Minggu, November 25, 2012

“Mistake”Story. part 1




Ide cerita ini muncul saat mendengarkan lagu mistake miliki mereka. Lirik lagu ini ditulis oleh salah satu member mereka, Kwon Yuri. Jadi, jangan lupa dengarkan lagu mereka sembari membacanya. Karena background ceritanya di korea, ada beberapa kata dalam bahasa korea. Replay terus lagunya. Oke oke…

A friend is someone special a rare and priceless gift… someone whose smile can cheer you and give your heart a life.

Di keramaian kota Seoul, 1 Juni
Malam yang berbintang

Balkon samping asrama tampak sunyi. Entah kenapa malam ini, aku menghindari keributan yang selalu terasa di asrama. Penatku seperti merambah menjadi nyeri-nyeri di tubuh. Sudah dua seminggu terakhir aku melewatkan olah raga, mungkin itulah alasannya badanku mulai cepat terasa lelah. Apalagi kegiatan terhitung padat akhir-akhir ini.
            Aku menggelar tikar kecil yang kubawa dari kamar di balkon. Aku menikmati angin menampar-nampar wajahku, pelan tapi dingin. Sambil mengaduk coklat hangat yang kubawa, aku mulai mendengarkan lagu mistake  milik kami sendiri .

I’m still at the same place, I’m weary from wandering by your side
Even today, as I was wandering, Day has passed again and again
Now I’m here

Beruntung balkon asrama langsung menghadap sungai Han. Ah, rasanya lama sekali aku tak menikmati keindahan malam seperti ini. Kapal pesiar yang melewati sungai sepertinya berasal dari dermaga Yeouido dan menuju Yangwha. Dari sini aku juga bisa melihat jembatan Banpo dengan lampu gemerlapnya dan tentu saja air mancurnya yang mengalir bak pelangi.. Aku dan kawan-kawanku menamakannya rainbow rain. Kami selalu terpesona kapanpun kami memandang kesana, dan tak pernah terlewatkan, setiap kami punya waktu kami akan berhujan-hujanan disana hingga basah kuyup. Tanpa sadar aku tersenyum.
Aku baru saja menikmati tegukan pertama cokelatku ketika pintu balkon terbuka. Disana berdiri Sunny dengan tersenyum imutnya, ia membuat gerakan lucu dengan bibir dan hidungnya.
“Kau menyendiri lagi? Dan dengan lagu ini?” tanyanya masih berdiri. 

You lied to me to wait for you Even my greedy side (for his love) has grown tired You know.
You know that my heart is hurting, You can’t just ignore and laugh/smile like that

Tanpa menjawab pertanyaannya aku hanya bekata,” kalau kau ingin bergabung, ini tak akan jadi kondisi ‘menyendiri’ lagi kan?”
Sunny hanya menatap malam. Ia seperti berpikir dalam posisinya masih berdiri di pintu balkon.
“Duduklah disini Sunny!” aku menunjuk tempat kosong disampingku,”Kecuali, ya jika kau ingin bergabung dengan pesta di ruang tengah.”
Pesta yang kumaksud adalah makan malam bersama semua orang di asrama. Tapi karena aku sedang menjauhi keributan, maka aku lebih memilih tempat ini.
“Ada yang ingin aku bicarakan, Jessica.” Ia mulai tampak serius.
“Bicaralah,” jawabku
Sunny kemudian duduk di sampingku, tersenyum ganjil dan kecut, tapi tulus, aku tahu itu.
“Jessica, kau tahu aku baru saja menemui pamanku sore tadi…,” ia terdiam sejenak menunggu reaksiku. Tapi aku hanya diam menunggu kelanjutannya.
“…besok  ia akan bertemu dengan Taeyon, ketua kita. Dia bilang ada masalah lagi yang menimpa kita. Aku tak tahu, apa aku dalam posisi benar memberi tahumu lebih dulu masalah ini. Tapi aku pikir, kau toh pada akhirnya akan tahu juga.”
“A..apa ini tentang kita semua, a..atau tentang aku, ha..hanya aku?” Aku tak mengerti mengapa tiba-tiba suaraku menjadi bergetar. Mendadak aku merasa tak nyaman. Tapi Sunny tak menjawab apa-apa. Ia hanya menyerakan sebuah kertas.
***
Yuri masih tidur di sampingku. Aku tak benar-benar nyenyak istirahat semalam. Meskipun handphone  sejak semalam aku silent aku tahu sejak dini hari tadi omma dan adikku, krystal, sudah berkali-kali menghubungiku. Tapi aku tak punya nyali untuk mengangkatnya. Membuat omma kecewa adalah hal yang paling aku benci. Sejak semalam aku menggenggam kertas yang diberikan Sunny. Dalam keadaan kumal, aku membacanya kembali

Jessica, lagi-lagi marah pada fans?
Seorang staff di stasiun TV swasta, mengadukan kekesalannya pada pihak SM Entertainmen, sejak rabu kemarin. Ia ingin langsung bertemu dengan manajer SNSD, tapi selalu terhambat. Pasalnya, ia mengaku telah dipukul oleh Jessica, anggota SNSD yang saat itu sedang bertugas menjadi bintang tamu dalam acara With my star, bersama rekannya Yoona. Pada sesi istirahat, Jessica tertangkap kamera sedang memukul pundak salah staff yang sedang berada didekatnya.Sepertinya ia marah karena gangguan kecil yang menimpanya.
“Aku hanya berusaha meminta tanda tangannya, tapi entah kenapa ia memukulku. Apa itu pantas dilakukan oleh seorang artis. Ia tak pantas menjadi idol. Jessica, setahuku, memang sosok yang mudah tersulut marah. Tidak hanya memukul, ia sering menghina dan…”

Aku meremasnya sekali lagi. Aku merasakan ada yang perih di dadaku. Aku seperti tak punya nyali untuk membuka mataku pagi ini. Selain keluargaku, pihak perusahaan termasuk manajerku sudah berkali-kali menginterogasiku sejak pukul 3 tadi lewat telpon. Bahkan sunbae-sunbae banyak menghubungiku lewat massage . Aku juga sempat membaca komentar netizen yang menyalahkan aku, beberapa memang mendukungku. Ini bukan pertama kalinya aku tersandung kasus yang sama karena kecerobohanku saat marah. Aku hanya merasa tak enak dengan member yang lain. Meskipun aku yakin, mereka tak akan menyalahkanku. Mereka tahu siapa aku, dan sudah lama mengenalku.

it’s my mistake for not making you love me more
It’s my mistake for loving you more than (you love/like me?)
This is my assumption It’s my mistake for not making you love me as much as I wanted you to..

Girls, please.. bangun! BANGUN!” suara sooyoong lantang memanggil  kami. Aku sengaja bermalas-malasan tak ingin bergerak. Sementara Yuri disampingku sudah mulai menggeliat. Tak sampai 5 detik ia sudah terduduk dari tidurnya. Meskipun aku tahu, jiwanya masih tak seutuhnya kembali.
“Jessica unnie, kau sudah bangun?” ia setengah sadar membangunkanku. Aku tak menjawab, dan masih pura-pura terpejam. Sampai akhirnya Sooyoung datang ke kamar kami.
“Jessica…Yuri…bangunlah! Taeyeon bilang ada hal penting yang ia akan sampaikan. Semua sudah menunggu, 2 menit ya!” ujarnya cepat-cepat. Aku merasa sangat tak nyaman.
Karena Yuri membangunkanku dengan keras, maka aku terpaksa bangun dan kami bergabung dengan yang lain.
Di ruang tengah semua menunggu. Sunny, Tiffany dan Yoona masih tampak terkantuk-kantuk juga. Mereka menumpukkan diri di sofa ruang tengah dan disusul dengan Yuri yang bergabung untuk duduk bermalas-malasan. Hyoyeon masih menggunakan celemek, sepertinya ia tadinya sedang menyibukkan dirinya di dapur menyiapkan sarapan. Seohyoun masih menggunakan baju handuknya karena baru menyelesaikan mandinya. Sooyoung sementara itu, berdiri di pojok menunggu Taeyeon.
“Dia masih menerima telpon,” ia memberi tahu yang lain. “Semoga saja kabar baik kan..”
Wajah mereka masing-masing menyiratkan tanda tanya, kecuali tentu saja, aku dan Sunny. Sunny menatapku dengan senyum seolah mengatakan, “semua akan baik-baik saja, Jes”. Namun, tetap saja aku tak mampu mengontrol jantungku  yang mulai berdegup makin kencang. All is well, all is well, all is well, bisikku dalam hati.
“Hai semua…,”Taeyeon kembali dari kamarnya setelah semenit berlalu dan langsung duduk ditengah di antara kami.
“Hmm…Begini, manajer baru saja menghubungiku, ia mengatakan ada hal buruk yang terjadi. Tapi semua itu sedang ditangani oleh CEO dan menajer. Sepuluh menit lagi aku diminta ke kantor untuk mengkonfirmasinya. Kalian tenang saja, aku yakin semua akan baik-baik saja. Namun begitu…,” Ia terhenti sampai disini. Aku mulai mengalihkan pandanganku. Kemanapun, karena aku mulai merasa takut.
“…namun begitu,  kalian tetap saja harus tahu apa yang terjadi.”
            Aku benar-benar tak tahu lagi harus memandang kemana. Taeyeon menceritakan apa yang terjadi, persis seperti yang semalam Sunny ceritakan. Beberapa kali ia menatapku, aku tahu itu. Sementara yang lain sedang serius mendengarkan apa yang ia ceritakan. Pandangan mereka dipenuhi tanda tanya tapi tak ada yang bicara.
            “Aku harus pergi sekarang,” katanya sebelum ada yang bicara. “Jessica, kau baik-baik saja?” tanya kemudian. Aku agak kelabakan ditanya begitu.
            “Hmm… tentu. Tentu saja! Aku tak apa,” kataku buru-buru.
            “Percayalah, semua akan beres. Mereka sedang memblokir semua situs yang menayangkan ini sebelum semua tersebar. Tapi tetap saja, kau harus menjelaskan semuanya. Paling tidak kita semua harus tahu detilnya kan,”  jelas Taeyeon padaku.
“Dan baiklah,” ia melanjutkan, “ aku akan pergi sekarang. Sooyoung kau bisa temani aku kan?” tanyanya pada Sooyoung yang langsung mengangguk. “..Dan Sunny, tolong jaga yang lain sementara aku pergi. Dan juga, untukmu Jessica, kau harus siap kalau nanti bos memanggilmu. Ingat ya, kau harus tenang. Oke, Good luck semua!” ucapnya tenang.
Lima menit setelah Taeyeon dan Sooyoung pergi ruangan kembali hening. Tak ada yang bicara sampai akhirnya, Tiffany memulai.
“Jadi, Jessica, Bisakah kau ceritakan semuanya?” tanyanya.
“Semuanya sudah diceritakan Teayeon  kan!” jawabku singkat.
“Jadi kau benar memukul staff itu?” kali ini Hyoyeon yang bertanya menyelidik.
Aku mulai dongkol, entah kenapa. Jadi, aku menjawabnya  juga “Kalau kalian disenggol dengan cara tak sopan dengan laki-laki yang tak kalian kenal, apa kalian akan diam saja?”
“Unnie dengar! Hanya karena kau disenggol oleh seseorang tak dikenal, apa lantas kau berhak memukulnya? Apa kau tak ingat tentang ‘image’ dirimu saat itu?”  tanya Yuri. Kemudian menambahkan, “ Dan image kami?”
Mianhe… aku minta maaf kalau begitu.” Hanya itu yang kuucapkan. Dan mereka semua tampak makin bingung. Yang bisa kulakukan hanyalah membuang muka atas tatapan mereka padaku. Aku heran, aku hanya ingin masalah ini tak lagi diperpanjang.
“Oh.. baiklah! Yoona kau ceritakan pada kami apa yang terjadi!”
            “Ah, wae? Kenapa aku? Aku tak tahu apa-apa?” Yoona buru-buru mengelak.
“Kau berada disana waktu itu?”
“Tapi aku tak didekat Jessica unnie saat kejadian itu,  lagipula jangan bawa-bawa aku. Aku tak mau terlibat apapun. Aku tak bisa jadi saksi apapun,” ucapnya secepat mungkin. Aku mendelik padanya.  tak percaya dengan apa yang ia katakan.
“Maksudmu, kau tak percaya padaku, begitu?” tukasku pada Yoona. Ia tampak terkejut.
“Bukan begitu unnie… maksudku..,”
“Sudahlah,” Sunny buru-buru melerai. “ Bukankah masalah ini akan segera beres. Mungkin ini sebaiknya, tak kita bicarakan lagi.”
“kalian tetap saja menyalahkanku,” aku masih tak terima. “Dan aku lebih tak percaya karena kau mengatakan hal buruk tentangku,” tudingku pada Yoona.
Ia tampak terkejut sebentar, “Aku tak mengatakan hal buruk tentangmu kok. Unnie, kenapa sih kau cepat sekali marah. Aku bahkan tidak bicara dengan nada tinggi padamu,”
“Disini posisiku lebih tua..”
“Lalu? Aku harus mengikuti mau mu begitu?”
“Sikapmu tidak sopan?”
“sudahlah unnie, kalau kau mau aku bersaksi untukmu, aku akan pikirkan itu lagi nanti. Aku lelah…,”
 “Cukup Jessica! Yoona! Kenapa dengan kalian ini?”
“Kalau saja member lain yang disana mereka tak mungkin menolak menjadi saksi bagiku kan. Kau secara tak langsung menganggap bahwa aku memang bersalah. Aku pikir kita keluarga, tak peduli apapun pasti membantu”
“Kau memang salah, Unnie!” balasnya. “Aku melihatmu kok memukulnya, apa kau mau aku bersaksi begitu.”
Aku tak tahu harus berbuat apa, apa yoona terpancing amarahku, aku juga tak tahu alasan pastinya sampai ia tega mengatakan hal itu padaku.
“Sudahlah, unnie, aku masih lelah. Semalam aku pulang larut dan merasa kurang tidur. Aku tak mampu berpikir apa-apa sekarang ini.”
“Kau pikir aku tidak lelah. Jiwaku lebih lelah menerima pemberitaan ini. Kenapa harus selalu aku? Kenapa bukan kesalahanmu saja yang tertangkap kamera? Kau juga manusia biasa kan?”
Meski aku masih menguasai diri, tapi aku merasakan napasku mulai berat.
 “Unnie, kau tak perlu membawa-bawa cerita tentang manusia biasa. Kalau kita siap menjadi idola, kita juga seharusnya siap menjaga image kita diluar sana kan. Kau tak menyesal atas perbuatanmu, tapi kau hanya takut sikap burukmu dibicarakan orang-orang. Toh, ini bukan pertama kalinya kau mengalami hal ini unnie. Kalau boleh aku sarankan,  kau harus belajar memang bagaimana mengontrol diri. Mereka fans kita, apa salahnya kalau mereka…,”
Tapi sebelum sadar, aku sudah berteriak.
“JADI KAU TAK BENAR-BENAR MELIHAT APA YANG TERJADI YA? DAN KAU MENGANGGAP AKU PANTAS UNTUK DISALAHKAN? ATAU KAU HANYA MENJAGA NAMA BAIKMU SENDIRI SEBAGAI IDOLA? RUPANYA MENJADI  ICON DI GRUP MEMBUATMU TAK BERNIAT MENCORENG IMAGE ITU. KAU TAKUT POSiSIMU SEBAGAI ‘FACE OF THE GROUP’ TERGANTIKAN?”
“Jessica, Yoona tak menyalahkanmu, sungguh…” kata Tiffany
 “SEKARANG AKU TANYA PADA KALIAN. SIAPA YANG HARUS MENJADI TRAINEE TERLAMA DISINI? SIAPA YANG HARUS MENGALAMI HARI-HARI PENUH TEKANAN SEJAK KECIL? BERLATIH SETIAP MALAM LEBIH KERAS. BERSUSAH-SUSAH PAYAH MENURUNKAN BERAT BADAN SUPAYA PANTAS BERADA DALAM GRUP INI? MENGHABISKAN BANYAK WAKTU MENGIKUTI LATIHAN VOKAL LEBIH BANYAK? KENAPA HARUS AKU LAGI…DAN LAGI YANG MERUSAK NAMA BAIK GRUP KITA, DENGAN SEMUA USAHAKU ITU?
“Unnie..,” Seohyun mulai terisak,” Jangan…”
“Jessica…,” seru yang lain.
“DAN KAU DENGAN MUDAH MENDAPAT POPULARITAS HANYA DENGAN KECANTIKANMU? MEMBINTANGI IKLAN INI ITU, BERMAIN DALAM FILM INI, ITU. DAN POULARITASMU JAUH MENINGKAT DIATAS KAMI.  JADI, PESONAMU TAK BOLEH RUSAK HANYA KARENA MEMBANTUKU?”
Yoona berdiri dengan mulut setengah terbuka, jelas ia kaget dan tak tahu harus bicara apa.
“Yoona tentu saja ingin membantumu…” 
“PASTI TIDAK BEGITU INGIN KAN? KALAU TIDAK PASTI IA SUDAH MENGATAKAN PADA SEMUA ORANG KALAU AKU PUNYA ALASAN MENGAPA AKU MELAKUKANNYA! IA TAK MUNGKIN MENGATAKAN TAK MAU IKUT CAMPUR TADI KAN? IA PASTI SENANG KALAU AKU TAK LAGI BERADA DISINI!”
 Semua kekesalan dan kekecewaan  yang menderaku sejak semalam tertuang keluar. Frustasi karena tatapan tak percaya dan pertanyaan konyol yang ada, sakit hati karena tak ada yang ingin membelaku, kemarahan karena semua yang terjadi mereka anggap pantas untuk aku dapatkan. Seohyun ketakutan mendengar suara kerasku. Yang lain mulai gelisah dan merasa tak enak.
“Jessica, kami benar-benar minta maaf!” kata Hyeyeon putus asa, matanya sekarang berkaca-kaca. “ Kau benar sekali, aku juga pasti marah kalau jadi kau?”
Aku hanya mendelik padanya, masih bernapas berat. Aku berlari ke kamar mengambil jaket dan kembali berlari menuju ruang depan. Dalam rasa kalut yang tinggi aku memutuskan untuk pergi secepatnya.
“Sunny, bagaimana ini?” aku mendengar yang lain khawatir.
Sunny segera bangkit, “Tenanglah, aku akan menyusulnya.”
Tapi sebelum Sunny membuka pintu depan, aku sudah berlari secepatnya menghindar agar tak bertemu dengannya.

....bersambung 

catatan :
unnie: kakak untuk perempuan
Omma : ibu
mianhe : maaf
Waeyo: kenapa?

0 komentar :

Posting Komentar

 

Copyright © 2008 Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez | Blog Templates created by Web Hosting Men