Jumat, Februari 01, 2013

Kota Kenangan




Hai, apa kabar Samarinda?
Aku bahkan belum meninggalkanmu, tapi aku sudah rindu padamu
Aku selalu saja begini,

Aku bertanya-tanya di setiap kesempatan,
Apa kau akan tetap menjadi kesayanganku kelak
Bagaimana jika aku (suatu saat) meninggalkanmu
Dan mulai jatuh cinta pada kota lain

Aku pernah bermimpi, akan selalu berada di rumahku
Di kamarku, bahkan bila bersama keluarga baruku kelak
Tapi angan itu terlalu ber’angin’
Tentu saja tidak bisa

Apapun yang pernah mereka katakan tentangmu,
Bagiku kau menyimpan sejuta kehangatan tersembunyi
Menyimpan sebuah perlindungan tak terbilang
Semuanya. Sekali lagi, semuanya…

Aku suka pagi heningmu,
Tentang sawah di penghujung jalanku
Tentang embun yang membasahi pepohonan depan rumah
Tentang awan berarak sepi, di langit gangku

Aku suka siangmu
Tentang terikmu pertanda betapa dekat kita dengan khatulistiwa
Tentang macet di hampir setiap jalan-jalan penting
Tentang riuhnya rumah-rumah makan di sepanjang jalan kampus

Aku suka senjamu
Tentang lapangan depan rumah, basecamp rutin para ‘ayah’
Tentang suara-suara kecil anak-anak pulang mengaji
Tentang sunset mu di gunung pasir putih kami

Aku suka malammu
Tentang menonton bersama keluarga
Tentang makan malam bersama keluarga
Tentang kepusingan mengerjakan tugas

Aku suka semua tentangmu
Pagi, siang, senja hingga malam pun
Saat aku merasakan harum tanah yang tersiram hujan
Saat aku merasakan panas membara membakar kulit
Sawahmu, gerimis rerintikmu, hutanmu, bukitmu, sungaimu, air terjunmu, rumah-rumahmu, pepohonanmu, tanahmu, hujanmu, logatmu, makananmu…

Cukup sesak memang kalau kita memikirkan bagaimana bila kita meninggalkannya
Gedung besar Diknas, tentang bagaimana aku memulai tulisanku
Rumah sakit, saat aku dan adikku pernah menginap untuk di opname
Sekolahku, bagaimana aku mengukir prestasi dan kegagalan
Mal-mal besar, dimana aku menghabiskan uangku disana bersama teman-teman
Perpustakaan daerah, tempat  aku bisa duduk berjam-jam melahap buku
Tepian Mahakam, bagaimana aku menenangkan diri dari semua kekesalan
Bukit-bukit dekat rumahku, bersusah payah teriak memanggil sunset
Pondok pesantrenku, dengan santri berbusana rapi, nasyid, murottal, muhadhoroh, bahasa arab
Makam, mengenang tes keberanian kami tengah malam disana, beberapa kali
Kampus sederhanaku, dan aku sudah jatuh cinta seutuhnya pada farmasi
Rumah makan, penjaja makanan, menghabiskan waktu mencicipi kuliner makanan
Air terjun tanah merah, kolam renang dan taman bunga SS, kebun raya, islamic centre dan tempat wisata lain
Jalanan-jalanan tikus dan besar seperti labirin, yang katanya tak akan membuatmu tersesat
Bahkan aku ingat rumah-rumah mereka, tempat menjalin silaturrahmi

Aku suka fakta bahwa aku lahir disini
Aku suka menjalani masa kanak-kanakku disini
Aku suka bagaimana aku beranjak dewasa disini
Aku suka saat tertatih-tatih menyelasaikan tugas kuliahku
Semua disini…

Kota ini lebih dari menyimpan sebuah kenangan
Ia seperti suatu kotak imajinasiku
Aku akan membukanya suatu saat

0 komentar :

Posting Komentar

 

Copyright © 2008 Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez | Blog Templates created by Web Hosting Men