Kisah
persahabatan seperti apa yang pernah menyentuh hatimu.
Yang
rela mengorbankan nyawa demi kamu?
Rela
menyerahkan kekasihnya karena dia tahu kamu juga mencintainya?
Rela
memberikan semua harta yang dia punya untuk kesembuhanmu?
Yang
selalu mendukung apapun pilihanmu?
Apa
itu benar-benar ada?
Tidak!
Aku tidak jatuh cinta pada persahabatan semacam itu. Aku hanya jatuh cinta
persahabatan apa adanya. Yang menghargai apa yang diriku suka tanpa ia bekorban
banyak akan dirinya. Yang menolong, kemudian mengingatkan saat aku benar-benar
terjatuh. Yang meneriakiku ketika aku memalukan, yang menyiapkan pundak dan
telinganya ketika aku bebanku menambah, yang membagi kebahagiaan dan merasakan
kebahagiaanku, yang mengerti bahwa aku manusia biasa yang masih belajar memahami
‘hidup’.
Aku
jatuh cinta pertama kali pada persahabatan tokoh utama dalam tulisan JK
Rowling. Setiap membaca bukunya yang pertama kucari adalah klimaks persahabatan
mereka. Karena aku jatuh cinta tentang bagaimana saat mereka pertama
dipertemukan. Karena permusuhan dan rasa benci. Di buku seri empat, ‘Harry
potter and the goblet of fire’ Saat Harry dijauhi karena keterlibatannya dalam turnamen
triwizard. Aku bahkan sebagai pembaca bisa merasakan marah dan kasihan, rasanya
pun kalau aku disana aku lebih baik menjauhi Harry untuk sementara waktu. Tapi
bahkan, Hermione bersedia membawakan roti bakarnya, karena Harry tak sanggup ke
ruang makan *menghindari semua hinaan*. Kisah kita merasa malu kepada
teman-teman itu benar-benar ada di dunia nyata, hingga kita merasa tak mampu
menemui siapapun. Tapi kisah sahabatnya yang tidak berburuk sangka disaat yang
sama, itu masih langka.
0 komentar :
Posting Komentar