Sabtu, Desember 15, 2012

10 Kata milik Praktikan – Labil



...

“Kalian ini labil, jawabannya ganti-ganti,”

Oke! itu ucapan asisten saya ketika kami menjalankan diskusi. Tapi ini tidak ada hubungannya dengan judul diatas. Judul diatas hanya untuk praktikan dengan maksud ‘labil’ sesungguhnya.
Menjadi mahasiswa farmasi dengan segala kegaduhan praktikumnya adalah pilihan tiap orang yang mendaftar di kampus ini. Perkara ia menyesal atau menikmatinya, ia toh menjalaninya.
Saya terinspirasi dari kami dan mereka yang masih merasakan ‘ganas’nya dunia praktikum, dan pada akhirnya akan mencicipi pula yang namanya ‘tugas akhir’. Setelah meng…..’gumam’ panjang lebar, akhirnya dibenak saya muncul sedikit ‘percikan’ ide. Saya memang bukan seseorang bisa melaksanakan semua kebaikan atau kata-kata ‘positif’ yang keluar dari mulut saya atau tertuang rapi dalam tulisan saya. Tapi setidak pembelajar yang baik mau membuat dirinya belajar dari penglihatan, pendengaran dan hati. Right?
Terlepas dari apapun posisi saya saat ini Praktikan? Asisten? Dosen? Laboran? Atau apapun lah, ini hanya pengamatan dan pembelajaran  saya. Saya tak menyudutkan ataupun berpihak  pada salah satu tokoh atau geng dalam hidup, tapi kerena judulnya ‘praktikan’ artinya saya mengamati tokoh tersebut (termasuk saya).
Praktikan sendiri definisinya, Peserta praktikum yang notabennya adalah mahasiswa yang masih aktif dan mengambil mata kuliah praktikum yang ada pada semester yang sedang berjalan. Biasanya mereka dibimbing oleh beberapa asisten yang telah ditunjuk atau dipercaya atau bahkan dites namun masih dalam batas pengawasan dosen. Ada 10 kalimat yang bisa dikeluarkan praktikan –terutama di kampus saya- yang saya rasa sesungguhnya membuat mereka menghambat semua langkah dan kerja mereka, bahkan mereka yang pintar sekalipun! Menurut saya, dengan semua ini bentuk masa depan yang terhambat bisa mengintai. Kenapa? Karena bagi saya, nilai kreativitas sebagai mahasiswa adalah poin penting dalam meningkatkan kualitas kita menjadi mahasiswa yang benar-benar mahasiswa.
1.     *Sigh*
Walaupun ini bukan sebuah pernyataan, tapi bahasa non-verbal bisa lebih powerful. Menghela nafas yang panjang di depan asisten atau dosen bisa diartikan banyak hal. Asisten atau dosenmu mungkin saja tidak peduli, tapi ia juga bisa menilai batas kemampuanmu lewat bahasa tubuh. 

2.     “Sudah saya kerjakan laporannya kok minggu lalu.”
Kalau kamu merasa menjadi orang yang paling sibuk dalam mengerjakan tugas, maka asisten atau dosenmu dapat dipastikan dua kali lebih sibuk (paling tidak, ia pasti memiliki tanggung jawab yang besar). Jadi, kita tidak bisa berasumsi bahwa semua laporan (atau skripsi) sudah diperiksa dalam sekejap. Jika memang butuh segera atau sangat penting, maka tunggu afirmasi dari mereka bahwa memang sudah selesai mereka kerjakan.

3.     “Pekerjaan saya belum selesai karena saya.....”
 Mencari-cari alasan saat melakukan kesalahan hanya akan menanamkan bibit ketidakpercayaan dari asisten atau dosenmu. Kesalahan yang sudah terjadi merupakan resiko yang harus dihadapi. Maka akui kesalahan dan yakinkan asisten atau dosenmu bahwa hal tersebut tidak akan terulang kembali.

4.     “Saya tidak tahu.”
Pertanyaan-pertanyaan dari asisten atau dosen memang kadang suka tricky. Tapi bukan berarti bisa dijawab dengan “tidak tahu.” Akan lebih baik jika kamu jawab dengan “Akan saya cari tahu.”

5.     “Ini bukan salah saya.”
Walaupun kesalahan tersebut sebenarnya bukan salahmu, pernyataan seperti “Kalau begitu, apa yang bisa kita lakukan untuk memperbaikinya,” akan lebih professional. Ajaklah asisten atau dosen dan rekan kerja yang lain untuk mencoba mencari akar permasalahan dan menyelesaikannya.

6.     “Saya nggak bisa lembur.”
Ada saatnya seorang praktikan harus lebih fleksibel dengan waktu. Tanamkan di diri bahwa belajar di suatu universitas bukanlah soal hitungan waktu. Kadang di luar jam kuliah atau praktikum kamu bisa mendapatkan informasi esensial yang mendukung pembelajaranmu.

7.     “Saya tidak bisa bekerja dengan dia.”
 Mengeluh tentang perilaku rekan lain merefleksikan sejauh mana kemampuanmu untuk beradaptasi. Jangan melimpahkan masalah ini ke asisten dan dosenmu. Kecuali jika masalah yang kamu hadapi berkaitan dengan perilaku yang illegal atau tidak etis, atasi secara professional bukan personal.

8.     “Dari dulu kita mengerjakannya seperti ini, kok.
 Kamu mungkin akan berhadapan dengan asisten dan dosen baru yang memiliki pandangan kerja berbeda. Hal terbaik yang bisa kamu lakukan adalah tetap berkontribusi dan buka pikiran. Saat muncul ide yang menurutmu kurang sesuai, jangan hentikan ide tersebut dengan negativitas. Katakan sesuatu seperti, “Saya rasa untuk masalah ini, kita juga bisa melakukan.....”

9.     “Hal ini bukan bagian dari kerjaan saya.”
Penting bagi kita untuk peduli dengan pekerjaan rekan yang lain. Bukan hanya karena asisten dan dosen yang yang memintanya, atau karena memang pembagian tugas.  pekerjaan itu bisa saja bersinggungan dengan pekerjaan kita. 

10.  “Kayaknya kerjaan ini terlalu susah. Nggak mungkin bisa diselesain.”
Ketika asisten dan dosen memberikan tugas, pernyataan ini jelas menurunkan kualitasmu di depan dia. Tidak mampu melakukannya? Itu tantangannya. Kalau kamu berhasil mengerjakan sesuatu di luar zona nyamanmu, maka itu bisa menjadi pencapaian tersendiri untukmu. Kamu juga bisa coba berikan ide alternatif lain yang menurutmu lebih sesuai. 

Masih banyak yang lain? Tentu saja. Tapi, Let’s fix it.
Setidaknya bagi praktikan atau mahasiswa tingkat akhir atau bahkan seorang karyawan sekalipun, punya hak dan kewajiban untuk meningkatkan kualitas diri kan. Mahasiswa farmasi, Himnae!!







Inspirasi: filmela, dhanie’s library, university student, praktikan, asistant, lecturer dan my loving university, and my loving “skripsi”.

0 komentar :

Posting Komentar

 

Copyright © 2008 Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez | Blog Templates created by Web Hosting Men