...
“Kalian ini labil, jawabannya
ganti-ganti,”
Oke! itu ucapan asisten
saya ketika kami menjalankan diskusi. Tapi ini tidak ada hubungannya dengan judul
diatas. Judul diatas hanya untuk praktikan dengan maksud ‘labil’ sesungguhnya.
Menjadi mahasiswa
farmasi dengan segala kegaduhan praktikumnya adalah pilihan tiap orang yang
mendaftar di kampus ini. Perkara ia menyesal atau menikmatinya, ia toh
menjalaninya.
Saya terinspirasi dari
kami dan mereka yang masih merasakan ‘ganas’nya dunia praktikum, dan pada
akhirnya akan mencicipi pula yang namanya ‘tugas akhir’. Setelah meng…..’gumam’
panjang lebar, akhirnya dibenak saya muncul sedikit ‘percikan’ ide. Saya memang
bukan seseorang bisa melaksanakan semua kebaikan atau kata-kata ‘positif’ yang
keluar dari mulut saya atau tertuang rapi dalam tulisan saya. Tapi setidak
pembelajar yang baik mau membuat dirinya belajar dari penglihatan, pendengaran
dan hati. Right?
Terlepas dari apapun
posisi saya saat ini Praktikan? Asisten? Dosen? Laboran? Atau apapun lah, ini
hanya pengamatan dan pembelajaran saya.
Saya tak menyudutkan ataupun berpihak pada salah satu tokoh atau geng dalam hidup,
tapi kerena judulnya ‘praktikan’ artinya saya mengamati tokoh tersebut
(termasuk saya).
Praktikan sendiri
definisinya, Peserta praktikum yang
notabennya adalah mahasiswa yang masih aktif dan mengambil mata kuliah
praktikum yang ada pada semester yang sedang berjalan. Biasanya mereka
dibimbing oleh beberapa asisten yang telah ditunjuk atau dipercaya atau bahkan
dites namun masih dalam batas pengawasan dosen. Ada 10 kalimat yang bisa
dikeluarkan praktikan –terutama di kampus saya- yang saya rasa sesungguhnya
membuat mereka menghambat semua langkah dan kerja mereka, bahkan mereka yang
pintar sekalipun! Menurut saya, dengan semua ini bentuk masa depan yang
terhambat bisa mengintai. Kenapa? Karena bagi saya, nilai kreativitas sebagai
mahasiswa adalah poin penting dalam meningkatkan kualitas kita menjadi
mahasiswa yang benar-benar mahasiswa.
1.
*Sigh*
Walaupun ini bukan sebuah pernyataan, tapi bahasa
non-verbal bisa lebih powerful.
Menghela nafas yang panjang di depan asisten atau dosen bisa
diartikan banyak hal. Asisten atau dosenmu mungkin saja tidak peduli, tapi ia
juga bisa menilai batas kemampuanmu lewat bahasa tubuh.
2.
“Sudah saya kerjakan
laporannya kok minggu lalu.”
Kalau kamu merasa menjadi orang yang paling sibuk dalam mengerjakan
tugas, maka asisten atau dosenmu dapat dipastikan dua kali lebih sibuk (paling
tidak, ia pasti memiliki
tanggung jawab yang besar). Jadi, kita tidak bisa berasumsi bahwa semua laporan
(atau skripsi) sudah diperiksa dalam sekejap. Jika memang butuh segera atau
sangat penting, maka tunggu afirmasi dari mereka bahwa memang sudah selesai
mereka kerjakan.
3.
“Pekerjaan saya belum
selesai karena saya.....”
Mencari-cari alasan saat melakukan kesalahan hanya akan
menanamkan bibit ketidakpercayaan dari asisten atau dosenmu. Kesalahan yang
sudah terjadi merupakan resiko yang harus dihadapi. Maka akui kesalahan dan
yakinkan asisten atau dosenmu bahwa hal tersebut tidak akan terulang kembali.
4.
“Saya tidak tahu.”
Pertanyaan-pertanyaan dari asisten atau dosen memang kadang
suka tricky. Tapi
bukan berarti bisa dijawab dengan “tidak tahu.” Akan lebih baik jika kamu jawab
dengan “Akan saya cari tahu.”
5.
“Ini bukan salah
saya.”
Walaupun kesalahan tersebut sebenarnya bukan salahmu,
pernyataan seperti “Kalau begitu, apa yang bisa kita lakukan untuk
memperbaikinya,” akan lebih professional. Ajaklah asisten atau dosen dan rekan
kerja yang lain untuk mencoba mencari akar permasalahan dan menyelesaikannya.
6.
“Saya nggak bisa lembur.”
Ada saatnya seorang praktikan harus lebih fleksibel dengan
waktu. Tanamkan di diri bahwa belajar di suatu universitas bukanlah soal
hitungan waktu. Kadang di luar jam kuliah atau praktikum kamu bisa mendapatkan
informasi esensial yang mendukung pembelajaranmu.
7. “Saya tidak bisa
bekerja dengan dia.”
Mengeluh
tentang perilaku rekan lain merefleksikan sejauh mana kemampuanmu untuk
beradaptasi. Jangan melimpahkan masalah ini ke asisten dan dosenmu. Kecuali jika
masalah yang kamu hadapi berkaitan dengan perilaku yang illegal atau tidak
etis, atasi secara professional bukan personal.
8. “Dari dulu kita
mengerjakannya seperti ini, kok.”
Kamu mungkin
akan berhadapan dengan asisten dan dosen baru yang memiliki pandangan kerja
berbeda. Hal terbaik yang bisa kamu lakukan adalah tetap berkontribusi dan buka
pikiran. Saat muncul ide yang menurutmu kurang sesuai, jangan hentikan ide
tersebut dengan negativitas. Katakan sesuatu seperti, “Saya rasa untuk masalah
ini, kita juga bisa melakukan.....”
9. “Hal ini bukan
bagian dari kerjaan saya.”
Penting bagi kita
untuk peduli dengan pekerjaan rekan yang lain. Bukan hanya karena asisten dan
dosen yang yang memintanya, atau karena memang pembagian tugas. pekerjaan itu bisa saja bersinggungan dengan
pekerjaan kita.
10. “Kayaknya kerjaan ini
terlalu susah. Nggak mungkin bisa diselesain.”
Ketika asisten dan
dosen memberikan tugas, pernyataan ini jelas menurunkan kualitasmu di depan
dia. Tidak mampu melakukannya? Itu tantangannya. Kalau kamu berhasil
mengerjakan sesuatu di luar zona nyamanmu, maka itu bisa menjadi pencapaian
tersendiri untukmu. Kamu juga bisa coba berikan ide alternatif lain yang
menurutmu lebih sesuai.
Masih banyak yang lain? Tentu saja.
Tapi, Let’s fix it.
Setidaknya bagi praktikan atau mahasiswa
tingkat akhir atau bahkan seorang karyawan sekalipun, punya hak dan kewajiban
untuk meningkatkan kualitas diri kan. Mahasiswa farmasi, Himnae!!
Inspirasi:
filmela, dhanie’s library, university student, praktikan, asistant, lecturer dan my loving university, and my loving “skripsi”.
0 komentar :
Posting Komentar