Ide
cerita ini muncul saat mendengarkan lagu mistake
miliki mereka. Lirik lagu ini ditulis oleh salah satu member mereka, Kwon Yuri.
Jadi, jangan lupa dengarkan lagu mereka sembari membacanya. Karena background ceritanya di korea, ada beberapa kata dalam bahasa korea. Replay terus lagunya. Oke oke…
A friend is someone special a rare and
priceless gift… someone whose smile can cheer you and give your heart a life.
Di
keramaian kota Seoul, 1 Juni
Malam yang berbintang
Balkon samping asrama tampak sunyi. Entah kenapa malam ini, aku
menghindari keributan yang selalu terasa di asrama. Penatku seperti merambah
menjadi nyeri-nyeri di tubuh. Sudah dua seminggu terakhir aku melewatkan olah
raga, mungkin itulah alasannya badanku mulai cepat terasa lelah. Apalagi
kegiatan terhitung padat akhir-akhir ini.
Aku menggelar tikar kecil yang
kubawa dari kamar di balkon. Aku menikmati angin menampar-nampar wajahku, pelan
tapi dingin. Sambil mengaduk coklat hangat yang kubawa, aku mulai mendengarkan lagu mistake milik kami sendiri .
I’m still at the same
place, I’m weary from wandering by your side
Even today, as I was wandering, Day has passed again and again
Now I’m here
Even today, as I was wandering, Day has passed again and again
Now I’m here
Beruntung balkon asrama langsung menghadap sungai Han. Ah, rasanya lama sekali aku tak
menikmati keindahan malam seperti ini. Kapal pesiar yang melewati sungai
sepertinya berasal dari dermaga Yeouido dan menuju Yangwha.
Dari sini aku juga bisa melihat jembatan Banpo
dengan lampu gemerlapnya dan tentu saja air mancurnya yang mengalir bak
pelangi.. Aku dan kawan-kawanku menamakannya rainbow rain. Kami selalu terpesona kapanpun kami memandang kesana,
dan tak pernah terlewatkan, setiap kami punya waktu kami akan berhujan-hujanan
disana hingga basah kuyup. Tanpa sadar aku tersenyum.
Aku
baru saja menikmati tegukan pertama cokelatku ketika pintu balkon terbuka.
Disana berdiri Sunny dengan tersenyum imutnya, ia membuat gerakan lucu dengan
bibir dan hidungnya.
“Kau
menyendiri lagi? Dan dengan lagu ini?” tanyanya masih berdiri.
You lied to me to wait
for you Even my greedy side (for his love) has grown tired You know.
You know that my heart
is hurting, You can’t just ignore and laugh/smile like that
Tanpa
menjawab pertanyaannya aku hanya bekata,” kalau kau ingin bergabung, ini tak
akan jadi kondisi ‘menyendiri’ lagi kan?”
Sunny
hanya menatap malam. Ia seperti berpikir dalam posisinya masih berdiri di pintu
balkon.
“Duduklah
disini Sunny!” aku menunjuk tempat kosong disampingku,”Kecuali, ya jika kau
ingin bergabung dengan pesta di ruang tengah.”
Pesta
yang kumaksud adalah makan malam bersama semua orang di asrama. Tapi karena aku
sedang menjauhi keributan, maka aku lebih memilih tempat ini.
“Ada
yang ingin aku bicarakan, Jessica.” Ia mulai tampak serius.
“Bicaralah,”
jawabku
Sunny
kemudian duduk di sampingku, tersenyum ganjil dan kecut, tapi tulus, aku tahu
itu.
“Jessica, kau tahu aku baru saja menemui pamanku sore tadi…,” ia
terdiam sejenak menunggu reaksiku. Tapi aku hanya diam menunggu kelanjutannya.
“…besok ia akan bertemu
dengan Taeyon, ketua kita. Dia bilang ada masalah lagi yang menimpa kita. Aku
tak tahu, apa aku dalam posisi benar memberi tahumu lebih dulu masalah ini.
Tapi aku pikir, kau toh pada akhirnya akan tahu juga.”
“A..apa
ini tentang kita semua, a..atau tentang aku, ha..hanya aku?” Aku tak mengerti
mengapa tiba-tiba suaraku menjadi bergetar. Mendadak aku merasa tak nyaman.
Tapi Sunny tak menjawab apa-apa. Ia hanya menyerakan sebuah kertas.
***
Yuri masih tidur di sampingku. Aku tak benar-benar nyenyak istirahat
semalam. Meskipun handphone sejak semalam aku silent aku tahu sejak dini hari tadi omma dan adikku, krystal, sudah berkali-kali menghubungiku. Tapi
aku tak punya nyali untuk mengangkatnya. Membuat omma kecewa adalah hal yang
paling aku benci. Sejak semalam aku menggenggam kertas yang diberikan Sunny.
Dalam keadaan kumal, aku membacanya kembali
Jessica, lagi-lagi marah pada fans?
Seorang staff di stasiun TV swasta,
mengadukan kekesalannya pada pihak SM Entertainmen, sejak rabu kemarin. Ia
ingin langsung bertemu dengan manajer SNSD, tapi selalu terhambat. Pasalnya, ia
mengaku telah dipukul oleh Jessica, anggota SNSD yang saat itu sedang bertugas
menjadi bintang tamu dalam acara With my
star, bersama rekannya Yoona. Pada sesi istirahat, Jessica tertangkap
kamera sedang memukul pundak salah staff yang sedang berada didekatnya.Sepertinya
ia marah karena gangguan kecil yang menimpanya.
“Aku hanya berusaha meminta tanda tangannya, tapi entah
kenapa ia memukulku. Apa itu pantas dilakukan oleh seorang artis. Ia tak pantas
menjadi idol. Jessica, setahuku, memang sosok yang mudah tersulut marah. Tidak
hanya memukul, ia sering menghina dan…”
Aku meremasnya sekali lagi. Aku merasakan ada yang perih di dadaku.
Aku seperti tak punya nyali untuk membuka mataku pagi ini. Selain keluargaku,
pihak perusahaan termasuk manajerku sudah berkali-kali menginterogasiku sejak
pukul 3 tadi lewat telpon. Bahkan sunbae-sunbae
banyak menghubungiku lewat massage .
Aku juga sempat membaca komentar netizen yang menyalahkan aku, beberapa memang
mendukungku. Ini bukan pertama kalinya aku tersandung kasus yang sama karena
kecerobohanku saat marah. Aku hanya merasa tak enak dengan member yang lain.
Meskipun aku yakin, mereka tak akan menyalahkanku. Mereka tahu siapa aku, dan
sudah lama mengenalku.
it’s my mistake for not
making you love me more
It’s my mistake for loving you more than (you love/like me?)
This is my assumption It’s my mistake for not making you love me as much as I wanted you to..
It’s my mistake for loving you more than (you love/like me?)
This is my assumption It’s my mistake for not making you love me as much as I wanted you to..
“Girls, please.. bangun! BANGUN!” suara sooyoong lantang
memanggil kami. Aku sengaja
bermalas-malasan tak ingin bergerak. Sementara Yuri disampingku sudah mulai
menggeliat. Tak sampai 5 detik ia sudah terduduk dari tidurnya. Meskipun aku
tahu, jiwanya masih tak seutuhnya kembali.
“Jessica unnie, kau
sudah bangun?” ia setengah sadar membangunkanku. Aku tak menjawab, dan masih
pura-pura terpejam. Sampai akhirnya Sooyoung datang ke kamar kami.
“Jessica…Yuri…bangunlah!
Taeyeon bilang ada hal penting yang ia akan sampaikan. Semua sudah menunggu, 2
menit ya!” ujarnya cepat-cepat. Aku merasa sangat tak nyaman.
Karena Yuri
membangunkanku dengan keras, maka aku terpaksa bangun dan kami bergabung dengan
yang lain.
Di ruang tengah semua
menunggu. Sunny, Tiffany dan Yoona masih tampak terkantuk-kantuk juga. Mereka
menumpukkan diri di sofa ruang tengah dan disusul dengan Yuri yang bergabung
untuk duduk bermalas-malasan. Hyoyeon masih menggunakan celemek, sepertinya ia
tadinya sedang menyibukkan dirinya di dapur menyiapkan sarapan. Seohyoun masih
menggunakan baju handuknya karena baru menyelesaikan mandinya. Sooyoung
sementara itu, berdiri di pojok menunggu Taeyeon.
“Dia masih menerima telpon,” ia memberi
tahu yang lain. “Semoga saja kabar baik kan..”
Wajah mereka
masing-masing menyiratkan tanda tanya, kecuali tentu saja, aku dan Sunny. Sunny
menatapku dengan senyum seolah mengatakan, “semua akan baik-baik saja, Jes”.
Namun, tetap saja aku tak mampu mengontrol jantungku yang mulai berdegup makin kencang. All is well, all is well, all is well,
bisikku dalam hati.
“Hai
semua…,”Taeyeon kembali dari kamarnya setelah semenit berlalu dan langsung
duduk ditengah di antara kami.
“Hmm…Begini, manajer
baru saja menghubungiku, ia mengatakan ada hal buruk yang terjadi. Tapi semua
itu sedang ditangani oleh CEO dan menajer. Sepuluh menit lagi aku diminta ke
kantor untuk mengkonfirmasinya. Kalian tenang saja, aku yakin semua akan
baik-baik saja. Namun begitu…,” Ia terhenti sampai disini. Aku mulai
mengalihkan pandanganku. Kemanapun, karena aku mulai merasa takut.
“…namun begitu, kalian tetap saja harus tahu apa yang
terjadi.”
Aku benar-benar tak tahu lagi harus
memandang kemana. Taeyeon menceritakan apa yang terjadi, persis seperti yang
semalam Sunny ceritakan. Beberapa kali ia menatapku, aku tahu itu. Sementara
yang lain sedang serius mendengarkan apa yang ia ceritakan. Pandangan mereka
dipenuhi tanda tanya tapi tak ada yang bicara.
“Aku
harus pergi sekarang,” katanya sebelum ada yang bicara. “Jessica, kau baik-baik
saja?” tanya kemudian. Aku agak kelabakan ditanya begitu.
“Hmm… tentu. Tentu saja! Aku tak apa,” kataku buru-buru.
“Hmm… tentu. Tentu saja! Aku tak apa,” kataku buru-buru.
“Percayalah, semua akan beres.
Mereka sedang memblokir semua situs
yang menayangkan ini sebelum semua tersebar. Tapi tetap saja, kau harus
menjelaskan semuanya. Paling tidak kita semua harus tahu detilnya kan,” jelas Taeyeon padaku.
“Dan baiklah,” ia melanjutkan, “ aku akan pergi sekarang. Sooyoung
kau bisa temani aku kan?” tanyanya pada Sooyoung yang langsung mengangguk.
“..Dan Sunny, tolong jaga yang lain sementara aku pergi. Dan juga, untukmu
Jessica, kau harus siap kalau nanti bos memanggilmu. Ingat ya, kau harus
tenang. Oke, Good luck semua!”
ucapnya tenang.
Lima
menit setelah Taeyeon dan Sooyoung pergi ruangan kembali hening. Tak ada yang
bicara sampai akhirnya, Tiffany memulai.
“Jadi,
Jessica, Bisakah kau ceritakan semuanya?” tanyanya.
“Semuanya
sudah diceritakan Teayeon kan!” jawabku
singkat.
“Jadi
kau benar memukul staff itu?” kali ini Hyoyeon yang bertanya menyelidik.
Aku
mulai dongkol, entah kenapa. Jadi, aku menjawabnya juga “Kalau kalian disenggol dengan cara tak
sopan dengan laki-laki yang tak kalian kenal, apa kalian akan diam saja?”
“Unnie dengar! Hanya karena kau disenggol oleh seseorang tak
dikenal, apa lantas kau berhak memukulnya? Apa kau tak ingat tentang ‘image’ dirimu saat itu?” tanya Yuri. Kemudian menambahkan, “ Dan image kami?”
“Mianhe… aku minta maaf
kalau begitu.” Hanya itu yang kuucapkan. Dan mereka semua tampak makin bingung.
Yang bisa kulakukan hanyalah membuang muka atas tatapan mereka padaku. Aku
heran, aku hanya ingin masalah ini tak lagi diperpanjang.
“Oh..
baiklah! Yoona kau ceritakan pada kami apa yang terjadi!”
“Ah, wae? Kenapa aku? Aku tak tahu apa-apa?” Yoona buru-buru mengelak.
“Ah, wae? Kenapa aku? Aku tak tahu apa-apa?” Yoona buru-buru mengelak.
“Kau
berada disana waktu itu?”
“Tapi
aku tak didekat Jessica unnie saat kejadian itu, lagipula jangan bawa-bawa aku. Aku tak mau
terlibat apapun. Aku tak bisa jadi saksi apapun,” ucapnya secepat mungkin. Aku
mendelik padanya. tak percaya dengan apa
yang ia katakan.
“Maksudmu,
kau tak percaya padaku, begitu?” tukasku pada Yoona. Ia tampak terkejut.
“Bukan
begitu unnie… maksudku..,”
“Sudahlah,”
Sunny buru-buru melerai. “ Bukankah masalah ini akan segera beres. Mungkin ini
sebaiknya, tak kita bicarakan lagi.”
“kalian
tetap saja menyalahkanku,” aku masih tak terima. “Dan aku lebih tak percaya
karena kau mengatakan hal buruk tentangku,” tudingku pada Yoona.
Ia
tampak terkejut sebentar, “Aku tak mengatakan hal buruk tentangmu kok. Unnie,
kenapa sih kau cepat sekali marah. Aku bahkan tidak bicara dengan nada tinggi
padamu,”
“Disini
posisiku lebih tua..”
“Lalu?
Aku harus mengikuti mau mu begitu?”
“Sikapmu
tidak sopan?”
“sudahlah
unnie, kalau kau mau aku bersaksi untukmu, aku akan pikirkan itu lagi nanti.
Aku lelah…,”
“Cukup Jessica! Yoona! Kenapa dengan kalian
ini?”
“Kalau
saja member lain yang disana mereka tak mungkin menolak menjadi saksi bagiku
kan. Kau secara tak langsung menganggap bahwa aku memang bersalah. Aku pikir
kita keluarga, tak peduli apapun pasti membantu”
“Kau
memang salah, Unnie!” balasnya. “Aku melihatmu kok memukulnya, apa kau mau aku
bersaksi begitu.”
Aku
tak tahu harus berbuat apa, apa yoona terpancing amarahku, aku juga tak tahu
alasan pastinya sampai ia tega mengatakan hal itu padaku.
“Sudahlah,
unnie, aku masih lelah. Semalam aku pulang larut dan merasa kurang tidur. Aku
tak mampu berpikir apa-apa sekarang ini.”
“Kau pikir aku tidak lelah. Jiwaku lebih lelah menerima pemberitaan
ini. Kenapa harus selalu aku? Kenapa bukan kesalahanmu saja yang tertangkap
kamera? Kau juga manusia biasa kan?”
Meski
aku masih menguasai diri, tapi aku merasakan napasku mulai berat.
“Unnie, kau tak perlu
membawa-bawa cerita tentang manusia biasa. Kalau kita siap menjadi idola, kita
juga seharusnya siap menjaga image kita
diluar sana kan. Kau tak menyesal atas perbuatanmu, tapi kau hanya takut sikap
burukmu dibicarakan orang-orang. Toh,
ini bukan pertama kalinya kau mengalami hal ini unnie. Kalau boleh aku
sarankan, kau harus belajar memang
bagaimana mengontrol diri. Mereka fans kita, apa salahnya kalau mereka…,”
Tapi
sebelum sadar, aku sudah berteriak.
“JADI KAU TAK BENAR-BENAR MELIHAT APA YANG TERJADI YA? DAN KAU
MENGANGGAP AKU PANTAS UNTUK DISALAHKAN? ATAU KAU HANYA MENJAGA NAMA BAIKMU
SENDIRI SEBAGAI IDOLA? RUPANYA MENJADI ICON
DI GRUP MEMBUATMU TAK BERNIAT MENCORENG IMAGE
ITU. KAU TAKUT POSiSIMU SEBAGAI ‘FACE
OF THE GROUP’ TERGANTIKAN?”
“Jessica,
Yoona tak menyalahkanmu, sungguh…” kata Tiffany
“SEKARANG AKU TANYA PADA
KALIAN. SIAPA YANG HARUS MENJADI TRAINEE TERLAMA DISINI? SIAPA YANG HARUS
MENGALAMI HARI-HARI PENUH TEKANAN SEJAK KECIL? BERLATIH SETIAP MALAM LEBIH KERAS.
BERSUSAH-SUSAH PAYAH MENURUNKAN BERAT BADAN SUPAYA PANTAS BERADA DALAM GRUP
INI? MENGHABISKAN BANYAK WAKTU MENGIKUTI LATIHAN VOKAL LEBIH BANYAK? KENAPA
HARUS AKU LAGI…DAN LAGI YANG MERUSAK NAMA BAIK GRUP KITA, DENGAN SEMUA USAHAKU
ITU?
“Unnie..,”
Seohyun mulai terisak,” Jangan…”
“Jessica…,”
seru yang lain.
“DAN KAU DENGAN MUDAH MENDAPAT POPULARITAS HANYA DENGAN
KECANTIKANMU? MEMBINTANGI IKLAN INI ITU, BERMAIN DALAM FILM INI, ITU. DAN
POULARITASMU JAUH MENINGKAT DIATAS KAMI.
JADI, PESONAMU TAK BOLEH RUSAK HANYA KARENA MEMBANTUKU?”
Yoona berdiri dengan mulut setengah terbuka, jelas ia kaget dan tak
tahu harus bicara apa.
“Yoona tentu saja ingin membantumu…”
“PASTI TIDAK BEGITU INGIN KAN? KALAU TIDAK PASTI IA SUDAH MENGATAKAN
PADA SEMUA ORANG KALAU AKU PUNYA ALASAN MENGAPA AKU MELAKUKANNYA! IA TAK
MUNGKIN MENGATAKAN TAK MAU IKUT CAMPUR TADI KAN? IA PASTI SENANG KALAU AKU TAK
LAGI BERADA DISINI!”
Semua kekesalan dan
kekecewaan yang menderaku sejak semalam
tertuang keluar. Frustasi karena tatapan tak percaya dan pertanyaan konyol yang
ada, sakit hati karena tak ada yang ingin membelaku, kemarahan karena semua
yang terjadi mereka anggap pantas untuk aku dapatkan. Seohyun ketakutan
mendengar suara kerasku. Yang lain mulai gelisah dan merasa tak enak.
“Jessica, kami benar-benar minta maaf!” kata Hyeyeon putus asa,
matanya sekarang berkaca-kaca. “ Kau benar sekali, aku juga pasti marah kalau
jadi kau?”
Aku hanya mendelik padanya, masih bernapas berat. Aku berlari ke
kamar mengambil jaket dan kembali berlari menuju ruang depan. Dalam rasa kalut
yang tinggi aku memutuskan untuk pergi secepatnya.
“Sunny, bagaimana ini?” aku mendengar yang lain khawatir.
Sunny segera bangkit, “Tenanglah, aku akan menyusulnya.”
Tapi sebelum Sunny membuka pintu depan, aku sudah berlari secepatnya
menghindar agar tak bertemu dengannya.
....bersambung
catatan :
unnie: kakak untuk perempuan
Omma : ibu
mianhe : maaf
Waeyo: kenapa?
catatan :
unnie: kakak untuk perempuan
Omma : ibu
mianhe : maaf
Waeyo: kenapa?
0 komentar :
Posting Komentar