknya kupergi. Apalagi kulihat keuangan keluarga sedang memburuk. Aku bertingkah dengan sengaja supaya membuat jengkel orang-orang. Termasuk Aldo..
                Tapi sekarang, terlambat sudah untuk bisa kembali. Ini keputusan final ayah. Aldo ..maaf cinta. Aku menyesal. Aku pikir aku yang harus kehilanganmu.
                Aldo sayang…maafkan kebodohanku. Aku mencintaimu. Aku…
                Mungkin ini yang namanya putus cinta. Harapan itu menjadi kosong. Hari ini aku akan dibawa keluar kota dan tak kembali. Aku tak bisa lagi melihat kekasihku dengan senyumnya itu. Aku akan kehilngan dia untuk selamanya. Tapi, aku tak kuat. Sungguh ini berat sekali bila memang harus kuhadapi.
                “Maafkan ayah ya nak. Tak ada jalan lain.”
Tangan Aldo kini mnyentuh ubuhku. Aku hanya bisa menatapnya hampa. Pedih rasanya..sungguh! ini begitu berat.
                Kemudian Aldo berbisik lirih padaku “ Tak akan pernah aku melupakanmu. Bila aku mampu, akan kucari kau kemanapun. Kau yang terbaik, aku menyayangimu…”
                Dan cukup itu membuatku tersenyum.
 Meski aku hanya sebuah sepeda motor yang setia menemainya kemanapun..

0 komentar :

Posting Komentar

 

Copyright © 2008 Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez | Blog Templates created by Web Hosting Men