Sabtu, April 07, 2012

Momento of 'dear diary'


Alhamdulillah esok hari yang bahagia. Kebetulan kampus libur. Jadi, aku berusaha melupakan penat dengan segala tugas-tugas yang menumpuk.Huahhmm.. Beberapa tugas ketikan aku berikan pada adikku untuk diketikkan. Sementara aku berniat ingin berkutat dengan kamarku yang berantakan.
                Kupandangi sosok kamarku sendiri. Kamar ini sebenarnya cukup luas. Warna cat yang sudah aku pilih sendiri, membuatku merasa nyaman. Sayangnya aku sering mendengar omelan ummi tentang jarangnya kurapikan kamar sebelum berangkat kuliah. Meskipun bila kulihat, kamar-kamar  kos temanku tak lebih rapi dari ini. Yeah..Paling-paling aku merapikan setiap hari sabtu atau minggu, itupun hanya satu atau dua jam,  karena setelah itu aku kembali berkutat dengan tugas-tugasku.
                Malam  ini moodku baik. Kudenggar takbir yang dikumandangkan dari masjid dekat rumah menggema bersahutan. Bahagianya. Aku teringat tahun-tahun sebelumnya aku selalu menjalani idul adhaku di Jawa tanpa keluarga, maksudku ketika aku sekolah di jawa..hawawa..sedihnya minta ampun, tapi sekarang pengen juga merasakan lagi).
                Aku memilih kardus-kardus dan lemari bukuku yang berisi puluhan(atau bahkan sudah ratusan ) koleksiku sejak SMP. Sembari bersih-bersih aku menemukan buku harianku yang sudah berdebu. Sejak kecil aku tak pernah luput dari yang namanya diary. Apalagi semasa SMA, aku selalu membawanya kemana-mana bahkan menuju kamar mandi (ini kalau di sekolah). Beberapa terkunci, karena bekode dan aku melupakan kodenya. Aku mengenali tulisan-tulisanku semasa SD, Semasa SMP dan SMA..haha tak ada yang sama. Semuanya bermetamorfosis.
                Dan saat aku membacanya, imajinasi ku bernostalgia. Aku mengingat masa SD ku yang kujalani di sekolah umum. Aku bermain bersama-teman, dan aku mencoba mengingat beberapa nama yang pernah ada dalam masa-masa itu. Aku ingat saat-saat aku berlari. Mendapat hadiah, berkelahi.  Di dalam buku harian itu ada beberapa catatan dari teman-temanku. “jangan lupakan aku ya fauziah..” hhehe..lucu sekali. Polos..Kemudian duniaku beralih pada masa SMP, dimana aku mulai fokus mengenal islam. Duniaku berbeda jauh saat aku memasuki wilayah pesantren. Kalau semasa SD aku lepas pasang tentang jilbab, tapi saat ini jangan harap melihatku keluar tanpa jilbab. Selebihnya berisi curhatku tentang rasa bahagia, marah, jengkel terhadap teman-temanku. Beberapa nama tertera disana, dan aku masih mengenali mereka. Kemudian aku mengenal porsi cinta. Namun, tak mendeteksi cinta Allah. Cinta ini masih cinta monyet, dan sungguh..aku harus tertawa terbahak-bahak…betapa lucunya ketika ia (orang itu ) menelponku, berbicara , dan menulis surat untukkku. Aku bahkan mencatat percakapn rinci kami…hhihi.  Aku belajar tentang banyak hal disini. Melebihi kapsitas sekolah umumnya. Bahas arab, tahfidz, dan segala macam pelajaran yang kurindukan (Hmm..kecuali muhadhoroh).
Masa SMA ku kembali berubah drastis. Nostalgiaku beranjak menuju pulau Jawa. Disana ku mulai hidup mandiri. Aku mengurus diri-sendiri. Keuanganku, sekolahku, dan segala yang tak pernah kulakukan ketika SMP. Kemandirianku dituntut hadir. Aku menulis hampir setiap hari. Buku diaryku paling banyak ketika SMA..wah..wah…tapi aku mulai menyadari betapa kau sangat dekat pada Sang Pemilik Segala saat itu. Aku selalu menangis tertawa atau apapun tak luput dari nama Allah. Allah seolah hadir disetiap tulisan dalam diaryku.  Hm…
                Disamping diary-diaryku aku menemukan buku-buku yang dulu kugunakan untuk menulis cerita-ceritaku. Aku juga mengenali cerita yang kubuat saat-saat SMP, hm..lumayan untuk ukuran SMP kalu kupikir-pikir(beneran lho..) kemudian aku mengenang saat aku memenangkan lomba menulis. Aku baca lagi cerit-cerita itu dari laptop. Cerita-cerita yag aku buat sat SMA juga ada. Hanya saja saat SMA tulisanku lebih banyak ke buku(aku menulis di komputer hanya kalau lomba, maklum di SMA kan nggak pegang computer). Bahkan ada yang hampir setengah novel. Waw..keren juga kupikir. Karya-karya ku sangat banyak. Belum lagi waktu aku melihat majalah-majalah  juga buletin-buletin yang terbit dari organisasi-organisasi menulis yang memang kugeluti.
                Sayangnya semua itu menghilang sejak kuliah. Aku mulai berhenti menulis. Bahkan menulis diary. Aku mengisi diary hanya untuk catatan kuliah  atau catatan-catan kecil. Aku bahkan terbiasa memendam masalahku tanpa kutulis lagi. Apalagi untuk mulai berkarya. Ya ampunn…







0 komentar :

Posting Komentar

 

Copyright © 2008 Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez | Blog Templates created by Web Hosting Men